BRAAKKK !!!
Suara pintu dibanting menggema di lorong apartment yang mulai sepi. Mitha berjalan dengan setengah berlari sambil menahan amarahnya.
"Dasar Playboy Anjing!" Nafas Mitha memburu. Dadanya naik turun. Ingin sekali rasanya Mitha menghantamkan kepalanya ke tembok
"Mitha!!"
Suara laki-laki di belakangnya malah membuatnya semakin mempercepat langkahnya.
"Hey! Mitha! berhenti...Mitha!!" Rio berhasil menyusul Mitha. Mitha lupa kalau kaki Rio lebih panjang dari kakinya.
"Berhenti.. Dengerin gue dulu" Rio menarik tangan Mitha agar ia berhenti.
"Mitha .."
"Lepasin gak?" Mata Mitha menatap tajam. Benar kata pepatah Mata tidak pernah berbohong. Dan Rio tahu Mata Mitha memancarkan kebencian lebih dari sebelumnya.
"Mith, Rani itu cuma temen."
Mitha mengeluarkan Handphone nya menunjukkan sebuah Foto "Ini cuma temen ? lo bego ya ? Murah banget jadi cowok. 1000 dapet 3 kaya permen sugus." Dari foto itu terlihat Rio dengan seorang wanita sedang duduk berdekatan. Wajah mereka sangat dekat Hampir berciuman.
"D-dapat dari--"
"Gak penting. Tiga tahun ya kita barengan. Tiga kali juga lo ketauan kaya gini. Itu yang ketahuan, yang gak ketahuan tau deh berapa. You know what ? I'm Tired. I -- I'm leaving "
Mitha melangkahkan kakinya dengan cepat. Ia ingin segera keluar dari tempat ini. Kemana saja asal bukan disini.
"Mitha .. tolong dengerin dulu. Mitha!"
Mitha tidak menggubris panggilan Rio. Mitha tetap berjalan meninggalkan Rio tanpa sedikitpun menoleh kebelakang.
"Mitha.. Kalo lo pergi kita putus," suara Rio tedengar bergetar namun keras. Mitha menghentikan langkahnya.
"Kalo lo pergi kita putus," Rio mengulang perkataannya kali ini dengan suara lebih tegas.
Mitha membalikkan badannya, menatap laki-laki tampan yang berdiri sekitar 10 meter di depannya. Matanya menerawang ke masa lalu. Masa di mana ia masih mencintai laki-laki itu. Sekarangpun ia masih cinta, namun kadarnya mungkin sudah berbeda atau mungkin tidak sama sekali. Mitha tidak tahu. Mitha maju perlahan mendekati Rio. Ketika jarak mereka hanya tersisa 2 meter, Mitha berhenti .
"Bisa lo ulang perkataan lo yang tadi?" Mitha menatap Rio dengan tatapan datar. Hampa. Tidak ada emosi apapun disana.
"Anjir gue salah ngomong," batin Rio.
"Mitha ... Please ."
"Tolong diulangi, Rio" Nada bicara Mitha pelan dan tegas.
"Kalo lo pergi kita putus."
"..."
"Mitha ..."
"Oke .. Kita putus."
Mitha membalikkan badannya, berjalan secepat mungkin yang ia bisa, meninggalkan laki-laki yang sedang sekuat tenaga memanggilnya. Dia tidak peduli. Dia terlalu lelah. Atau mungkin bosan. Entahlah.
Sesampainya di parkiran, Mitha menutup pintu mobil dan menguncinya. Karena dia tahu Rio pasti mengikutinya.
"Mitha .. Jangan Pergi" Rio berdiri di depan mobil Mitha, menghadangnya agar tidak bisa keluar.
"Hah - I knew it. Fucking prick!" Batinnya
"Minggir atau gue tabrak" Mitha mengoper persneling mobilnya ke R. Dia memundurkan mobil beberapa meter. Rio tidak bergeming, tetap berdiri di depan mobil Mitha.
"Peringatan terakhir. Minggir atau gue tabrak. Inget ya, gue gak mau bayarin rumah sakit kalo kenapa-napa. Rugi gue. Lancer gue lebih mahal daripada lo" Mitha mencengkerang setir mobil nya dengan kuat.
"Mitha .. Kasih gue kesempatan buat jelasin sepuluh menit aja"
"Gue hitung sampai 3 ... 1 ..." Mitha mulai menghitung.
"Mitha ..."
"2 ..." Mitha memasukkan persneling ke 1
"3 ..." Mitha menancap gasnya dengan melaju dengan kencang. Rio yang tidak menduga Mitha akan benar-benar melakukannya terkejut dan hampir tersungkur. Mitha melihat dari kaca spion Rio mengumpat kesal. Mitha memacu kendaraannya dengan kecepatan yang ia tahu bisa membunuhnya. Mitha mencari sesuatu di handphone nya. Nomor telepon seseorang tepatnya. Setelah menemukan apa yang di cari, Mitha menekan tombol hijau dilayar.
"Halo ..Mitha"
"Radith ..." Tangis Mitha hampir pecah saat mendengar suara Radith, sahabatnya. Matanya mulai kabur karena air mata yang menggenang.
TIIIIINNNNN !!!
Suara klakson mengagetkannya . Menyadarkan Mitha dari lamunannya."PAKE MATA LO, ANJING!! " Mitha mengumpat kesal padahal dia tahu dia yang salah karena melamun. Yah ... Begitulah wanita.
"Mith, Lo nyetir? kan gue udah bilang jangan nelepon sambil nyetir. Matiin gak!" suara di seberang telepon terdengar panik dan khawatir.
"Radith ... Ehmm .. tungguin, gue ke sana sekarang"
"Kenapa lo?"
"Gue kesana. Tunggu. Jangan tidur"
Mitha menutup teleponnya, melempar Handphone nya ke kursi belakang.
⚫️⚫️⚫️
KAMU SEDANG MEMBACA
TROUBLE
General Fiction(END - BEBERAPA CHAPTER DI PRIVATE) I was your cure But you were my disease I was saving you But you were killing me ••• Copyright © 2016 . All Right Reserved