#21

94 13 0
                                    

"Aku melihatmu diantara mereka.

Kau seakan jatuh dari awan tak berkabut.

Tertatih lesu lelang tak karuan.

Tindak tandukmu menyiksa mataku.

Uluran tanganku tersimpan dibelakang punggungku.

Aku takut kau menolak dengan mentah."

Test selesai dengan damai, weekend pun sudah datang menghampiri keseharian kami.

Akhirnya gue terbebas juga dari jeratan soal yang bikin gue selalu duduk di meja belajar setiap malamnya.

Kami berempat berencana untuk bertemu di cafe.

"Mereka mana sih?! Lama banget dhe! Minum gue udah mau abis kan." Ucap Arrash rewel.

"Kalo abis tinggal pesen lagi, ribet amat!" Sifat nyebelinnya Denan kumat dhe. "Tuh kan mereka dateng! Makannya sabar."

"Whats up men?!" Denan dan Kevin berjabat tangan layaknya cowo tulent pada umumnya.

"Gue langsung to the point aja yaa!" Ucap Mirella dengan cepat.

"To the point apaan??" Gue lugas bertanya.

"Jadi tadi gue di jalan udah ngomongin ini sama Kevin! Jadi gue mau ngajakin kalian buat ke resort bokap gue di Belitung." Ajaknya sangat semangat.

"Ngapain kesana coba? Mau reserfasi resort gitu?" Tanya Denan asal.

"Menurut lo?! Gue mau ngajak kalian bertiga buat weekend disana, resortnya langsung berhadapan sama pantai Belitung yang di film Laskar Pelngi itu lho! Free of charge guyss!"

"Nah itu yang gue mau! Kalo free of charge, gue pasti mau banget! Ayoo kapan." Jawab gue sangat memalukan yang membuat Kevin tersenyum miring.

"Kalo bisa sih secepetnya. Tapi terserah kalian maunya kapan?"

"Lusa aja. Gimana? Pada mau ga?" Sahut Kevin.

"Oke fix! Lusa!" Sahut kita bertiga dengan lantang.

"Berarti berangkat dari rumah lo aja yaa Rash! Kan deket dari bandara tuh." Kevin menyahut lagi.

Kita menikmati beberapa alunan lagu dari penyanyi cafe ditempat itu. Tapi untuk kali ini hati gue cukup aman untuk melanjutkan melihat dua manusia didepan gue.

Sepulangnya dari kongko, Denan memilih untuk main sama kak Elvo di rumah gue. Mereka bahaya kalo udah ketemu, pasti ada aja niat licik buat ngisengin gue.

"Gue ke kamar duluan yaa." Gue berjalan tak acuh menuju kamar.

"Huhhh, capek." Ujar Denan yang membaringkan diri di sofa.

"Abis dari mana emang lo sama Arrash tadi?"

"Itu gue abis planning buat weekend ke Belitung sama temen-temen gue."

"Ada si Kevin dong?!"

"Pastinya." Jawabnya malas-malasan di sofa.

"Lagi ngomongin apa nih?!" Kaget gue yang memeluk Kak Elvo dari belakang.

"Hemm anak kecil kepo aja nih!" Kak Elvo menjitak kening gue jahil.

"Ini urusan cowo. Lo kan cewe. Sono sono." Usir Denan mengimbangi jahilan Kak Elvo.

"Lha kan adek gue separo-separo." Tertawa puaslah mereka mengejek gue.

Karena gue diusir, jadi gue beneran enyah dari situ. "Mau kemana lo dek?"

"Ke dapur, mau masak!" Jawab gue judes.

"Yaudah, sekalian masakin buat kita." Seenak jidat dia minta masakin ke gue, sedangkan tadi gue diusir plus dikatain. Tau diri banget yaa mereka.

Di dapur gue ga langsung masak, gue membuka jendela yang berada didepan gue. Gue meletakan jari-jari tangan gue di atas meja sambil mengetuk-ketukkannya.

"Mereka kenapa yaa suka ngobrol sesuatu yang bener-bener gue ga boleh tau? Terus tadi mereka juga nyebut-nyebut nama Kevin? Ada urusan apa coba?" Gue terheran dengan topik pembicaraan Kak Elvo dan Denan. Gue sedikit termenung dengan menggigit bibir bawah gue.


~~~


Ga danta yaa? Maaf yaa.

Detak.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang