21. Fakta

1.1K 84 5
                                        


Suara bel berbunyi disepanjang koridor sekolah, menandakan ujian mereka sudah berakhir untuk hari ini. Namun, Vey masih merutuki dirinya sendiri yang tiba-tiba ngeblank ditengah-tengah mengerjakan soal. Dan satu hal lagi yang bikin dia tambah kesel. Tasya yang seruangan dengannya itu mendadak congek. Istigfar deh, suka pengen banting meja hawanya saat itu.

"Tasya lo congek-an tiba-tiba yah? Otak gue berasap tadi!" gerutu Vey pada Tasya yang senyam-senyum jahil.

"Gue nggak bisa nengok bukan karena nggak denger tapi kesempatannya lagi bagus buat gue." ngelesnya gitu aja.

Sementara Irma yang berada diruangan ujian sebelah itu tak ikutan berdebat. Dia hanya berjalan dengan mata lurus menatap koridor bersama mereka berdua.

"Tapi ngomong-ngomong, gue nyerah deh.. Belajar sendiri itu sulit tau gak?" keluh Vey begitu saja.

"Belajar sama Rendi aja, modus-sin mantanlah kali-kali!" ceplos Irma seolah tak tahu keadaan, ucapannya itu langsung dapet tatapan mengecam dari kedua orang disampingnya, Tasya dan Vey. "Emang salah yah gue?" tanyanya polos.

"Ma, mantan gue itu spesiesnya beda sama mantan orang lain. Kalo ibarat sampah itu dia nggak bisa didaur ulang kaya plastik dimusnahinnya dengan cara dibakar!" jelas Vey bikin melongo. Nggak nyangka aja, dia punya pemikiran sebegitu ilmiahnya.

"Yaudah ke lu aja, Tas! Lu kan paling oke kalo masalah otak dari kita berdua!" usul Irma yang langsung mendapatkan sambutan baik.

Tasya cukup bingung sendiri, "ta-tapi kalo gue ajarin jangan pada nyesel nanti."

"Kapan kita mulai?" tanya Irma semangat.

"Tumben lo semangat belajar, Ma?" Vey aneh sendiri dengan reaksi Irma.

Irma tersenyum kecut, "soalnya ibu gue ngancem bakalan potong uang jajan kalo jadwal remed gue penuh kaya kemaren."

"Hahaha.." mereka pun tertawa dengan alasan Irma, pantes aja cewek itu murung sedari pagi.

"Nginep aja dirumah gue.." usul Tasya. "Soalnya, Bonyok lagi nggak dirumah."

"Widih! Asyik tuh.." Vey langsung girang mendengarnya, "mau lah, ya Ma?"

"Tapi belajar yah? Awas lu kalo maen doang!" tukas Irma kembali membuat Tasya dan Vey tertawa. Memangnya sih, kalo soal potong uang jajan itu paling sensitif.

"Kalo soal kebenaran Prince Charming dan bar itu gimana?" Vey mengalihkan pembicaraan dengan nada bicara pelan dan berhati-hati.

"Tapi sama siapa yah, yang bisa bantu mastiin kebenarannya?" Tasya pun bingung.

"Kemaren kan, kak Romeo ada disana nggak, Tas?" Irma melirik Romeo yang sedang bercengkrama dengan Sadam dikelas disebrang mereka.

Tasya mengangguk mengiyakan.

"Kenapa nggak tanya sama dia aja iyah kan?" usul Vey begitu saja.

"Lo yakin?" Tasya tampak ragu.

"Nggak apa-apa gue yang nanya kok!"

"Seriusan?" kini Irma juga tampak ragu.

"Iyah, kalian duluan aja deh.." Vey benar-benar memberanikan diri sekarang, "nanti gue ke rumah lo sore sekalian cerita yang gue dapet!"

The Prince Ice And ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang