Cerahnya sinar matahari membuat penglihatan gue sedikit kabur, gue terbangun dari tidur gue dan bergegas menyiapkan diri untuk sekolah. Seusainya gue rapih, gue sejenak berhenti di depan cermin. Gue memperhatikan dari ujung kaki sampai ke ujung rambut penampilan gue.
"Emang ada yang salah sama gue yaa?? Tapi kenapa Kevin lebih tertarik sama cewe kemaren, sampe ngacuhin gue gitu. Gue tau sii, kalo dia lebih cantik dari pada gue, tapi nggak ahh." Gue mengembangkan rok sekolah gue dan keluar kamar dan menunggu Denan di teras.
~~~
"Panggilan panggilan ditujukan kepada semua murid ekskul vocal and music segera ke ruang studio." Loud speaker sudah berkumandang di setiap penjuru kelas.
Gue dan Denan yang mendengarnya segera saja berjalan menyusuri koridor sekolah menuju studio music. Baru saja gue membuka pintu, gue sudah melihat Kevin dan Mirella sedang asik berbincang sambil memegang lembaran kertas. "Rash. sini!" Kevin memanggil gue mengajak untuk duduk didekatnya bersama Mirella.
'Mirella masuk ekskul seni. Kenapa harus dia sii.'
Gue sengaja menatapnya dengan tatapan sayu, gue menganggukan kepala gue untuk menjawab ajakan Kevin, tapi gue malah menjauh dari mana mereka duduk. "Lho?" Kevin heran karena gue yang menjauh bukan mendekat.
Denan yang berada dibelakang gue hanya terbingung dengan tindak-tanduk gue, disaat gue memalingkan wajah gue dari Kevin, tiba-tiba Denan menyangkal tangan gue. "Lo ngangguk ke Kevin, tapi malah ke ujung sini duduknya?"
"Gue lagi mau duduk disini aja." Gue menegaskan perkataan gue dengan mengangkat wajah gue.
"Serius?? Terus itu cewe yang disamping dia itu siapa yaa?"
"Itu anak baru yang pernah gue ceritain ke lo waktu itu. Namanya Mirella." Menjawab dengan setengah kesal.
"Cantik juga anak barunya."
"Cantik lha, buktinya Kevin aja sampe suka gitu."
"Belom tentu. Sok tau ahh lo."
Denan selalu tidak tahu menahu apa yang terjadi dengan mereka bertiga, tapi Denan selalu tahu kalau suasana hati Arrash sedang kacau.
Beberapa menit kemudian, semuanya sudah kumpul di dalam ruangan termasuk coach Lula. Semuanya terlihat diam dan mengambil posisi sempurna.
"Saya manggil kalian semua kesini karena sabtu ini ada demo ekskul dan saya mengajukan Kevin dan Mirella untuk pendemo tahun ini." Coach Lula memberitahukan hal itu yang benar-benar membuat gue terkejut.
"Coach! Kok-- Ga jadi sorry." Gue berdiri yang awalnya ingin protes seketika saja terhenti ketika melihat sekeliling gue yg memperhatikan gue.
"Whats wrong?" Coach Lula memainkan pulpen di tangannya sambil melihat kearah gue.
"Ignore coach!" Gue duduk kembali.
Arrash tidak terima kalau mereka berdua couple di panggung untuk demo ekskul, karena selama ini Arrash yang selalu di demokan, tapi semenjak ada Mirella haknya diambil semua? Bagi Arrash, Mirella itu adalah mimpi buruk baginya.
"Oke udah segitu aja materi latihan kita kali ini, terima kasih." Semuanya enyah dari studio ruangan terkecuali gue yang berjalan di samping coach Lula.
"Coach kok Mirella sih? Kan dia masih anak baru? Terus kenapa harus sama Kevin? Biasanya kan saya yang diajuin coach?!" Gue meminta jawaban dari coach Lula untuk kepastian.
"Iyaa gapapa, coach mau liat bakat Mirella aja.. kamu sabar, kamu kan senior nih, gantian dulu sama yang junior oke yaa cantik." Ia meninggalkan gue sambil mencubit pipi gue gemas.
Gue membuka pintu studio dan meilhat Denan yang sedang menggunakan earphone. "Stttttt." Gue melepaskan earphone dari telinganya dan berjalan mendahuluinya.
"Rash? Gimana? Berhasil ngomong sama coach?" Denan mengejar gue cepat.
"Gagal total udah! Bete banget gue sumpah."
Selepasnya Arrash dan Denan kembali ke dalam kelas, kita langsung duduk ditempat. Baru menjatuhkan diri di bangku belum sampai 5 menit, ada sekumpulan cewe menghampiri gue dan Denan. Iyaa mereka itu adalah Dhea and the gengnya yang famous di sekolah dan Dhea yang sebagai ketuanya itu suka sama Denan.
"Minggir lo Rash." Usir Dhea dan ajudannya dengan tajam.
"Apa apaan lo nyuruh Arrash minggir!" Bela Denan menyuruh Arrash kembali duduk.
"Ihh Denan! Kamu kok gitu sih sama aku? Tega ahh." Jawab Dhea sangat manja.
"Hihh, jijik." Gue menaikan sebelah bibir gue, mendengar jawaban Dhea. "Yaudah lha, kalo mau duduk disini silahkan aja nih." Gue mempersilahkan Dhea duduk sambil membersihkan bangku gue sendiri.
"Nah gitu dong. Bukannya dari tadi juga." Dia mulai duduk sambil berkipas manja dan gue melihat wajah Denan pasrah dan mau ga mau dia harus tetap duduk di bangkunya.
Arrash tidak peduli dengan apa yang dilakukan Denan, Dhea and the geng.
Isengnya dia keluar dari kelas yang rencananya mau ke kelas Kevin untuk mengintip. Tapi, hatinya sudah terpatahkan ketika melihat Kevin dan Mirella sedang berpegangan tangan. "Aduhh salah liat gue! Anggep lo ga ngeliat apa-apa Rash! You have to strong Rash." Gue beranjak pergi sambil mengipas wajah gue dengan kedua tangan.
~~~
Gue tidak menitik beratkan dengan keberadaan Dhea and the geng di cerita ini, dia hanya sebagai tokoh penyela sajaaa
KAMU SEDANG MEMBACA
Detak.
Teen FictionDiamku adalah cara mencintaimu paling sulit. Antara aku. Dia. Sahabatku? Dan perempuan itu. Lalu bagaimana dengan detak dalam hatinya yang selalu mengukir namaku? cover by kacamata graphic