"Rash, temenin gue main basket yuk." Sepagi ini Denan sudah ada di rumah Arrash dan ngobrol dengan Kak Elvo.
"Ayoo ayoo, bentar gue ganti baju dulu."
Ternyata dilapangan basket itu sudah banyak teman-teman Denan yang menunggunya, tanpa basa-basi lagi dia menitipkan tasnya ke gue dan langsung dia bergabung dengan teman-temannya.
Gue sendiri duduk dipinggir lapangan sambil memandangi Denan tanpa henti. Setiap gerak-geriknya gue perhatikan dengan baik. "Denan itu ganteng, care, gue juga udah kenal dia lebih dari belasan tahun. Tapi, kenapa gue ga suka sama dia yaa? Sedangkan, Kevin yang baru gue kenal belum setahun ini malah sukses bikin gue jatuh hati untuk pertama kalinya. Apa gue salah mencintai orang yang sekarang mencintai orang lain." Gue menggerutukan hal itu sendiri sambil lebih fokus menatap Denan yang saat itu masih bermain basket.
"Aduhhh gue kenapa sih?! Kenapa gue berfikiran kayak gitu, kalau sahabat, yaa akan tetap sahabat sampai kapan pun. Tapi kalo cinta masih ada halaman bersambungnya."
Secara mengejutkannya, Arrash merasa ada yang menepuk pundaknya. "Heh bengong aja lo?! Lagi mikirin apa sih??" Pertanyaan itu terjutu untuk Arrash yang melihat lelaki kini yang duduk bersamanya dengan baju yang basah akan keringat.
"Lho tadi bukannya lo ada dilapangan, kok sekarang ada disini? Kapan jalannya?"
"Lo keasikan ngelamun sih. Kenapa sih lo? Akhir-akhir ini jadi suka ngelamun?"
"Ini lho, gue lagi mikirin--." Gue menjelaskan apa yang gue pikirkan tadi secara rinci. Denan yang mendengarkannya hanya terdiam tanpa kedipan dari matanya.
"Ahh ngaco banget sih lo Rash,Rash." Denan menebaskan tangannya kehadapan gue.
"Tapi kalo misalkan gue beneran suka sama lo gimana, Nan??"
"Otak lo geser nih. Udah ayoo balik aja." Denan menggantungan tas ranselnya di salah satu pundaknya dan menggenggam botol minum yang berada di tangannya.
Denan memilih berjalan jauh dari Arrash untuk membenahi hatinya sejenak. "Salahnya lo ga pernah ngehargai satu jerih payah pun yang gue lakuin, lo selalu aja lontarin kata-kata yang ngebuat hubungan kita cukup stay di persahabatan. Sekarang lo cuma sadar, tapi lo ga mencoba juga untuk mencintai gue Rash."
~~~
Kalender masehi sudah menunjukkan awal bulan Oktober telah dimulai.
Hari terlahirnya kembali dua anak manusia. Yap. Hari ini Arrash sama Denan ulang tahun ke-17. Sweet seventeen. Tapi walaupun ini brithday nya mereka, Arrash maupun Denan melakukan kesehariannya tanpa ada yang special. Hanya ucapan dari medsos kami masing-masing yang dapat meramaikan hati.
"Adek. Bangun. Mandi." Kak Elvo teriak dari luar kamar gue.
"Iyaa udah bawel." Seusai mandi, gue memilih untuk turun ke lantai satu rumah gue.
Pas gue turun melewati anak tangga ke lima, gue terpeleset kulit pisang yang membuat gue terguling sampai anak tangga terakhir. "Ini siapa yang buang kulit pisang di tangga. Kan jadi jatoh tau. Sakit." Gue mengomel kencang disaat keluarga gue lagi duduk di meja makan sambil menertawai gue.
"Itu kulit pisang gue, tadi gue sengaja biar lo jatoh." Kakak gue menjawab santai sambil cengengesan.
"Lo gila yaa?!! Mau ngebunuh adek sendiri lo?" Gue mendorong pundak kak Elvo dari belakang.
"Iseng aja gue sama lo."
"Kalian ini yaa. Ampun dhe mamah ngurusin kalian." Mamah gue mencengkram tangannya frustasi yang membuat gue, Kak elvo dan papah tertawa lepas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Detak.
Teen FictionDiamku adalah cara mencintaimu paling sulit. Antara aku. Dia. Sahabatku? Dan perempuan itu. Lalu bagaimana dengan detak dalam hatinya yang selalu mengukir namaku? cover by kacamata graphic