| 13 March 2020 |
...Dalam dua tahun Letta bekerja telat sama sekali bukan gayanya. Bahkan sejak tadika Letta selalu menjadi murid yang datang paling pertama, dia yang membuka gerbang dan setelah itu duduk di atas prosotan menunggu ibu guru datang. Dan hari ini gelar telat bukan gayanya itu harus tercoreng.
Semalam bunda memintanya membantu membuatkan kue untuk tetangga baru depan rumah. Rumah besar persis di depan rumah Letta itu terjual minggu lalu dan hari ini sang pembeli akan pindah ke sana. Demi menyambut tetangga barunya, bunda sampai rela belajar membuat brownis sampai tengah malam. Padahal sebelumnya bunda sama sekali tidak pernah membuat kue. Setelah beberapa kali mengalami kegagalan, kue brownis yang bunda idam-idamkan jadi pukul setengah satu dini hari. Alhasil Letta harus menahan kantuk pagi harinya karena dia hanya tidur lima jam. Itu tidak cukup karena Letta penganut tidur minimal tujuh jam maksimal seharian.
Melompat turun dari ojek online yang dia pesan Letta buru buru menuju ruangannya. Di dalam lift Letta bergerak gelisah. Dia tahu setelah ini Alres pasti akan mengomel habis habisan. Apalagi hari ini jadwal Alres bagitu padat. Seharusnya Letta datang lebih pagi untuk menyiapkan segala keperluan Alres yang akan digunakan saat bertemu client nanti baru setelah itu Letta akan mengikuti Alres bepergian.
Begitu pintu lift terbuka di lantai 36 Letta berdiri kaku. Dia dengan terpaksa mengulas senyum melihat bosnya tengah berdiri bersedekap dada dengan alis kiri yang terangkat. Seksi. Pemikiran itu tiba-tiba melintas di kepala Letta tapi buru buru dia tepis karena datang di saat yang tidak tepat. Walaupun ragu dia tetap melangkah kehadapan Alres. Sekilas Letta dapat melihat rekan kerjanya mencuri pandang ke arahnya. Mungkin penasaran menunggu drama apa yang akan terjadi pagi ini.
"Selamat pagi, Pak." Sedikit membungkukan badan Letta menyapa Alres. Namun laki-laki tetap bergeming dan malah melangkah menuju ruangannya.
"Edrea Letta, keruangan saya!" Ucap Alres sebelum akhirnya menutup pintu ruangan sebenarnya mengagetkan Letta. Dia pikir Alres akan mengacuhkan keterlambatannya yang baru sekali terjadi. Tapi Alres tetaplah Alres yang begitu profesional apabila menyangkut pekerjaan.
Sebelum masuk ruangan Alres, Letta meyakinkan dirinya agar siap menghadapi semburan amarah dari Alres. Lalu dia membuka pintu ruangan setelah pemiliknya mengizinkan masuk. Di dalam ruangan laki-laki yang lebih tua dua tahun darinya itu tengah bersandar di pinggir meja. Papan nama Alrescho K. Abiseka berserta jabatannya terhalang tubuh tegap Alres.
Alih-alih menyuruhnya duduk seperti biasa ketika Alres akan mengomelinya, pria itu justru berjalan mendekat ke arahnya. Letta bingung dan sedikit was was namun dia tetap bergeming. Jurus jiu jitsu yang dia pelajari dari kecil siap dia keluarkan jika Alres macam macam. Semenjak kejadian di pesta Briana, Letta membatasi dirinya untuk tidak dekat dekat dengan Alres minimal jarak satu meter.
Letta menunduk. Dia lebih memilih memerhatikan lantai dari pada menatap Alres yang begitu mengintimidasi. Tapi karena sepasang sepatu hitam mengkilap yang berhenti nyaris menyentuh ujung sepatunya, dia mendongak. Jaraknya dengan Alres begitu dekat refleks membuat Letta mundur selangkah. Bukannya berhenti Alres juga ikut maju. Setiap Letta mundur selangkah laki-laki itu juga maju selangkah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Matcha On The Table
Romanzi rosa / ChickLit"Oh! Jadi bapak yang suka naruh matcha di meja saya?!" "Ngawur! Jangan sembarangan kamu kalo ngomong! Mau saya pecat?!" "Lha, itu buktinya!" "Kamu pikir cuma kamu yang suka sama matcha di sini?!" "Emang bapak suka juga?" "Enggak!"