CHAPTER 17

1.2K 150 5
                                    

Satu tahun kemudian ...

✉️ Adam : Hai ... sudahkah anda mengucapkan -I love you- pada orang terkasih hari ini?

Mitha tersenyum membaca pesan dari Adam. Tak terasa sudah Satu tahun Adam meninggalkannya sendirian. Tak terasa sudah satu tahun Mitha berjauhan dari Adam. Terasa sulit, namun mereka tidak ingin menyerah. Sedikitpun tak ingin. Mereka sudah sejauh ini berjuang. Dan mereka tidak mau semua sia-sia. Lagipula ini hanya jarak. Yang penting hati selalu dekat. Adam tidak pernah lupa menghubungi Mitha setiap saat. Walaupun kadang memang moment nya tidak tepat. Mitha tidur, Adam bangun. Adam tidur, Mitha bangun. Tapi, Mitha rela harus terbangun lebih awal untuk mendengar suara Adam.

Hanya untuk Adam.

✉️ Lysandra : I love You, mas. ♥️

✉️ Adam : setiap kali kamu panggil aku mas rasanya aku pengen pulang aja :( aku kangen :(

✉️ Lysandra : Nggak boleh! Kan sebentar lagi selesai. Gantiin aku disana, mas.

✉️ Adam : dilema ya, pengen pulang karena kamu tapi pengen disini untuk kamu. Nanti aku pulang langsung nikah ya?

✉️ Lysandra : setelah kita menyelesaikan semua urusan dengan beberapa orang disekitar kita :)

Mitha menghela nafas. Hubungan ini berat karena Mitha dan Adam masih merahasiakannya. Baik Rio, Radith dan Sarah tidak ada yang tahu. Yang paling berat adalah Mami dan Papa. Mitha membayangkan hal terburuk ketika semua orang disampingnya tentang hubungan mereka. Mitha takut mereka marah. Mitha takut mereka tidak mengerti. Tapi, Mitha lebih takut jika Mitha gagal mempertahankan semuanya. Mitha tidak siap patah hati. Mitha tidak siap kehilangan Adam.

Mitha bangkit dari duduknya dan mengambil tasnya.

✉️ Satrio : gue didepan sama saronah coy!

✉️ Lysandra : oit coy. Lima menit ganti BeHa dulu.

Lima menit kemudian Mitha keluar dari dalam rumahnya. Mitha berjalan ke arah mobil toyota new camry milik Sarah yang sudah terparkir didepan rumahnya.

"Lo seriusan ganti BeHa barusan?" Rio bertanya dengan wajah serius.

"Lah iya. Nggak enak yang tadi sakit."

"Liat dong," Rio menatap Mitha sambil mengedip-kedipkan mata. Sarah yang ada disampingnya langsung memukul kepala Rio.

"Heh! Ada pacarnya juga disini. Kebiasaan," Mitha tertawa terbahak-bahak namun kemudian berhenti dan wajahnya menjadi serius.

"Eh tunggu. Pacar? Kalian pacaran??" Mitha menatap Rio dan Sarah bergantian. Sarah yang kelihatan salah tingkah menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Sedangkan Rio hanya mengusap-usap tengkuknya. Melihat ekspresi ke dua sahabatnya, Mitha tidak bisa menahan tawanya. Seketika tawa Mitha menyembur. Membuat ke dua sahabatnya semakin bingung.

"Ya ampun. Kok lo nggak bilang sama gue? God! I'm so happy for both of you," Mitha menarik Sarah ke dalam pelukannya.

"Jadi lo nggak marah?" Akhirnya Rio membuka suara.

"Marah? Ya nggak lah. Ini adalah hal yang paling membahagiakan yang gue denger. Kalian berdua itu pantes berbahagia. Tapi, Rio tolong kali ini jangan main-main yang serius sama sahabat gue ya. Udah tua, dua puluh tiga tahun."

"Nggak, gue serius kali ini. She's the one."

Kata-kata Rio membuat wajah Sarah bersemu merah. Mitha berteriak kegirangan membuat Sarah menjadi salah tingkah, "apaan sih!"

"Tapi gimana ceritanya sih kalian bisa begini. Cerita dong."

"Kamu aja yang cerita, yang" Rio menurunkan rem tangan dan mulai memacu kendaraannya.

TROUBLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang