Prolog

8.8K 348 23
                                    

Tubuh kecil itu terus berlari, melewati orang-orang yang berlalu lalang di rumah sakit. Wajahnya tampak sembab, perawakannya kurus, dengan wajah yang masih tetap tampan.

Dia Arga Irawan kecil, dengan berani menembus kerumunan keramaian di setiap lorong rumah sakit itu. Bahkan dia sesekali menabrak orang, karena terburu-buru.

Seorang pria masuk ke dalam rumah sakit itu, bersamaan dengannya. Dengan sebuah kamera DSLR yang ditenteng ringan, menginjakkan kakinya memasuki salah satu rumah sakit besar ternama, di bogor itu.

Arga kecil langsung menghentikan langkahnya. Seseorang yang dicarinya itu sudah menampakkan diri. Dengan nafas yang masih berhamburan tak beraturan, dia berusaha berdiri tegap. Tidak ingin terlihat lemah di depan ayah, yang jarang ditemuinya itu.

Ayahnya adalah seorang photographer terkenal dengan jepretannya yang keren. Membuat Arga selalu ingin menjadi seperti ayahnya. Memang untuk beberapa orang, dia dengan ayahnya itu memiliki perawakan yang sama. Bahkan wajah mereka hampir sama persis selayaknya kembar.

Arga mulai mengatur nafasnya agar teratur. Dengan bersemangat dia memanggil ayah yang sangat dirindukannya itu.

"AYAH!! " Teriaknya dengan semangat.

Pria itu tersenyum, dia berlari kecil. Tak sabar ingin memeluk pangeran kecilnya itu.

Arga merentangkan tangannya. Dia bersiap diri untuk dipeluk sang ayah. Ayahnya menghampiri tubuh mungil itu. Arga dengan bersemangat membalas pelukan ayahnya.

Tapi dia tersentak, yang dipeluknya itu hanyalah sebuah udara. Arga membalikkan kepalanya ke belakang dengan lambat. Sakit, itu yang dirasakannya sekarang. Mungkinkah dia salah melihat orang, tapi dia benar-benar yakin jika itu ayahnya.

Udara berhembus masuk ke dalam tempatnya berdiri itu. Airmatanya mengalir, bulir-bulir bening itu mengalir berjatuhan. Tatapannya mulai berganti menjadi datar. Apa yang dilihatnya sekarang, menimbulkan banyak pertanyaan diotaknya. Diam membeku, tanpa sedikitpun ada niatan untuk berpindah atau berpaling dari pandangan didepannya itu. Aku yakin, dia ayahku.

"Arga, nenek kira kamu pergi kemana?"

Neneknya tiba-tiba datang menghampiri Arga kecil.

"Aku lihat ayah, tapi ayah tidak melihatku."

"Dimana?" tanya neneknya singkat.

Arga membalikkan tubuhnya, "Itu!" tunjuknya pada tempat tadi.

Tapi tampaknya mereka sudah pergi. Tempat itu kosong, Arga hanya diam mematung, sementara nenek tampak sedih melhat tingkah cucunya.

◑◐◑◐

Beberapa bulan setelah itu.

Ayah jarang pulang ke rumah. Hampir setiap hari. Arga akan menunggu ayahnya di balkon, setelah pulang dari sekolah.

Arga sudah bosan bertanya, 'Dimana ayah? Kapan ayah pulang?' karena jawaban ibu selalu sama, 'ayah sedang bekerja'

Tapi kenapa ayah sampai melupakannya? Lama-lama dia kesal juga.

Sampai suatu saat, ibu dan Zahra pergi menginap ke rumah nenek. Arga dengan ngotot tidak mau ikut, dia akan di rumah bersama bi Anti saja.

The Prince Ice And ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang