Letta tidak menyangka setelah bertahun-tahun disibukan dengan jadwal pekerjaan yang padat, akhirnya dia bisa menikmati liburan yang sebenarnya. Dengan bibir yang menyunggingkan senyuman, dia berdiri di ujung kapal phinisi. Matanya bersinar menatap birunya laut labuan bajo di pagi hari. Ini sudah hari kedua mereka menikmati liburan di atas kapal phinisi.
Dari satu kapal berukuran tidak terlalu besar ini, hanya dihuni olehnya, Alres dan seorang perempuan juga seorang pria yang Letta tidak tahu namanya. Sepi, mungkin karena bukan musim liburan juga. Memejamkan mata sejenak, Letta menarik napasnya menghirup wangi laut pagi ini. Letta tersenyum. Dia merasa bahagia.
Walaupun mendapat banyak pertanyaan tentang cutinya dan Alres yang dilakukan bersamaan dari teman-temannya, tapi dia mampu menjelaskan sejelas-jelasnya kepada teman-temannya. Termasuk tentang hubungannya dengan Alres. Jika Letta mengingat reaksi teman-temannya saat dia menjelaskan hubungannya dengan Alres, rasanya Letta ingin tertawa. Letta masih ingat ekspresi Alana, Briana dan Mas Deas yang benar-benar kaget saat Letta menceritakan Alres sudah datang ke rumah untuk melamarnya. Ya, Alres menepati janjinya untuk datang kerumah meminta izin untuk menikahinya sekaligus meminta izin untuk membawanya pergi berlibur.
Saat itu, Letta juga kaget melihat Alres beserta kedua kedua orang tua pria itu dan Kaylisha datang sehari setelah Alres meneleponnya malam itu. Iya, sehari setelahnya! Bukan jum'at malam seperti yang laki-laki bilang di telepon! Letta rasanya nyaris pingsan melihat Alres tiba-tiba sudah berada di depan pintunya. Pantas saja Bundanya langsung heboh menyuruh dirinya memakai baju bagus saat dia baru pulang kerja, ternyata memang sudah ada maksud terselubung. Tapi Letta tidak menyesali keputusan Alres untuk melamarnya secara tiba-tiba. Dia menyukainya karena itu dia bahagia sekarang. Saat itu, Letta juga sempat berpikir untuk mengungkapkan perasaaanya kepada Alres dan melamar laki-laki itu lebih dulu. Bodo amat dengan pandangan orang lain. Letta akan mencintai dengan ugal-ugalan dari pada harus kehilangan laki-laki sepotensial Alres.
"hey, what are you doing here?"
Letta tersentak sesat tapi kemudian dia tersenyum melihat Alres yang berdiri di belakangnya dengan terbalut kemeja pantai. Pria itu tampak menawan dengan rambutnya yang berantakan terkena angin. "Nothing, aku cuma mau menikmati pemandangan aja. Lautnya cantik banget!"
Alres terkekeh lalu memeluk tubuh Letta dari belakang. "Are you happy?"
Letta mengangguk dan tersenyum lebar. Dia mengecup pipi Alres sekilas, "thank you."
Alres tidak menjawab. Pria itu melepas belitan tangannya pada pinggang Letta kemudian menangkup tangan kanan Letta yang bertumpu pada pagar pembatas kapal. Diusapnya pelan jari manis gadis itu yang terbalut cincin pertunangan mereka. Alres tidak mampu mengatakan betapa bahagianya dia saat ini. Mengetahui bahwa cincin yang Letta kenakan adalah cincin yang membawa janjinya untuk mengikat Letta kepada sebuah hubungan yang lebih serius, rasanya Alres ingin menangis.
"I should be the one saying thank you."
Letta tersenyum, "we should both say thank you."
KAMU SEDANG MEMBACA
Matcha On The Table
Literatura Feminina"Oh! Jadi bapak yang suka naruh matcha di meja saya?!" "Ngawur! Jangan sembarangan kamu kalo ngomong! Mau saya pecat?!" "Lha, itu buktinya!" "Kamu pikir cuma kamu yang suka sama matcha di sini?!" "Emang bapak suka juga?" "Enggak!"