"Horee hari ini gue udah kelas XI." Teriak Arrash kegirangan di dalam kamar sambil menyisir rambut coklatnya.
Disaat Arrash sedang siap siap berangkat sekolah, tiba tiba terdengar suara moge dari luar rumahnya dan berhenti didepan rumahnya. Seperti biasa, Denan setiap pagi selalu ngejemput gadis itu buat berangkat bareng ke sekolah.
"Mah, Rash jalan dulu yaa." Pamit Arrash sangat sumringah.
"Iyaa, hati hati di jalan sayang." Tambah mamah sambil teriak dari meja makan.
Arrash pun langsung menghampiri Denan dengan berlari kecil sambil lompat lompat layaknya anak kecil.
"Hai." Sambut Arrash.
"Hemmmmm." Sumpah flat banget muka dia.
"Cepet banget datengnya? Alarm lo bekerja dengan baik tadi?!" Ledek Arrash yang asik melihat Denan sedang merapihkan jambulnya dengan wajah muram.
"Bekerja dengan baik banget Rash alarm gue. Udah ayoo naik."
Sepanjang perjalanan tidak tau kenapa mereka tidak saling mengobrol layaknya sahabat biasanya.
"Nan, lo kenapa dhe? Diem aja." Pertanyaan itu muncul, karena Arrash tidak betah dengan kesunyian diantara mereka.
"Gue males aja udah sekolah lagi."
"Aneh lo."
"Pasti waktu gue buat main ps kesita semua buat tugas lagi nanti."
"Yailah ps masih aja diinget. Gue sekarang lagi mikirin, kita bakal sekelas lagi apa nggak?"
"Semoga nggak, bosen gue ketemu lo mulu Rash." Gurau Denan.
"Semoga sekelas, biar lo eneg ketemu gue terus." Gue membalas gurauannya pedas.
Selang beberapa menit kita sampai juga di sekolah, tepatnya di SMA Bukti Soin.
Suasana pagi yang sangat Arrash dambakan, bisa balik ke sekolah.
Tanpa basa basi Arrash menarik tangan Denan dan langsung menghampiri mading sekolah yang berada di dekat ruang guru. "Nama kita mana Nan??!!" Berdebar Arrash mencari nama mereka berdua.
"Arrash. Gu-- mana? Ehhhhhhhh ini diaaaaaa." Nama kita tersisip di kelas XI.MIA2.
"Yuhuuuuuuu!! Kita sekelas." Seru Arrash bahagia.
Seketika Arrash berteriak kegirangan sembari lompat memutar dan tak menyadari ada cowo yang sedang berjalan dibelakangnya membawa buku tebal di tangannya.
BRAK!!!
"Aw." Ucap Arrash sambil kesakitan membersihkan tangannya yang kotor.
"Lo gapapa kan? Ada yang sakit ga?" Dengan cepat cowo itu mengulurkan tangannya kearah Arrash yang sedang terduduk di lantai.
Terdanga wajahnya melihat uluran tangannya dengan mata yang berbinar binar.
"Gilaaa ganteng banget nih cowo! Kok gue bisa ketemu makhluk seganteng dia yaa?" Gumam Arrash sendiri dan ga tau kenapa gadis itu jadi deg degan ga karuan, padahal setiap ketemu cowo seganteng apapun itu ia tak akan segugup ini.
"Hah?! Barusan lo ngomong apa?!" Sahutnya dengan membulatkan kedua bola matanya penasaran.
"Hah--ha. Ha. Nggak kok. Lo salah denger kali! Gue ga ngomong apa-apa" Jawab Arrash dengan wajah gelagap menundukan kepala.
"Hemm," Yang sepertinya dia melihat heran dari atas rambut sampai ujung kakinya.
"Vin, maafin sahabat gue yaa, dia emang gitu." Denan membalikan tubuh ke arah kami berdua, yang tidak disangka yang ditabrak Arrash itu temannya, yang tidak lain dia adalah Kevin.
"Iyaa Nan, gapapa santai aja." Kevin menepuk bahu Denan dengan senyuman tipis.
"Mau kemana lo?"
"Ke perpus balikin buku.. gue duluan yaa Nan." Sambarnya dan langsung meninggalkan kami.
"Itu temen lo tadi?" Tanya Arrash penasaran.
Tanpa menjawab pertanyaan Arrash, dia sudah berjalan cepat mendahului gadis itu.
Entah kenapa semenjak Arrash bertemu cowo itu, Arrash selalu terbayang tatapannya. Ini pertama kali selama hidupnya berlangsung. Sejarah baru. Walaupun bukan awal yang baik untuk sebuah pertemuan.
~~~
Malam pun sudah menggelapi seisi langit.
Bosan! Ga ada hiburan di rumah. Arrash yang sudah memakai piyama pun duduk di sofa dan langsung menyalakan tv. Mengganti ganti setiap channel yang ada.
Ada bunyi line dari arah ponselnya. LINE!! Arrash pun langsung mengambil ponsel yang berada di atas meja.
"Line dari Denan."
Denan: Keluar cepetan! Gue di taman depan rumah
Arrash: Tunggu....
Perintah Denan pun dituruti Arrash. Dengan segera dia mematikan tv dan langsung berlari keluar rumah.
Arrash melihat Denan yang asik tiduran dihamparan rerumpun hijau yang sudah mulai rimbun. Dia kece banget dhe, padahal udah malem gini juga.
"Ngapain nyuruh gue kesini?!" Mulai Arrash dengan pertanyaan.
"Cakep yaa langitnya." Jawab Denan dengan senyuman melingkar di wajahnya.
Denan pun yang tadi tiduran langsung terbangun dari rerumputan. Dia langsung menarik tangan Arrash dan mengajaknya untuk ikut tiduran disamping dia.
"Ohh iyaa! Lo belom jawab pertanyaan gue tadi pagi itu."
"Yang mana? Ga inget gue Rash." Dia menatap Arrash bingung.
"Cowo tadi tuh temen lo?" Jawab Arrash cemberut.
"Kevin?!! Dia temen main aja di sekolah, sama sama korban dari anarkisnya para cewe di sekolah. Ganteng yaa? Naksir lo?"
"Kok lo ga pernah cerita sih kalo punya temen seganteng dia?! Tapi kenapa ya? Kok gue kayak punya ketertarikan gitu sama dia yaa? Padahal kenalan aja nggak kan!" Jantung Arrash mulai berdebar.
"Tertarik? Ternyata lo masih suka sama cowo. Gue kira mah nggak." Ledekan itu membuat Arrash membulatkan kedua mata kearahnya.
"Ga suka, cuma tertarik. Lagian gue ga percaya sama cinta." Arrash mengelak.
"Lagian lo kenapa sih takut banget ngerasain cinta? Ga semua cinta itu menyakitkan kok Rash, Percaya dhe sama gue!" Denan terbangun dari tidurnya dan menggenggam tangan Arrash.
"Ga. Ga ada cinta yang membahagiakan! Gue selalu liat di sinetron, pasti artisnya pada nangis gara gara cinta walaupun nanti akhirnya bahagia juga sii, bebarti kan gue harus ngerasain sakit buat dapetin cinta gue. Dan gue takut ngerasain itu tau!" Tegas Arrash langsung melepas genggaman Denan.
"Lagian nontonnya sinetron mulu, sinetron itu ada skenario, kalo di kenyataan adanya rencana. Dan itu beda jauh ceritanya." Denan balik membalas.
"Harus punya planning berarti?"
"Iyaaa wajib."
Arrash bangun dari rerumputan dan bergegas lari meninggalkan Denan. "Mau kemana?!!" Seru Denan heran.
"Mau bikin planning!!" Teriak Arrash seraya Meninggalkan Denan.
~~~
Wanita ini adalah wanita yang kaku akan kehidupan pria.
Disayangkan, karena wajahnya cantik, bertubuh tinggi, berkulit putih dengan rambut coklat panjangnya. Dia tidak mampu mendalami seperti apa itu cinta.
Berbeda seusai bertemu Kevin dengan pertemuan yang tidak mengenakkan pagi itu.
Pokoknya Vommentssssssss masih di obrallll.
KAMU SEDANG MEMBACA
Detak.
Teen FictionDiamku adalah cara mencintaimu paling sulit. Antara aku. Dia. Sahabatku? Dan perempuan itu. Lalu bagaimana dengan detak dalam hatinya yang selalu mengukir namaku? cover by kacamata graphic