"Lo ngapain sih?" Lusi terkejut dengan Tasya yang mendadak datang mengacak mading yang sudah ditatanya susah payah. "Tasya, apa-apaan sih lo?!"
"Lo nggak bosen-bosennya apa, nyebar gosip yang bisa ngerugiin narasumber lo sendiri, Lus?!" Tasya membuang lembaran kertas yang dia tarik kasar ke dalam tong sampah yang terlihat sudah cukup penuh.
Lusi menyandarkan tubuhnya ke dinding seraya mencoba menenangkan nafasnya. Maklum, kalo sama Tasya dia nggak akan bisa ngelawan sama kaya ke Vey. Semua orang tau, pacar Tasya, Dendi bakalan nggak mau tahu kalo Tasya dibuat nangis sekalipun sama cewek. Begitulah faktanya, senangnya punya seseorang yang melindunginya. Sementara Vey, dia selalu takut untuk melakukan kesalahan yang dapat mengingatkannya pada masa lalunya yang sampai harus pindah sekolah karena suatu peristiwa yang menimbulkan trauma untuk dirinya sendiri.
"Tasya." kedua sahabatnya itu langsung memburu lengan Tasya mencoba melerai.
Kedua sorot mata Tasya melirik Vey sekilas, sepertinya dia mencoba untuk mengatur emosinya. Dengan melangkahkan kakinya menuju kelas diikuti kedua sahabatnya itu. Sudut bibir Lusi sedikit terangkat sepertinya api yang dia nyalakan cukup membakar hari itu.
***
Kini sudut bibir Vey terangkat, hingga menyunggingkan senyum sinis yang berusaha tidak terlihat mencolok. Kedua sahabatnya itu gila yah, katanya sih mereka mau menghibur suasana hati Vey. Tapi yang mereka lakuin sekarang tuh, semakin merusak suasana hatinya. Yakali, orang yang masih punya masalah sama mantan jadi kembang goyang dua pasangan sekaligus.
Bagaimana pun deru nafas kasarnya terdengar jelas, "kalian niat neraktir gue?" tanya Vey pada sahabatnya yang sibuk ayang-ayangan.
"Hn?" Tasya menoleh.
"Gue kaya kembang goyang tau gak?" setelah itu Vey melirik kesamping pada Irma dan Dino, "padahalkan kalo lo nggak nembak Irma gue jadi kembang goyangnya berdua."
Dino menahan tawa dengan yang lainnya, "mana ada jones club-club!" ledeknya menimbulkan gelak tawa.
"Ish.." Vey mengangkat segelas capuccinonya, seolah akan melempar, "yaudah deh, asalkan gue kenyang nggak masalah sih!"
"Lagian, siapa suruh lo nyerah gitu aja." celetuk Tasya kali ini, dia masih agak marah.
Vey kembali membuang nafas kasarnya, "lagian, belum apa-apa dia udah nolak gue. Seisi sekolah juga tahu, gue yang paling nggak berkualitas dalam jajaran gadis yang ditolak dia. Sulit lagian deketin cowok anti cewek."
"Heh, gue juga nggak pernah liat dia sama cewek." Dino ikutan nimbrung.
Dendi ikut menganggukkan kepala, "orang yang deket dia itu kan palingan, Romeo, Sadam, sama Ilham doang lagi."
"Kenapa kamu nggak nyoba deketin?" Tasya melirik Dendi.
"Gue nyamannya sama kamu doang, mau gimana lagi."
Jawaban Dendi mengheningkan suasana. "Gombal" sadar, cowok itu melontarkan godaan, kepala Tasya disenderkan dengan sengaja.
Sweett, suara itu menyusul dari tiga orang disamping mereka.
"Eh, tunggu deh! Sekarang kan lagi musim gay!" Tasya mengalihkan topik.
Irma tersenyum menanggapi, "itu kan emang udah gosip kali, lo lupa. Pas, penolakan ke tiga. Lusi nempel info dimading Prince Charming is..yang pertama, cowok itu benci cewek karena masa lalu. Yang kedua, cowok itu gay. Dan yang ketiga, belum nemu yang cocok. Inget? Tapi langsung dicopot sampe istirahat doang."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Prince Ice And I
Ficção AdolescenteCerita tentang penyesalan, rahasia, ketertarikan, dan pandangan tentang cinta. ______________________________ Arga Irawan seorang senior cakep juga menawan. Merupakan the most wanted sekolah, yang sulit diincar. Dengan julukan "Prince Charming "...