Hari yang membekas sudah larut dalam kebahagiaan, hari tetap berlanjut untuk keesokan harinya.
Sekolah gue hari ini baik-baik aja. Yang pasti banyak banget tugas numpuk soalnya sebentar lagi ulangan akhir semester mau dimulai. Jadi gue sama Denan memutuskan untuk pulang telat dari hari biasanya karena bertujuan buat ngerjain tugas bareng.
"Ngerjain di sini aja yaa?"
"Iyaa iyaa, tapi gue ke toilet dulu bentar." Denan keluar kelas dan berjalan menyusuri koridor sekolah. ditengah perjalanannya dia mendengar decitan rem motor dari bawah, mau tidak mau Denan melihat dari atas balkon. Benar saja, yang dia lihat adalah Kevin yang sedang mengusap rambut Mirella. "Pokoknya Arrash ga boleh sampe ngeliat ini!"
"Heyy! Malah disini si lo?!" Denan terkejut dengan kehadiran Arrash dibelakangnya.
"Lo ngapain nyamperin gue kesini?"
"Lo lagian lama banget sih!! Terus lo lagi ngeliatin apa dhe? Serius banget kayaknya? Mau liat dong." Gue mendesak Denan untuk minggir.
"Ga ada apa-apa kok!! Balik ke kelas aja yuk!!" Denan membujuk gue untuk masuk kedalam kelas.
"Tapi gue mau liat dulu ihh!" Sekarang Denan malah mendorong gue agar tidak melihat Kevin dibawah sana.
"Udahlah ayoo kerjain tugas dulu! Nanti ke maleman lagi!" Mau gak mau gue mending masuk aja lha dari pada ribut sama dia, pasti nanti malah urusannya panjang.
Bertumpuk buku di hadapan kami membuat kami sedikit tercengang untuk mengerjakannya. Sampai tak sadar jika langit sudah berganti warna dan sekolah telah sepi tak berpenghuni.
"Yeayy finish!!" Gue berterik kegirangan.
"Akhirnya selesai." Denan bernapas lega.
"Ehh udah jam 8 malem kan! Langsung balik aja Nan."
"Oke! Gue rapihin buku dulu."
Sekeluarnya kami dari kelas, suasana sekolah sudah mulai terasa mencekam. Semua kelas sudah gelap kecuali kelas kita doang. Di parkiran juga tingggal motor si Denan doang yang masih mejeng.
"Gilaa! Ini sekolah apa gudang hantu?! Gelap banget sumpah." Rasanya gue pengen cepet nyampe di rumah, soalnya gue ngeri ada setan lewat disini. Huhuhu
"Sekolah lha! Gimana sih lo?!" Jawab Aska enteng. "Yaudah, ini kan udah malem. Lo pake jaket gue aja yaa."
Denan menyodorkan jaket jeansnya ke gue, jaket yang biasa dipake dia sekolah. "Terus lo make apa? Lo kan nyetir Nan?"
"Yelahh, gue cowo kali! Masa gue tega ngeliat cewe kedinginan kena udara malem gini."
"Bener nih??" Jaketnya cakep sih pas gue yang make, macho gimana gitu.
Gue sudah sukses mendarat di jog motor Denan yang tinggi, kita langsung menuju gerbang sekolah dekat pos satpam. "Makasih yaa pak! Udah nungguin kita." Gue tersenyum manis ke satpam yang terkenal ramah dan gampang akrab terhadap murid sekolah.
"Yaa neng, tong! Hati-hati di jalan! Jangan ngebut udah malem!" Care banget kan satpamnya.
"Siap laksanakan pak!" Jawab Denan sigap.
Denan mengendarai motornya dengan kecepatan cukup tinggi. Udara dingin yang menusuk tubuh semakin dalam dan ga tau kenapa gue refleks memeluk lingkar pinggang Denan dari belakang dan menyandarkan kepala gue di punggungnya.
Denan seperti merasa menjanggal dibagian pinggangnya, akhirnya dia melihat sudah ada tangan Arrash memeluknya hangat, Denan pun memegang tangan Arrash itu beberapa kali seiring dia melajukan motornya.
"Makasih Nan! Pasti lo kecapean banget dhe." Gue turun dari motor Denan seraya melepaskan jaketnya dari balutan tubuh gue. "Nih jaketnya, makasih lagi."
"Nggak kok, udah biasa. Muka lo malah tuh yang keliatan capek, lo masuk terus langsung istirahat yaa!" Suruh Denan yang menggantungkan helm dan jekatnya di tangan.
"Siap boss." Gue tersenyum miring.
"Yaudah masuk gih sana!"
"Okee gue masuk! Makasih Denan! Love you so much! Muach muach muach." Gue menebarkan kecupan itu melalui tangan gue beberapa kali dengan senangnya.
Arrash memasuki rumahnya dengan sumringah, Denan pun juga tersenyum saat Arrash sudah tidak ada didepannya dan terdiam sejenak diatas motornya. 'Untung aja tadi lo ga liat Kevin dari balkon, kalo lo liat pasti lo nangis lagi.'
~~~
Don't forget.
Vommeentsss
KAMU SEDANG MEMBACA
Detak.
Teen FictionDiamku adalah cara mencintaimu paling sulit. Antara aku. Dia. Sahabatku? Dan perempuan itu. Lalu bagaimana dengan detak dalam hatinya yang selalu mengukir namaku? cover by kacamata graphic