Sudah hampir satu jam Adam dan Rio duduk berhadapan. Adam menatap Rio tajam, membuat Rio tidak nyaman.
"Saya meminta kamu untuk kali ini aja jujur. Bisa?"
"Arah pembicaraan ini sebenernya kemana sih, Dam. Asli gue bingung."
"Saya nanya sebagai kakak dari Mitha. Selama kalian pacaran kamu pernah coba macam-macam sama Mitha? Memaksa untuk melakukan sesuatu yang tidak dia suka?"
Rio sontak terkejut mendengar pertanyaan Adam, "gila! Ya nggaklah! Ini kenapa sih sebenernya?"
"Kamu sayang sama adik saya?"
Rio melempar korek apinya ke atas meja. Sepertinya ia sudah mulai kehabisan kesabaran, "iya gue sayang sama Mitha."
"Oke. Berjanjilah untuk tidak sekalipun menyakitinya. Jika kamu menyakitinya sedikit saja walau hanya satu sentuhan, saya pastikan kamu tidak akan hidup lebih lama."
Rio membelalakkan matanya tidak percaya. Rio pikir Adam dan dirinya baik-baik saja. Namun, entah kenapa hari ini Adam benar-benar terlihat berbeda.
"Lo yakin semuanya baik-baik aja?"
Adam mengangguk kemudian meninggalkan Rio yang masih bingung dengan sikap Adam. Rio mengambil handphone di dalam sakunya dan mencari sebuah nama. Setelah ketemu, Rio memencet tombol hijau di layar ponselnya.
"Halo ..." Suara serak di seberang sana membuat Rio mengerutkan dahinya.
"Lo sakit sar?"
"Nggak. Ada apa nih lo nelpon gue? Tumben."
"Nggak gue cuma mau nanya. Adam kenapa sih kok aneh banget?"
Hening.
"Sar !?"
"Eh ... apaan? Gak tau gue. Kenapa emang?"
Rio sudah menduga pasti ada yang salah.
"Gue ke kost lo sekarang. Jangan kemana-mana."
Rio bergegas mengemasi barang-barangnya yang tergeletak di meja kafe, Rio merogoh sakunya mengambil kunci sepeda motor ninja nya kemudian melaju dengan kecepatan penuh.
⚫️⚫️⚫️
Adam melempar kunci mobilnya ke atas meja, membuat Mitha yang sedang terbaring di sofa terkejut.
"Astaga ... pecah nanti mejanya, Dam"
Adam hanya mengibaskan tangannya kemudian berjalan menuju kamarnya, meninggalkan Mitha yang kebingungan.
"Laper itu pasti makanya kaya serigala," Mitha kembali menarik selimutnya setinggi dada dan merebahkan tubuhnya. Tangannya mengambil cemilan yang sudah disediakan diatas meja sedangkan tangan satunya sibuk mengganti channel TV. Mitha menggeleng-gelengkan kepalanya, heran melihat berita TV yang didominasi oleh hate speech.
"Percuma diajarin tenggang rasa dan toleransi disekolah, gak dipake juga ternyata."
Pandangan Mitha teralih dari TV ketika merasakan Handphone nya bergetar.
Radith.
Mitha menghela nafas panjang. Untuk yang ke seribu kalinya mencoba menghubunginya namun Mitha mengabaikannya. Entah kenapa tapi Mitha masih merasa takut. Bayangan lelaki yang muncul dari arah tangga membuat Mitha mengunci handphone nya dan menaruhnya di atas meja.
"Dia masih coba hubungin kamu?" Mitha hanya mengangguk. Adam hanya menggelengkan kepalanya. Dia tidak menyangka menjadi kakak akan sesusah inj.
Adam berjalan menuju ke arah Mitha, Adam duduk di samping Mitha. Mitha mendongak ke atas kemudian membenarkan posisinya. Sekarang kepala Mitha ada di atas pangkuan Adam.
KAMU SEDANG MEMBACA
TROUBLE
General Fiction(END - BEBERAPA CHAPTER DI PRIVATE) I was your cure But you were my disease I was saving you But you were killing me ••• Copyright © 2016 . All Right Reserved