Bukan sebuah tradisi tapi sebuah kebiasaan, kalo ada yang ulang tahun dari kedua keluarga ini, pasti akan dinner di restaurant.
"Kamu kemana aja sih Rash?! Main lupa waktu! Udah tau mau ada acara malah kelayapan." Mamah gue geram melihat gue yang baru pulang. "Yaudah, nanti kamu pake dress yang mamah baru beliin yaa. Terus nanti kamu jalan bareng Denan ke restaurantnya." Suruh mamah gue, ternyata gue pulang kesorean sampe orang di rumah gue udah pada rapih.
"Abis nyari angin mah. Iya iya, ntar aku pake mamahku yang cantik." Gue mengiyakan perkataan mamah.
"Yaudah langsung siap-siap sana! Mandi, dandan yang cantik yaa sayang."
"Mandi sayang." Ejek kakak gue yang saat itu sudah mengenakan tuxedo hitam.
"Lha ganteng gitu lo kak?!" Gue membalas ejekannya dan langsung ke kemar.
Memasuki kamar kramat gue dengan perlahan, terlihatnya printed dress berwarna violet yang terletak diatas ranjang gue. Gue sengaja tidak menyentuh dress itu agar lebih berkesan surprise, gue bergegas mandi dan menyiapkan diri.
Selesai tubuh gue berbalut dress yang menurut gue cocok, gue melanjutkan untuk makeup dan menghias rambut gue sebaik mungkin.
Satu jam lebih gue bertata rias, gue memalingkan tubuh gue didepan kaca kebangsaan gue. "Finish."
"Arrash cepet! Makeup apa semedi sih lo di kamar?!" Denan meneriaki gue dengan nada sedikit jengkel. Matanya selalu melirik kearah tangga menunggu Arrash turun.
Saat teriakannya terdengar ke telinga Arrash, segeralah Arrash keluar kamar dan menuruni tangga dengan perlahan. Denan melihat Arrash dan terpanah dengan kecantikan Arrash yang membuat bibir Denan tersenyum manis.
"Cantik banget." Denan mengungkapkan perasaannya dengan kaku karena Arrash sudah berada tepat di depan matanya.
"Heemm." Arrash menepuk pelan pipi Denan. "Heh udah jam 7 nih, ayoo jalan sekarang aja." Arrash jalan mendahului Denan yang masih terdiam dalam dirinya. "Denan Ayoooooo!!"
"Iyaa iyaa." Denan mengikuti langkah Arrash dari belakang menuju mobil.
'Tuhan. Dia cantik banget. Sungguh indah ciptaanmu untuk dipandang.' Gumamnya yang semakin terpesona dengan Arrash.
Kurang lebih setengah jam Arrash dan Denan menyusuri jalan untuk sampai ke tempat tujuan.
"Yang ditunggu-tunggu udah dateng ini." Sambutan hangat sangat terasa di satu tempat reserfasi dekat dengan kolam.
"Maaf banget, kita telat!" Denan menduduki bangku yang kemudian melepas satu kancing tuxedo berwarna grey dan lagi-lagi dia terlihat amat sangat tampan dengan style rambut brushed up top.
"Iyaa gapapa, cantik banget kamu Rash." beberapa sanjungan gue dapat dari bonyok Denan dan bonyok gue juga termasuk kak Elvo.
"Aduh jadi malu nih kan." Gue mengucap sambil menutup mulut gue tersipu.
Makanan yang sudah mulai diberi pramusaji, kami santap bersama dengan banyaknya canda dan gurau yang sangat mencairkan suasana. Gue sedikit memperhatikan Denan yang sedari tadi memandang gue dengan kilauan mata yang membuat gue sedikit risih.
"Lo kenapa sih ngeliatin gue mulu?" Terceploslah kata itu yang membuat Denan sedikit terkejut.
"Geer banget sih lo!" Denan menekankan kata-kata itu, padahal dia bener ngeliatin gue.
"Mungkin Denan terkesima ngeliat kamu." Denan mencubit punggung lengan Om Raka.
"Papah, apa si."
KAMU SEDANG MEMBACA
Detak.
Teen FictionDiamku adalah cara mencintaimu paling sulit. Antara aku. Dia. Sahabatku? Dan perempuan itu. Lalu bagaimana dengan detak dalam hatinya yang selalu mengukir namaku? cover by kacamata graphic