Aku kira dia hanya membuat kesalahan hanya sekali, buktinya berkali-kali. Mulai dari tatapannya hingga sikapnya, yang membuatku selalu memaafkannya. Antara aku bodoh atau aku yang sedang dibodohi sekarang ini?
~~~
"Kamu ke sekolah pake dress bebas, emang ada acara?" Tanya papah gue yang lagi baca koran di teras depan.
"Iyaa pah, ada demo ekskul hari ini, makannya aku berangkat jam 9." Gue duduk disamping rangkulan papah gue.
"Mau kemana lo? Tumben amat cakep?" Muncul kakak gue dari dalam rumah, membuat gue mengangakan mulut gue karena ucapannya.
"Lo kalo liat adek lo cakep tuh dipuji! Jangan banyak cincong kek!" Gue memprotes tajam dan duduk semakin manja sama papah.
"Kalian tuh kenapa sih, sehari aja tanpa ribut. Pusing papah denger kalian adu mulut terus." Papah gue menyela.
"Kita selalu akur kok pah, papahnya aja yang ga tau." Gue dan kak Elvo mulai mendekatkan diri sambil saling merangkul.
Tanpa sadar papah gue memanggil suatu nama. "Denan sini nak." Segeranya Denan menghampiri kami bertiga yang masih di teras depan.
"Hai om! Rash udah siap kan? Ayoo jalan." Ajakannya membuat Arrash terpaku melihat kegantengan Denan saat itu. Gue emang akuin kalo Denan itu super gantengnya.
"Hemm. Ohh oke. Gue ambil tas dulu." Kita langsung pergi ke sekolah menggunakan moge kesayangan Denan.
~~~
Suasana ramai sudah mulai terasa di lapangan basket yang menjadi tempat acaranya dan semua peserta sudah bersiap di backstage dan semua penonton masih terpencar-pencar.
Arrash tidak mempunyai niat sedikit pun untuk mencari Kevin saat itu, karena Arrash tau kalau Kevin dan Mirella sedang berdua. Sebabnya itu Denan memilihkan tempat duduk untuk mereka duduki sambil menunggu acaranya dimulai.
"Kita panggilkan pendemo selanjutnya dari ekskul seni. Kevin Dirmaga dan Mirella Aleandra Kaif." Sambutan itu tertuju untuk mereka berdua yang sudah berada di atas panggung.
"Kevin tuh Rash. Lo ga mau kedepan." Tanya Denan yang menyudut ke gue.
"Nggak ahh. Males." Penolakan gue itu sangat menunjukan kalau gue benar-benar tidak menginginkannya.
Satu lagu yang mereka nyanyikan itu sangat mendeskripsikan perasaan gue saat ini, karena itu gue jadi melamun dengan tatapan kosong. Tapi gue yakin kalo mereka pasti dapet banget kemistrinya di panggung, the best couple lha pokoknya.
"Good performance." Sambut Denan yang melihat mereka mendekati bangku kami.
"Thanks bro." Kevin membalas.
"Rash kok lo bengong? Awas kesambet setan pohon toge." Mirella melambaikan tangannya tepat di depan wajah gue.
"Ck, hah iyaaaa. Tadi kalian keren." Gue bersalaman tangan dengan Mirella dan Kevin yang masih terdiam di samping Denan. Betapa fakenya gue?!
"Jadi semangat banget lo, dari tadi diem aja." Denan meledek gue kasar.
"Jadi lo ga marah sama gue selama ini? Aduh lega gue." Kevin menyambar.
"Gue ga marah kali, lonya aja mikirnya berlebihan" Kevin merangkul gue yang membuat gue semakin membohongi perasaan gue sendiri, darah gue serasa berdesir saat dia menyentuh hangat gue.
"Ikut gue yuk Rash." Kevin mengajak gue berjalan di sekeliling sekolah.
"Gue ikut yaaa." Tiba-tiba sambaran Mirella itu membuat Denan menarik tangannya untuk memberi tanda agar dia tidak boleh mengganggu Kevin dan Arrash.
'Gue sakit, bukan berarti gue mau ngeliat lo lebih sakit dari pada gue.' Gumam Denan yang mulai menatap kepergian mereka.
"Apaan sih lo ngelarang gue buat ikut mereka?!" Tanya Mirella kesal kepada Denan.
"Lo disini aja sama gue, Mirella." Jawab Denan lembut.
"Bentar!! Kok lo bisa tau nama gue?!"
"Arrash yang cerita."
Akhirnya Mirella mengalah dan duduk di tempat dimana Arrash duduk tadi.
Rangkulan Kevin masih tersangkut hangat di pundak Arrash. Bibir Arrash terlipat rapih sambil menundukan wajahnya.
Sesampainya mereka di suatu tempat jauh dari keramaian, yaitu di depan toilet. "Ngapain lo ngajakin gue kesini? Kurang kerjaan banget berhentinya di depan toilet!"
"Kata lo Mirella itu orangnya gimana?" Kevin langsung to the point mengatakan hal itu.
"Lo kalo mau nanya hal kayak gitu, cari tempat yang bagusan dikit kek." Gue mengajaknya meninggalkan dari tempat awal dan berlari menuju ke taman, yaa tepatnya di bawah pohon. "Nahh kalo disini kan jadi lebih formal gitu." Jawab gue cengengesan." Ayoo lanjutin pertanyaan lo, gue lupa."
"Ini lho, kata lo Mirella itu orangnya kayak gimana?" Kevin mengulang pertanyaannya tadi.
"Mirella?! Cantik, baik, smart, emang kenapa??" Ada hal apa yang membuat Kevin menanyakan itu.
"Gapapa sii. Kata lo dia cocok gak sama gue?" Gue tau Kevin menanyakan hal yang membuatnya ragu.
"Cocok banget! Lo nya ganteng, terus dia juga cantik. Complete." Fake yang membuat senyuman dibibir gue bergetar.
"Beneran? Aduh makasih Rash. Gue jadi semakin yakin sama perasaan gue." Pelukannnya serasa bahwa itu pelukan yang menusuk di hati Arrash, air matanya ingin menetes bahkan deras, tapi ini bukan saatnya untuk menangis dihadapan Kevin saat ini.
Dugaannya adalah kenyataan. Ia tak bisa lepas dari pemikiran itu, walau sedetik pun berlalu.
~~~
"Tuhan...
Jadi seperti ini rasanya patah hati?
Bahkan cemburu itu sudah tak berarti lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Detak.
Teen FictionDiamku adalah cara mencintaimu paling sulit. Antara aku. Dia. Sahabatku? Dan perempuan itu. Lalu bagaimana dengan detak dalam hatinya yang selalu mengukir namaku? cover by kacamata graphic