#23

95 11 0
                                    

Gara-gara tadi malem, gue sampai ketiduran di sofa.

Sela di tidur gue, gue mencium aroma kopi yang menyerbak dihidung gue. Mau tidak mau, mata gue terbuka lebar mencari sumber aroma tersebut. Sampai gue berdiri di teras belakang kamar gue, ada seorang pria yang duduk sendiri dengan dua cangkir coffe latte diatas meja kaca.

"Udah bangun?" Tanyanya.

"Lha kok ada lo disini? Masuk lewat mana lo?" Itu Denan yang sedang serius menatap luasnya pantai.

"Duduk sini. Jangan rewel dhe pagi-pagi." Kayaknya suasana hati Denan lagi tenang dhe, buktinya dia santai banget ngomongnya tapi dia ngomong ga natap gue coba.

"Mirella juga ga ada, kemana lagi tuh anak?" Gue duduk tapi menengokan kepala kebelakang mencari dimana Mirella.

"Itu disana." Denan menunjukan jari telunjuknya kearah pantai dengan matanya yang sama-sama fokus menatap kedepan.

"Ohh disana sama Kevin." Gue langsung terdiam dan memejamkan mata gue selama mungkin. Pagi-pagi kayak gini gue udah liat mereka berduaan, berarti Kevin melakukan itu bukan cukup buat gue? Tapi ke Mirella juga.

"Coffe latte?" Denan menyodorkan secangkir coffe latte.

"Mana mana?!!" Hati gue panas membara.

Suasana hati gue sedikit mereda dari pada sebelumnya. Untungnya ada Denan yang bisa nenangin gue. Setelah secangkir coffe latte itu habis tanpa tersisa, gue mengungkapkan sesuatu hal sama Denan.

"Makasih banget lo kemaren ga mau ikut gue sama Kevin main di pantai, asal lo tau? Gue disitu seneng banget sama kayak apa yang dirasa Mirella yang seharusnya itu posisi gue sekarang." Gue langsung meninggalkan Denan dan bergegas mandi.

Saat Arrash pergi jauh dari sampingnya, Denan semakin tajam menatap kebersamaan Mirella dan Kevin. "Itu cuma segelintir dari kebohongan yang gue lakuin biar lo bisa jalan sama dia."

"Gue tau apa yang lo inginin? Dan gue tau apa yang lo maksud ke kemaren, gue juga tau gimana bahagianya lo kemaren? Gue akan ngelakuin apapun tanpa lo minta gue buat berkorban semua itu. Tapi disaat gue merelekan, dia juga yang malah nyakitin lo didua sisi yang berbeda."

"Tangisan lo cuma gue yang tau, tapi kebahagiaan lo dia yang rasain. Salah apa yang gue lakuin?"

Hingga sore hari mereka berdua belum kembali ke resort.

"Lama juga si Mirella keluarnya, dari tadi pagi belom balik." Gue mengumpat sendiri sambil menonton tv di dalam kamar.

Berapa jam kemudian...

"Ahh bete gue!" Gue melemper remote tv ke sofa, hendak mengambil topi pantai didalam koper dan langsung pergi meninggalkan kamar dan menguncinya.

Gue tidak berniat untuk mengetuk pintu kamar Denan, tapi gue hanya melewati kamarnya dengan tergesa-gesa menuju pantai.

Indahnya pemandangan sudah menyambut ria gue yang sedang berhati mendung.

Gue menyusuri hamparan pasir sendirian, beda dengan apa yang gue lakuin kemarin dipantai ini bersama Kevin. Rasanya sunyi, hampa, kosong, redup semua perasaan gue, walaupun deburan ombak yang sangat ricuh menyapu pasir pantai tidak dapat menyamankan suasana hati gue.

"Huuuftt!" Gue memegangi topi agar tidak terbang tertiup angin.

Banyak bebatuan besar ditepian pantai. Gue berniat ingin bersandar disalah satu bebatuan itu, saat gue ingin mendekatinya mata gue terarah kebawah untuk memantau medan perjalanannya karena banyak karang-karang kecil dibawah yang menyongsong ke air laut.

Detak.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang