16. Cinta

2.1K 148 11
                                    

Sebuah penggambaran sempurna untuk satu sosok angkuh bernama Prince Charming itu. Lama-lama Vey sadar. Julukan itu terasa tidak sesuai dengan cowok yang perlahan ingin ia lupakan. Prince Charming bagi semua orang disekolah ini. Dia merupakan sosok penurut dengan nilai yang selalu tinggi. Semua guru menyayanginya, cowok itu tak pernah sekalipun menjadi buronan sekolah. Semua tentang dia adalah hal-hal baik. Nggak heran jadinya, kalo semua murid cewek termasuk Vey juga mengidolakan sosok yang satu ini.

"Mau sampe kapan lo pantengin mading?" Lusi merangkul Vey akrab, "kagak biasanya deh.."

Vey melirik Lusi sesinis mungkin. "Lo nggak harus nanya maksud gue, mulai hari ini lo harus berhenti buat yang namanya pasang hal-hal aneh tentang gue!"

Ups. Lusi langsung merenggut dibuatnya. Cewek itu sadar. Vey bisa garang juga ternyata. Apa daya, siapa juga yang nggak bakalan risih sama artikel yang judulnya aja udah pasti menjatuhkan. Apalagi kalo bukan hal-hal seperti fakta-fakta Arga nggak memilih Vey, fakta kealayannya, atau hal-hal yang memalukan pokoknya. Sampai-sampai sebagai sahabat yang baik. Irma dan Tasya membantu Vey mengubrak-ngabrik artikel menyebalkan itu hingga tak tersisa.

"Tenang aja. Gue udah kapok kok." Lusi melepaskan rangkulannya.

"Awas aja lo!" gertak Vey lagi dengan sorot mata lebih tajam.

Bukan Lusi namanya. Kalo nggak berhasil mengelabui lawan. Setelah memastikan Vey menghilang pergi menyusul kedua sahabatnya ke kantin. Lusi kembali beraksi menempelkan beberapa artikel baru. Kebetulan beberapa murid juga mulai berdatangan untuk mengetahui info terhangat hari ini. Mereka terkejut dengan judul yang dikeluarkan kali ini. Sebuah judul yang benar-benar berlawanan dari artikel yang kemarin. Judulnya, "alasan kenapa Arga harus menerima Vey".

"Widih, kok gue sekarang jadi salut ya.." terdengar pujian untuk artikel itu dari beberapa murid.

Tapi memang tidak semua orang kagum akan alasan-alasan itu. Tapi siapa yang akan menyangka artikel itu bukan hasil print out seperti biasa melainkan sebuah tulisan tangan dalam dua lembar hvs putih. Tulisan tangan itu memang tidak terlihat rapi seperti tulisan tangan pada umumnya. Tapi tulisan itu dapat dibaca dengan mudah oleh para murid, mereka juga dikejutkan oleh seuntai nama disudut bawah artikel itu lengkap dengan tanda tangan sang penulis.

Terdengar hempasan nafas kasar diantara kerumunan itu. Cinta menggebrakkan langkah meninggalkan mading. Melihat artikel itu seperti melihat tanda tantangan untuk perang padanya. Beberapa orang tahu. Siapa orang yang tengah dituju gadis itu. Namun tak ada yang akan menahannya untuk sekedar memperlambat waktu agar tidak terjadi perkelahian hari ini.

Dengan langkah cepatnya Cinta sudah menampilkan senyum sinis diwajah cantiknya. Sekarang dia sudah berada dikantin, berjalan menuju kursi yang tengah diduduki tiga orang gadis yang sedang asik-asiknya mengobrol dipojokan itu.

"Gue tau kok. Orang gak tau diri itu banyak. Banyak banget." ceplosnya menyela pembicaraan tiga sekawannya itu.

"Maksudnya kak?" Vey tak mau pura-pura tuli. Dia tahu sinyal yang dilempar Cinta padanya.

"Nggak. Gue cuma haus aja. Minum gue mana?" salah satu teman Cinta menyodorkan segelas capuccino hangat.

Cinta kembali tersenyum sinis. Tahu akan ketegangan yang mulai merasuki Vey kali ini.

"Santai aja. Gue cuma haus, pengen minum.." Cinta menahan pundak Vey yang akan berdiri agar kembali duduk.

Tingkah senior seperti itu tentu saja sangat mengganggu. Mereka bertiga memperhatikan tingkah tak senonoh itu dengan tatapan tak mengerti.

Byuurr

Cinta menumpahkan segelas kopi hangat itu hingga membasahi seluruh seragam putih abu Vey. Mereka bertiga benar-benar terkejut.

The Prince Ice And ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang