Gue melihat Denan dan Kevin sedang duduk di bawah pohon dekat taman sekolah. Rencananya gue mau ngagetin mereka, jadi gue berlari tanpa memandang tapak jalannya dan ditengah lari gue, gue ga liat kalau ada batu yang cukup besar didepan gue. Akhirnya gue tersandung batu itu dan pas sekali gue berhenti di hadapan mereka.
Mereka yang melihat aksi gue itu hanya bisa memasang wajah heran dan pasti sebentar lagi akan tertawa.
"Lo mabok apa Rash??" Denan bertanya teguh memegang tangan gue yang sedang kesakitan.
"Lahh apaan?! Itu tuh gue kesandung batu!! Dasar batu ga tau diri." Gue membersihkan sikut gue yang kotor sambil menunjuk batu yang membuat gue tersandung.
"Ada yang sakit ga??" Kevin menyambar perkataan gue dengan lembut, dia juga membantu membersihkan lutut gue yang sedikit lecet. Tubuh gue mulai gemetar, lemas karena terkesima, pipi gue juga memerah. Tangan Kevin menyentuh lutut gue ya ampun.
"Sakitnya sih ga seberapa! Tapi malunya itu lho yang ga nahan!" Ada penekanan dikalimat terakhir, gue melihat sekeliling daerah taman yang sedang menertawai gue. "Shittt!! Gue butuh kantong plastik item buat nutup muka gue."
"Disini ga sedia kantong plastik, tapi adanya tong sampah noh." Ejek Denan yang membuat gue kesal.
"Diem aja lo tuyul." Gue membekap mulut Denan dan menatapkan mata gue tepat di depan mata Denan juga.
"Terus lo ngapain lari-lari dateng kesini??" Tanya Kevin.
Gue melepas mulut Denan dan mulai menjelaskan kronologinya secara rinci tanpa ada yang tertinggal. "Nih tadi tuh di kelas diserbu para fans amatir lo berdua, mereka pada nitip barang-barang ga jelas gitu, mana pada berisik nanyain lo dimana? Sama siapa? Bla bla blaa!! Makannya gue nyariin kalian, ehhh ga taunya malah disini."
"Duhh kegiatan rutin itu cewe-cewe bikin gue kesel banget." Denan sedikit kesal mendengar penjelasan gue tadi.
"Udah lah, ngapain sih ngurusin cewe ga jelas gitu?! Ilfeel gue sama cewe yang ngejar-ngejar cowo." Tambah Kevin enteng.
'Lo berarti juga akan ilfeel sama gue kalo nanti lo tau, kalo gue juga ngejar-ngejar lo?? Gue cewe yang cuma bisa nunggu tanpa bisa memastikan, gue takut lo ngejauh.' Arrash membuang muka dari mereka,seakan-akan seperti ada yang menarik perhatian Arrash disuatu titik.
"Ehh yaudah dhe gue mau ke perpus aja." Gue mengalihkan pembicaraan dan beranjak pergi.
"Gue ikut dong Rash!!" Denan mengejar gue dari belakang.
Kami melangkahkan kaki memasuki perpus. Gue ngeliat udah banyak murid di dalam perpus, keadaannya sunyi banget. Cepat saja gue mengelilingi rak perpus dan terpencar dari Denan. Gue memilah-milih dari banyaknya tumpukan buku dan gue terpaku pada satu buku tipis yang menarik perhatian gue.
"Hemm seribu satu cara mendapatkan doi??" Gue membaca judul buku itu. "Kok di perpus sekolah, bisa ada uku kayak gini yaa?" Gue terduduk di depan rak buku, yang seketika saja Denan menepuk pundak gue dan mulai duduk di sebelah gue.
"Baca apa tuh??" Tanyanya yang langsung merebut buku itu dari tangan gue
"Ck, main rampas-rampas aja lo Nan." Gue yang merebut paksa balik.
"Suka-suka gue." Sumpah nyebelin banget manusia satu ini.
"Ishh. Ini lho gue nemu buku semacam cara buat dapetin orang yang kita suka, mitos banget ahh palingan buku-buku kayak gini. Gue mau balikin aja." Gue berdiri ingin menaruh buku itu kembali ke tempat asalnya.
"Ehh tapi bisa aja kalo salah satu caranya ada yang mujarab."
"Ahh apaan? Kalo suka sama orang tuh alami usaha sendiri dong!" Gue sudah meletakan buku itu dan mengulurkan tangan untuk membangunkan Denan dari duduknya dan enyah dari perpus, kita ga jadi baca buku soalnya gue semakin badmood.
KAMU SEDANG MEMBACA
Detak.
Teen FictionDiamku adalah cara mencintaimu paling sulit. Antara aku. Dia. Sahabatku? Dan perempuan itu. Lalu bagaimana dengan detak dalam hatinya yang selalu mengukir namaku? cover by kacamata graphic