Denan telat jemput Arrash sekolah, pas Denan markirin motornya di parkiran, ternyata gerbang sekolah sudah ditutup sama satpam.
Untung aja Arrash lihat temen sekelasnya. "Fi! Fifi! Tolongin gue sama Denan dong! Please bukain gerbangnya, please please please!" Arrash memohon.
"Tapi nanti kalo ketauan sama Miss Lifa gimana? Dia sekarang lagi keliling sekolah jam segini Rash, Nan! Gue ngeri." Jawab Fifi dengan wajah agak ragu.
"Sepi kok Fi! Tolongin kita lha ayooo?!" Sahut Denan dengan cepat.
"Iyaa dhe iyaa! Sebentar." Dengan segera Fifi mengambil kunci gerbang di dalam pos satpam dan memberikanya pada Arrash. Dia pun langsung kabur masuk kelas.
"Horeeee! Akhirnya kita bisa masuk juga, huh.." Bilang Arrash dengan greget mencubit lengan Denan.
"Sakit ihh! Jangan berisik bisa kan? Nanti kalo ketauan Miss Lifa gimana?!" Denan membekap mulut Arrash dengan salah satu tangannya.
Baru beberapa langkah kami berjalan, tanpa kita sadari Miss Lifa ada dibelakang kami. Dia juga mendengar semua percakapan kami dari awal.
Dengan kagetnya, Miss Lifa menjewer kedua telinga kami. "Hemm bagus yaa! Berani-beraninya nyelinap masuk?!"
"Ampun miss ampun! Sakit miss!" Seru Arrash terhadap Miss Lifa yang masih menjewer kencang telinganya.
"Yaampun miss sakit miss!!" Sambar Denan dengan kencang.
Tanpa basa-basi lagi, Miss lifa melempar tas mereka berdua ke ujung lapangan dan menyuruh kami hormat menghadap tiang bendera sampai bel istirahat pertama berbunyi. Mana bel itu tuh bunyinya jam 10.
Belum sempat selesai dari hukuman, Arrash merasakan pusing, penglihatannya berbayang, keringat dingin, badannya pun mulai lemas.
"Aduhh gue kenapa ini? Pusing banget.. Denan muka lo ada dua gitu??" Tanyanya menghadap Denan sambil memegang kepala dengan kencang.
"Lo kenapa?? Muka lo pucet banget sumpah! Mau istirahat dulu?? Please jangan pingsan disini Rash!" Denan sudah melihat perubahan dalam diri Arrash dari tadi, dia sudah meletakkan tangannya di belakang tubuh Arrash yang sebentar lagi mungkin akan pingsan.
Sebelum tubuh Arrash mengenai lantai lapangan, Denan sudah terlebih dahulu menangkap Arrash dengan sigap. Tanpa pikir panjang lagi Denan langsung mengangkat tubuh Arrash dengan kuat dan langsung berlari melewati panjangnya koridor untuk membawa Arrash ke UKS.
Dengan perlahan Denan membaringkan Arrash diatas ranjang UKS. Dia segera mencari minyak aromateraphy di dalam kotak P3K, dia mengoleskan minyak itu di tengah tulang hidung dan tidak lupa memijat pelipis Arrash dengan perlahan dan sabar.
Denan melihat wajah Arrash yang masih belum terbangun dari pingsannya. "Lo cantik banget kalo lagi tidur Rash! Sumpah lo cantik. Gue emang ga salah bisa suka sama lo." Dengan matanya yang sayu, dia mengelus lembut rambut Arrash.
Beberapa menit setelah Denan mengatakan hal itu, Arrash mengedipkan mata beberapa kali secara perlahan. "Kok gue ada disini? Bukannya--"
"Lo tadi pingsan, muka lo pucet banget, jadi gue bawa lo kesini."
Arrash sedikit duduk dihalangi bantal. "Gue nyusain lo yaa?? Sorry, Nan!"
"Ngomong apa sih lo?! Lo itu sahabat gue. Jadi gue bakal jagain lo sampai kapan pun." Jawabnya dengan pasti yang sesekali menghela nafas.
"Lebay lo Nan. Tapi makasih." Arrash yang mengelus pipi kanan Aska.
'Ribuan sentuhan itu Rash, rasanya gue terbang ke langit ketujuh.' Denan melipat bibirnya ke dalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Detak.
Teen FictionDiamku adalah cara mencintaimu paling sulit. Antara aku. Dia. Sahabatku? Dan perempuan itu. Lalu bagaimana dengan detak dalam hatinya yang selalu mengukir namaku? cover by kacamata graphic