Gue ga nyangka malam ini akan terjadi, malam yang selalu gue tunggu keajaibannya.
Sesampainya gue di cafe, Seperti biasa setiap malemnya, cafe selalu rame ditambah juga ada show terus. Gue langsung cari tempat duduk disamping Kak Elvo. Btw, gue malem ini cukup pake crop top maroon sama print flower midi skirt.
Ada Kak Elvo, Kevin, Mirella, Denan. Ortu gue ga bisa dateng karena masih kerja. Awkward banget sumpah.
"Kak! Makeup gue? Luntur ga? Baju gue ga norak kan?" Parno gue gilsss.
"Cakep udah, stay cool aja." Jawab Kak Elvo santai.
"Nervous gue Kak." Gue memilin-milin rok skirt gue saking deg degannya.
"Awas sampe penampilan lo jelek nanti! Jangan malu-maluin!!" Suruh kakak gue.
Tapi gue nyoba buat pedein diri. Dalam waktu yang singkat gue berhasil enjoy sama keadaan sekitar.
Dan saat itu juga, nama gue dipanggil oleh MC cafe dan disuruh naik ke stage. Dengan senyuman gugup gue menaiki panggung dan sedikit berbincang dengan MC.
"Ini perdana lho guys! Pasti uda ga sabar kan mauu denger suaranya kayak gimana! Silahkan Arrash." Ge sudah menggenggam microphone dan menyesuaikan nada mengikuti iringan musik.
Just a little bit of your heart
Just a little bit of your heart
ust a little bit of your heart is all i want
Just a little bit is all im asking for...
Ariana Grande - Just a little bit of your heart
Suasana berubah menjadi sendu dengan lagu yang gue bawakan barusan, bahkan mata gue berkaca-kaca melihat antusias audients yang bertepuk tangan ria.
Saat itu juga, senyuman gue menatap mata Kevin. "Gue butuh perhatian kalian semua yang ada disini!!" Seru Kevin yang membuat seisi cafe menjadi diam dan memperhatikannya dengan heran. Terutama Mirella.
"Kevin! Lo mau ngapain?" Tanya Mirella sembari menyuruhnya untuk kembali duduk.
"Malam ini gue pengen nyatain perasaan gue sama cewe yang paling gue sayang." Sahutnya lagi semakin kencang.
Arrash hanya bisa terheran diatas panggung dengan ucapan Kevin, 'Siapa?'
"Apa apaan sih Vin?!" Mirella masih saja menyuruh Kevin duduk.
"Mirella Aleandra Kaif, lo mau ga jadi PACAR gue??" Dia menyatakan perasaannya kepada Mirella di depan umum. Yaa Tuhan.
Telinga gue seperti dibakar bara api saat kata-kata itu terlontar dari mulut Kevin. Tubuh gue pun melemas sedangkan air mata gue menetes, tak menyangka jika Kevin senekad itu menyatakan perasaannya.
"Jawab!! Lo mau kan jadi pacar gue??" Kevin mengulangi perkataannya.
Mirella tersenyum dan matanya berkaca kaca terharu. Dia mengangguk menerima Kevin. "Iyaa gue mau." Mereka berpelukan dan semua orang merasa terenyuh dengan romancenya. Kecuali Denan.
Arrash memilih enyah dari cafe itu untuk meninggalkan kesan romantis itu, hatinya sakit. Denan mengejar gue keluar dan menyegat tangan Arrash. "Lo mau kemana Rash?!"
"Lepasin! Lepasin gue!!" Gue tidak menoleh bahkan mengacuhkannya.
"Lo jangan macem-macem Rash. Gue tau apa yang lo rasain!!"
"Ga ada satu pun orang yang ngerti perasaan gue!! Bahkan orang yang gue sayang, sekarang udah sama orang lain." Gue melepas cekalan Denan dan berjalan mundur ke arah jalan raya. "Gue capek!!" Gue tak sadar sudah berada tepat di tengah jalan, sedangkan gue masih menyauti perkataan Denan.
Kenapa lo nyakitin gue lagi? Luka kemaren belom sembuh Kevin, sekarang lo tambahin luka baru yang bikin gue nyerah buat mencintai lo.
"Arrash!!" Cegah Denan lagi.
"Stop!! Jangan ngedeket. Gue mau sendiri!!" Gue tetap berjalan mundur semakin ke tengah jalan.
Tiba tiba saja, dari jauh ada sebuah mobil yang melaju dengan kecepatan tinggi menghantam tubuh Arrash sampai terseret beberapa meter dari tempat awal.
Tubuhnya pun berlumuran darah dan Arrash tidak sadarkan diri. Mobil yang menabrak Arrash segera larikan diri,sebelum polisi datang.
"ARRASH!!!" Denan berlari mendekati Arrash yang sudah tak sadarkan diri di tengah jalan.
Semua orang yang berada di dalam cafe pun berhamburan keluar melihat kejadian itu termasuk Mirella, Kevin dan Kak Elvo.
Kak Elvo yang panik langsung memanggil ambulance, sedangkan Arrrash masih terkapar membisu dipangkuan Denan.
"Rash bangun Rash!!!" Denan meneteskan setiap air matanya tepat disaat ia melihat Arrash tertidur lelap dengan keadaan yang menyakitkan.
Ambulance datang dan cepat Denan membaringkan Arrash di stretcher.
Sesampainya di rumah sakit, Arrash langsung dilarikan ke UGD. Disitu Arrash berbaring melawan rasa sakitnya sendiri.
Ia langsung mendapatkan penanganan medis untuk tetap mempertahankan hidupnya.
Keluarga gue dan keluarga Denan sudah datang ke rumah sakit untuk melihat apa yang terjadi.
"Arrashhhh anak mamah. Kenapa bisa kayak gini sayang?!" Mamah Arrash sudah menangis tak menyangka jika anaknya sedang berbaring di ruang UGD sekarang.
"Elvo!! Arrash kenapa?!" Terlebih papah gue memegang kedua punggung tangan Kak Elvo kencang sembari mengisak tangis.
Kak Elvo dengan berat hati menceritakan semua kejadian tadi kepada mereka yang baru datang.
Di ujung lorong rumah sakit terdapat Denan yang sedang menyandarkan tubuhnya pada dinding rumah sakit dan menjambak rambutnya frustasi dengan tangisan yang mengalir sederas mungkin. "Arrash jangan tinggalin gue. Rash. Ga mungkin. Ga boleh." Isakan tangisnya semakin kencang terdengar.
"Sayang sabar, Arrash bakal baik-baik aja kok." Tante Mela mencoba untuk menenangkan Denan.
"Sabar apanya mah?!! Darahnya Arrash aja masih ada di tangan aku! Gimana baik-baik aja?!!"
"Kamu harus kuat Nan."
"Ini semua salah aku, aku ga bisa jagain dia. Aku ini bodoh, mah." Denan meringkuk dipelukan tante Mela.
Semua cemas, lesu, gemetar menunggu tim medis keluar dari ruangan untuk memberitahukan kondisi Arrash.
Detik sudah tersingsing oleh jam, kemudian salah satu dokter keluar dari ruangan dan memberitahukan kondisi Arrash saat itu "Benturan keras di kepalanya menyebabkan pendarahan dan reaksi radang pada otaknya, untuk saat ini anak bapak dan ibu masih dalam kondisi koma." Semua melonjak frustasi.
Kevin dan Mirella hanya bisa terdiam duduk manis di ruang tunggu, entah mereka memikirkan mengapa Arrash melakukan hal buruk tadi. Asalkan mereka tau, itu semua karena rasa sakit hatinya disebabkan mereka berdua.
~~~
"Aku mengerti apa yang dimaksudkan diantara aku dengan wanita itu.
Salah satu dari pada yang lainnya, dipilihnya adalah dia.
Semua senandung yang menyakitkan hati, yang aku inginkan berpindah haluan.
Aku merasa bodoh dengan penantian yang membuatku menjauh dari kenyataan, bahwa aku ini bukan miliknya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Detak.
Teen FictionDiamku adalah cara mencintaimu paling sulit. Antara aku. Dia. Sahabatku? Dan perempuan itu. Lalu bagaimana dengan detak dalam hatinya yang selalu mengukir namaku? cover by kacamata graphic