| 29 April 2019 |
...Letta mengusap air matanya yang terus saja keluar walau sudah diusap berkali kali. Dia menangis bukan karena Baska kok, amit-amit kalau kata Letta. Alasan sebenarnya Letta menangis itu karena malu. Malu sama tetangga karena gagal nikah? Bukan dong. Malu sama temen sekantor karena udah nyebar undangan tapi nggak jadi nikah? Letta mah bodo amat.
Dia itu malunya justru sama Alres dong. Ya gimana nggak malu, dia tadi sama Alres udah nyosor nyosor gitu padahal bukan siapa-siapa. Mana tadi Letta yang minta duluan lagi. Apalagi Alres itu bosnya yang bakal setiap hari Letta liat. Sekarang Letta benar benar merasa harga dirinya ambyar, ludes, luluh lantah, hilang pokoknya. Sampai Letta sendiri ngerasa udah nggak punya harga diri.
Sebenarnya Letta meminta Alres untuk menciumnya tadi bukan tanpa alasan. Selain karena balas dendam kepada Baska yang tega teganya selingkuh di saat akad nikah tinggal menghitung hari, ada alasan besar lain yang membuat Letta berani melakukan hal sememalukan itu. Ibunda dari seorang Baska memiliki riwayat jantung yang sering kambuh. Kalau seandainya dia tahu kelakuan anaknya yang selingkuh padahal hari pernikahan sudah dekat, bisa kambuh penyakitnya. Apalagi tante Levita -Ibunda Baska- termasuk orang yang punya ego tinggi.
Dia pasti shock berat mengetahui kelakuan anaknya yang bejat itu. Jadi lebih baik Letta yang di pandang buruk oleh mantan calon ibu mertuanya itu. Setidaknya kalau dia yang dianggap selingkuh tante Levita tidak terlalu ada beban pikiran atau malu saat ditanya kenapa Baska gagal nikah. Letta orangnya nggak tegaan soalnya.
Tapi yang masih nggak bisa Letta terima, kenapa juga dia kemarin meminta Alres untuk menciumnya demi membuat Baska salah paham ke padanya. Padahal cuma dipeluk saja pasti sudah cukup untuk membuat Baska murka. Bukan karena cemburu, tapi acting murka biar bisa batalin pernikahan. Maklum sih orang selingkuh pasti gitu. Suka cari cari alasan buat putus kan?
"Kamu kenapa sih dek?"
Letta mengusap ingusnya sebelum menatap Bundanya yang berdiri di depan pintu kamarnya.
"Letta sedih, Bun."
Wanita paruh baya itu mengernyit sebentar lalu menghampiri putrinya. "Sedih kenapa? Karena Baska? Kamu ngapain mikirin cowok itu sih? Udah lupain aja!"
Letta memutar bola matanya. Bundanya memang kurang suka dengan Baska sejak pertama kali Letta membawanya ke rumah. Walaupun bundanya menutupi rasa tidak sukanya tapi Letta tetap saja tahu dan bahkan Baska juga mungkin tahu. Ya gimana Baska nggak tau, orang bundanya saja selalu melotot horor saat Baska mampir ke rumahnya walaupun tetap senyum juga. Dan alhasil senyuman bunda justru seperti senyuman milik psikopat karena sambil melotot juga.
Saat Letta bilang kepada bunda dan ayahnya bahwa Baska selingkuh kemudian membatalkan pernikahan, reaksi yang ditunjukan bundanya membuat Letta melongo. Bukannya sedih karena anaknya gagal nikah, bunda justru jingkrak jingkrak sambil sujud syukur. Dan reaksi yang ditunjukan ayahnya juga tak jauh beda dengan bunda. Cuma ayahnya nggak se lebay bundanya juga. Letta jadi mikir kenapa ayah dan bundanya 'iya iya' saja saat Baska melamarnya dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Matcha On The Table
ChickLit"Oh! Jadi bapak yang suka naruh matcha di meja saya?!" "Ngawur! Jangan sembarangan kamu kalo ngomong! Mau saya pecat?!" "Lha, itu buktinya!" "Kamu pikir cuma kamu yang suka sama matcha di sini?!" "Emang bapak suka juga?" "Enggak!"