#26

130 12 0
                                    

Sudah lebih dari 2 munggu, Arrash terkapar di ruang ICU dalam keadaan koma. Kondisi tetap konstan seperti pertama ia mengalami kecelakaan waktu itu.

Denan selalu bersusah payah untuk menjaga Arrash di rumah sakit, sampai tak tanggung ia sering meliburkan diri dari sekolah.

"Rash, apa kabar? Gue beliin lo alat suara hujan, biar lo tidurnya nyenyak kalo dengerin suara hujan. Terus gue juga bawain bunga Lily khusus buat lo, kalo lo bisa liat ini semua pasti lo seneng banget dhe." Dengan sabar Denan mengajak Arrash bicara secara tunggal.

"Ayoo bangun dong Rash, temenin gue disini. Gue kesepian kalo ga ada lo. Bangun Rash, gue kangen sama lo, gue sayang sama lo." Tanpa diduga Arrash memberi respond tangisan, seketika Denan takjub bahagia dengan respondnya.

"Lo bisa denger gue Rash, Tuhan.... sembuhkan dia, aku mohon." Matanya berkaca-kaca.

Perbincangan yang sangat sendu itu tak di beri jawaban Arrash setiap Denan melemparkan pertanyaan.

"Sebentar yaa Rash, gue mau keluar nyari makan dulu."

Disaat ia melewati taman rumah sakit, terlihatnya Kevin dan Mirella yang sedang berjalan membawa parcel buah.

"Nan." Panggil Kevin yang langsung disampar Denan.

Entah mengapa Denan langsung menghantam wajah Kevin dengan pukulan yang kencang.

"Denan." Mirella khawatir.

"Apa apaan si lo?!" Kevin menahan egonya dan bertanya heran.

"Ngapain lo kesini hah?! Gara-gara lo, Arrash jadi koma sampe sekarang." Denan meluapkan emosinya kepada Kevin.

"Gara-gara Kevin?? Maksud lo apa Nan??" Mirella memegang bahu Denan.

"Kenapa lo nyalahin gue gini?! Gue ga tau apa Nan. Lo salah sangka."

"Karena emang lo yang salah. Sampe Arrash nantii kenapa-kenapa, gue ga bakal maafin lo sampe kapanpun." Tegasnya sekali lagi dan kembali ke ruang ICU untuk melihat Arrash. Ia tidak jadi mengisi perutnya dengan makanan, karena nafsunya hilang saat melihat orang yang sudah menyakiti Arrash sampai seperti ini.

"Rash. Barusan gue ketemu orang yang udah nyakitin lo. Tapi tenang aja, dia udah gue kasih pelajaran."

Belum usai Denan membagi cerita, matanya tertuju pada alat monitor jantung yang berada tepat di sampingnya. Suara Elektrokardiogramnya sudah berubah menjadi flat line yang mengartikan henti jantung.

Dengan rasa panik yang memuncak, Denan langsung memencet tombol untuk panggilan siaga kepada dokter maupun perawat.

"Arrash!!! Jangan sekarang! Gue mohon!"

"Arrash, ayo sadar. Jangan tinggalin gue."

"Tuhan, selamatkan dia untukku. Aku mohon untuk satu kali ini, tolong."

Apa daya, reaksi tak bermunculan dari tubuh Arrash.

Tubuhnya melemas serasa tak ada kekuatan untuk berdiri. Air matanya pun tak dapat terbendung. Ini bagaikan mimpi terkonyol dalam hidupnya.

Pintu terbuka menandakan dokter dan perawat datang di ikuti oleh keluarga kami. Kevin dan Mirella pun juga muncul disaat seperti ini.

Semua berharap cemas dan tangisan mengurai di setiap mata. Terlebih disaat dokter keluar dari ruangan dan menggelengkan kepalanya pelan dan mengakatan. "Maafkan kami. Kami sudah berusaha semampu mungkin, tetapi jantungnya sudah tidak berDETAK kembali."

"ARRASHHHHHHHHHHHH!!!!" Teriakan meluap dari suara Denan.

Denan menerobos memasuki ruangan, ia melihat Arrash tersenyum manis dengan mata tertutup. Tak sanggup ia mengetahui jika sahabat kecilnya itu sudah kaku tak bernyawa, seketika tubuhnya dingin melunglai dan jatuh terduduk. Sungguh apa ini semua kenyataan untuk Denan? Apa ini takdir yang sudah disediakan Tuhan untuknya?

"Sayang bangun. Mamah mohon buka mata kamu, nak."

"Dek. Lo ga bercanda kan?! Bangun."

"Arrashhhhhhh."

"Arrash."

"Arrash." Nama itu seolah-olah menginginkan keajaiban datang.

"Arrash, gue benci sama lo. Lo kenapa ninggalin gue?! Gue salah apa sama lo sampe lo ninggalin gue kayak gini??!" Denan terduduk meringkuk menangis sehebat-hebatnya dengan nafas yang tak beraturan. "Tuhannnnn."

Aku ingin terbang bersamanya

Terbang jauh dari keramaian yang menyiksa hati.

Aku tak sanggup.

Dia yang kusayangi mengapa sudah termakan usia

Aku belum sempat mengucapkan

Belum sempat mengungkapkan

Dan belum sempat membahagiakan


~~~



Detak.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang