14. Lo Suka Sama Arga?

2.2K 147 14
                                    

"Setiap wanita pantas mendapatkan seorang pria yang mampu membuatnya lupa bahwa dirinya pernah terluka."

        Arga memang bukan cowok yang mudah buat dideketin. Vey tahu itu. Tapi yang namanya tantangan itu kan memang harus susah, kalo enggak, ya enggak menantang. Semangat Vey kembali membara. Hari ini sekolahnya nggak bertanding. Jadi Vey punya cara lain buat memberikan perhatiannya pada kak Arga. Semua itu terjadi bukan tanpa alasan, kejadian semalam membuat Vey sadar. Dia mempunyai kesempatan lebih banyak dari orang lain. Rumah mereka bersebelahan, dia punya kesempatan untuk bertemu cowok itu hampir setiap hari. Rasanya sangat menyenangkan.

"Lo taro dimana?" Irma melirik ke dalam sebuah kelas, yang sekarang bersebrangan dengan tempat mereka bertiga berdiri.

"Ya dimejanya."

"Lo gak lupa kan?"

"Apa?" Vey celingukan.

"Lo masaknya pake hati kan?"

Vey mengangguk cepat.

"Pake notes juga kan?" tanya Tasya lagi.

Vey kembali mengangguk. Berarti mereka tinggal mengawasi saja. Kak Arga dan kawan-kawannya masih belum terlihat, padahal bel masuk sudah berbunyi sedari tadi. Untungnya jam pelajaran pertama dikelas Vey kosong, karena kebetulan guru pelajaran pertama hari ini itu masih cuti melahirkan.

"Masuk aja yuk, nanti guru piket ngasih tugas lagi.." rengek Irma menarik lengan kedua sahabatnya itu.

"Bentar dulu." Tasya melepaskan tangan Irma dari lengan Vey dan lengannya.

Vey mengerutkan keningnya, dia jadi cemas. Kalo kak Arga gak sekolah gimana, sia-sia dong, dia datang pagi buta, cuma buat menyiapkan semua itu.

"Kalo kak Arga gak sekolah gimana yah?" Vey berjinjit-jinjit.

Koridor sekolah hampir sepi, yang terdengar hanyalah suara ramai dari beberapa kelas yang sudah memulai pelajaran pagi mereka.

"Lo yang sabar.." Tasya mengusap pundak Vey pelan.

"Itu datang." Irma langsung membalikkan tubuh Vey ke arah empat orang cowok yang melangkah masuk ke dalam kelas yang sedari tadi mereka amati.

Yes. Vey tersenyum senang. Arga, Ilham, Sadam, dan Romeo memasuki kelas tanpa tahu tiga pasang mata disebrang sana seksama memperhatikan.

"Ma, Tas, berhasil, rencana gue berhasil!!" Vey melirik kedua sahabatnya bergantian dengan wajah senang yang terpampang jelas.

"Hore!!" mereka bertiga melompat-lompat kegirangan.

"Sekarang. Baru ke kelas." ajak Vey merangkul keduanya.

***

Watunya istirahat tiba. Romeo sudah digeret Jessica ke kantin lebih dulu. Meninggalkan Sadam dan Ilham yang berdiri di bibir pintu menunggu Arga. Cowok itu mencurigai sesuatu yang berada dikolong mejanya. Semoga bukan hal-hal aneh yang sering dia temuin dulu.

Yaps. Dulu kalo dia pernah nemuin coklat yang udah jamuran dan expired. Mungkin Arga sudah terlalu telat buat nemuinnya. Wajar aja sih, Arga cuek banget sama hal kaya gitu. Kalo dia datang ke sekolah, semua peralatan sekolahnya selalu ditaro di dalam tas. Arga jarang banget pake kolong mejanya. Dia suka males gitu, soalnya Romeo suka buang sampah sembarangan. Kadang sahabatnya itu juga suka buang bekas siomay ke kolong mejanya. Meskipun tahu Arga akan memarahinya, yang namanya Romeo yah gitu. Kebal kena marah. Gak ada kapok-kapoknya.

The Prince Ice And ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang