CHAPTER 18

1.2K 146 1
                                    

"Mitha ..."

Suara sang papa membuat perhatian Mitha teralihkan sejenak dari komputer.

"Iya pa?"

"Papa mau keluar sebentar. Ada mediasi di pengadilan tentang sengketa waris, papa ajak Rio karena dia kan concern perdata jadi biar nanti bisa liat langsung gimana proses mediasi. Sarah papa suruh ikut juga. Nah, papa butuh bantuan kamu tolong bikinin pledoi untuk kasus 165 K/pid.b/2016. Nanti kalo udah selesai kamu serahin ke Pak Nurdin untuk di periksa sebelum dikasihin ke papa ya."

Mitha mengangguk paham sambil menerima berkas yang diberikan papa nya, "tebel banget. Gilak!"

"Haissh... lumayan kan buat latihan toh nanti dibantuin sama Radith. Papa pamit ya. Magang yang bener."

"Iya papa," Mitha melambaikan tangannya ke arah papa nya yang berjalan keluar dari ruangannya.

Mitha membaca sejenak berkas-berkas yang ada dimejanya. Setelah dirasa cukup jelas, Mitha membawa berkas itu keluar ruangan menuju meja Radith.

Hal yang paling tidak disukai Mitha ketika berjalan sendirian adalah mata para lelaki yang memandangnya dengan tatapan entahlah. Apalagi jika mereka tahu kalau papa Mitha yang notabene bos mereka sedang tidak ada di kantor. Biasanya jika ada Rio, Rio yang akan menjadi penjaganya. Namun, sekarang Rio pun tidak ada. Mitha berjalan sambil berusaha untuk secepat mungkin sampai di meja Radith.

"Radith..."

"Eh, Mitha. Kenapa?"

"Ini sama papa di suruh bikin pledoi buat sidang minggu depan."

"Oh ini yang penganiayaan itu ya?"

"Iya. Ngerjain dimana ini? Jangan di ruangan lo ya. Gue risih diliatin terus."

Radith menatap sekelilingnya. Benar, mata pria-pria disini seperti singa lapar, "Mau ngerjain di ruangan lo aja?"

"Boleh deh. Ayok."

Saat keluar dari ruangan Radith terdengar siulan dari beberapa pria yang melihat Mitha. Radith mempercepat langkahnya, mensejajarkan dirinya dengan Mitha dan melingkarkan tangannya dipinggang Mitha. Mitha sempat terlonjak kaget saat tangan Radith menyentuhnya. Namun kemudian ia segera sadar bahwa Radith melakukannya hanya untuk melindunginya.

Setelah hampir dua jam berkutat dengan KUHP, KHUAP dan beberapa berkas berkas lainnya. Akhirnya Mitha dan Radith memutuskan untuk rehat sejenak.

"Gue nyesel mutusin magang advokat. Kayanya mending gue dulu ambil notaris aja yak."

"Kan masih mending lo magang sama bokap lo sendiri. Dan untung juga bokap lo mau nerima gue, Rio dan Sarah juga."

"Nepotisme abis ya kita. Hahahaha."

Radith tertawa mendengar celotehan Mitha sambil meneruskan mengetik nota pembelaan di laptopnya, "ini kasusnya yang nganiaya yang cewek ya. Korbannya cowok."

"Iya, gue tadi bacanya juga gedek sendiri. Motifnya cemburu ngeliat si suami jarang pulang tepat waktu. Curiga-curigaan, cekcok, suaminya berusaha menghindari pertengkaran tapi malah si istrinya ngamuk dan mukul suaminya pakai baseball stick. Emang cemburu membutakan segalanya."

Radith tersenyum sambil manggut-manggut memandang layar laptopnya.

"Waduh ... lagi pada serius kayanya."

Mitha menoleh ke arah sumber suara. Dilihatnya Rio dan Sarah sedang berdiri di pintu.

"Serius banget. Ngomongin apaan sih?" Sarah berjalan ke arah Mitha kemudian mencuri lihat berkas yang di pegang oleh Mitha.

TROUBLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang