Matahari pagi sudah menyongsong meminta mata untuk terbuka lebar. Beda dari kemaren, gue terbangun agak sedikit lesu.
Tiba-tiba saja suara ketukan pintu mendatangi kamar gue.
TOK TOK TOK
Karena efek males ditambah juga nyawa belom kekumpul jadi gue belom bukain itu pintu.
TOK TOK TOK.
"Rel! Mirella! Buka pintu!" Gue menggusal memanggil Mirella yang tidak datang-datang.
"Yaelah dia lagi mandi." Terdengar suara gebyuran air dari kamar mandi yang pastinya itu Mirella.
Mau tidak mau gue yang membukakan pintu. "Siapa sih pagi-pagi ganggu aja!"
NGET..
"Arrash!" Itu Kevin ternyata yang datang ke kamar gue dengan tataan pakaian rapih. Ngeliat muka dia tuh gue terpanah menatap bibirnya yang kemaren sudah bersentuh lembut dengan bibir Mirella.
"Heemm."
"Judes banget sih muka lo pagi-pagi. Senyum dong." Kevin menyubit pipi gue gemas. Secara langsung gue menebas tangannya dari pipi gue.
"Kevin!" Mirella semangatnya menyambut Kevin dan menggandeng tangannya. "Lo berdua mau kemana?" Tanya gue sekali lagi.
"Gue mau hari ini kita semua jalan bareng sebelum besok balik ke Jakarta." Sahut Kevin yang sama sekali gue ga mau pandang.
"Yaudah nanti lo sama Denan, kita tunggu di luar oke." Gue belom siap malah ditinggal, gue lagi kesel malah diajak jalan. Akhirnya mereka keluar kamar masih seperti posisi awal.
"Itu Arrash kenapa?"
"Gue ga tau."
"Segala ngomongin gue lagi! Belom pernah di cekek pake besi panas apa?!" Geram gue menghentakan kaki yang diiringi kedatangan Denan yang mengagetkan gue.
"Heh! Lo ngapain di depan pintu sambil manyun gitu?!"
"Lha lo yang ngapain disini?!" Perasaan muram membuat sedikit cetus ke Denan.
"Kan mau jalan-jalan dodol!" Denan menoyor kepala gue iseng. "Mata lo sembab banget noh. Haha." Puasnya dia mengomentari gue.
"Hah iyaa?! Yaudah dhe gue mandi sebentar." Gue melonjak dari tempat semula untuk merias diri ditemani Denan di atas ranjang sambil memainkan handphone.
~~~
"Kita satu mobil sama mereka?" Seiring perjalan gue bertanya sambil kerepotan menggunakan tas.
"Iyalah, kan make mobil pariwisata bokapnya Mirella."
"Ohh."
Gue diam tak banyak bicara selama perjalanan, mata gue selalu saja tertuju pada ponsel. Bersinyalir suaranya terdengar di telinga, ia tertawa saat gue terdiam. Dia mengumbar senyumnya kepada perempuan yang pantas dia cintai, memang tidak salah.
"Sampe dhe!" Kita sekarang udah sampai di tempat cinderemata yang menarik buat dikelilingi.
Arrash kurang suka diajak ke tempat ramai, rasa jenuh semakin membeludak. Lipatan bibir dan wajah yang menunduk, ga jauh beda sama bebek dhe.
Gue ngeliat Mirella sama Kevin kayaknya seru banget, sedangkan Denan merangkul gue hanya berusaha jadi mood booster.
"Pengen balik dhe gue." Gue melugaskan ajakan gue ke Denan yang didengar mereka berdua juga.
"Jangan Rash! Belom puas nih."
"Yaudah! Denan! Temenin gue makan!"
"Dimana?! Gue ga liat ada rumah makan or something."
KAMU SEDANG MEMBACA
Detak.
Teen FictionDiamku adalah cara mencintaimu paling sulit. Antara aku. Dia. Sahabatku? Dan perempuan itu. Lalu bagaimana dengan detak dalam hatinya yang selalu mengukir namaku? cover by kacamata graphic