#9

102 18 1
                                    

Kantin sedang jauh dari keramaian. Gue mendengar ada hentakan sepatu yang mendekati meja gue dan Denan. Itu Kevin.

"Arrash gue pengen ngomong sama lo!!" Tanpa basa-basi Kevin menarik tangan gue dan menjauh dari Denan. Denan memang jengkel dengan perlakuan Kevin tapi dia tidak mau ikut campur privasi antara Arrash dan kevin.

"Lo mau bawa gue kemana?!"

"Kesini!! Taman sekolah." Dia menghentikan langkahnya.

"Mau ngapain disini?!" Jawab gue sinis memandang sekitar lingkungan sekolah.

"Dari jawaban lo ini, gue tau kalo lo lagi marah sama gue karena masalah kemaren?!" Tebaknya dengan nada rendah.

"Nggak, biasa aja. Gue mau balik ke kantin lagi." Gue membalikan badan dan ingin enyah dari hadapan Kevin.

"Dengerin penjelasan gue dulu!!' Kevin menahan tangan gue dan mulai menjelaskan kejadian tadi malem di rumahnya. Dan sontak saja membuat gue berfikir kalo gue itu bukan siapa-siapa dia! Tapi kenapa gue harus over kayak gini?

"Gue ga marah sama lo! Cuma kesel doang. Bukan masalah besar." Gue menepuk pundaknya santai dengan mata yang berkaca-kaca. Gue berlari kecil ke toilet sekolah dengan tetesan air mata yang susah untuk dihentikan. Sekejap gue menatap kaca wastaffel toilet "Inget lo bukan siapa-siapa dia Rash!! Tau diri dong!! Lo itu ga mungkin bisa dapetin dia!!" Gue memegang kepala gue frustasi.

Sedikit demi sedikit emosi gue bisa teredam sendiri, tapi dengan kondisi rambut gue yang berantakan mata gue yang sembab dan muka yang memerah, ga mungkin gue masuk kelas. Pasti Denan bakal introgasi gue abis-abisan. Terpaksa gue harus diem beberapa saat di dalem toilet untuk memulihkan kondisi seperti semula.

Gue balik ke kelas dengan terburu-buru , satu langkah memasuki kelas gue udah ngeliat Denan dan Kevin sedang bersenda gurau tanpa gue. Refleks aja gue mengatakan "Tuhan, dia lagi."

"Rash!! sini gabung." Ajak Denan.

"Lagi badmood, jangan ganggu." Gue melipat kedua tangan gue di meja.

Kevin mengusir Denan untuk pindah sebentar ke bangku lain. "Rash maafin gue yaa?! Gue merasa bersalah banget sama lo sumpah!! Gue tau kalo lo pasti kecewa banget sama gue." Dia merangkul gue. Gila gue lagi galau skakmat gini aja dia masih bisa bikin gue sakau setinggi langit.

"Jangan dibahas lagi Vin, eneg gue dengernya." Jawab gue membuang muka.

"Tapi gue dimaafin kan??" Memohon dengan memelas.

"Senyum dong Rash!! Jangan cemberut gitu ahh, jelek tau." Goda Denan yang berhasil membuat gue tersenyum miring.

"Kalo senyum kan lebih cantik!!" dengn pastinya Kevin bicara seperti itu, seketika rasa kecewa itu hilang dengan pujian bodohnya tadi.

~~~

*I was so much younger yesterday

I didn't know that I was starving till I tasted you

(Hailee Steinfeld & Grey - Starving ft. Zedd)

Gue mendengar seperti ada suara cowo yang lagi asik nyanyi dari luar kamar gue, refleks gue ikutan nyanyi. Semakin lama itu suara semakin terdengar keras dan membuat gue penasaran siapa itu. Disaat gue mencari dimana sumber suaranya ternyata dari dapur gue liat cowo make shirt hitam dan boxer hijau, gue kayak familiar sama lekuk tubuhnya. Itu Kak Elvo yang lagi ngambil susu kotak dari kulkas. Tanpa pikir panjang gue memeluknya dari belakang karena kangen yang gue rasa itu udah limited dan gue juga belom sempet ketemu dia dari semenjak dia dateng kesini.

"Kak Elvo!!" Gue berteriak histeris dan alhasil gue memeluk erat pinggang kak elvo yang sontak membuat kotak susu yang dipegangnya jauh dan berceceran di lantai.

Dia menghentakkan kedua kakinya. "Ahh rusuh banget lo de!! Tumpah kan!! Kalo ketauan mamah bisa mampus gue."

"Ahh bodo!! Gue kangen sama lo kak!! Hehh kangen kangen kangen!!" Gue mencium semua sisi wajahnya, tapi tidak dibagian bibir.

"Kangennya ga gitu juga kali!! Pokoknya,lo beresin ini semua!! Gue mau main ps sama Denan." Dia malah ninggalin gue, g ue Cuma bisa gerutu ga jelas.

"Jahat lo kak." Gerutu gue.

Si Denan udah nongol aja di rumah gue. Biasa dia kalo udah ketemu temen main ps pasti bakal suka nginep disini.

"Gimana hubungan lo sama ade gue?? Ada kemajuan ga?!" Tanya kakak gue sembari memainkan ps.

"Yaa tetep aja kayak gitu, hanya sebatas sahabat. GA LEBIH." Ada dua kalimat terakhir yang menjadi penekanan jawabnnya.

"Lo kurang usaha apa gimana sih?? Masa lo ga bisa dapetin hati ade gue sih??" Samber kakak gue enteng.

"Lo kan tau sendiri kalo ade lo itu ga pernah ngerasain fall in love, jadi susah buat dapetin hati Arrash."

"Harus tetep usaha sampe dapet." Kak Elvo menepuk pundak Denan tanpa menoleh ke wajahnya.

Denan hanya bisa menghela nafasnya dengan berat.


~~~



Detak.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang