CHAPTER 23

1.1K 149 3
                                    

"Gimana kalau pernikahan kita dipercepat?"

Adam melingkarkan tangannya dipinggang Mitha. Mitha menghentikan kegiatannya mengetik eksepsi dan mendongak menatap Adam.

"Terserah mas aja. Gimana baiknya."

Mitha kembali menekuni laptopnya dan KUHP disampingnya.

"Kalo gitu gimana kalo bulan depan?"

Mitha mengangguk mengiyakan tapi matanya tetap tertuju ke arah laptopnya. Mitha tidak tahu harus berkata apa.

Iyain aja biar cepet.

"Mas aku mau istirahat sebentar ya. Kepalaku agak pusing."

Adam berjalan dan mengganti posisinya yang sekarang menghadap ke arah Mitha dan meletakkan punggung tangannya di kening Mitha, "kamu demam?"

"Nggak mas cuma capek aja." Mitha membelai lembut pipi Adam kemudian berjalan menuju kamarnya.

Adam memandangi tubuh Mitha yang berjalan tanpa semangat. Adam tahu bahwa jauh didalam lubuk hati Mitha sebenarnya ia merindukan Radith. Namun, Mitha berusaha menutupinya di depan Adam.

***

"Gue nggak nyangka lo bakal secepet ini ngelepas status lo?" Sarah memutar tubuhnya didepan cermin mengamati kebaya yang sedang ia kenakan.

"Bagus nggak?"

Mitha mengangguk, "lo cantik pake baju apapun."

"Alah ... kebanyakan makan gombal." Mitha terkekeh geli mendengar Sarah mendengus kesal.

"Lo kapan, Sar?"

"Ck ... gue mah santai. Yang penting Rio dan gue komitmen buat bersama. Selanjutnya ya semoga dilancarkan."

"Undangan udah disebar semua kan? Sebentar lagi lo nikah."

"Udah semua. Cuma satu yang belum."

Sarah menghentikan sejenak aktifitasnya dan memandang sahabatnya melalui cermin didepannya. Dilihatnya Mitha sedang melempar pandangan kosongnya ke depan. Ia tahu undangan untuk siapa yang Mitha maksud.

"Lo yakin nggak salah pilih kan?"

Mitha memalingkan wajahnya dan kembali menatap Sarah, "hmm?"

"Lo yakin ini keputusan yang tepat?"

"Keputusan apa?"

"Keputusan lo untuk nikah sama Adam."

"Iya. Kan gue cintanya sama Adam."

"Jangan bohongi diri lo sendiri kalo lo juga cinta sama Radith. Jauh didalam hati lo. Cari deh pasti ada. Perasaan itu cuman tertimbun banyak hal karena saking lamanya dibiarin."

"Gue lebih cinta Adam."

"Oh please." Sarah mendengus kesal.

"Sar, please stop ya . Jangan bahas itu." Suara Mitha terdengar meninggi. Membuat Sarah mengerjap beberapa detik memandangi sahabatnya.

Sarah yang menghela nafas akhirnya mengalah dan mengakhiri percakapan mereka tentang Radith, Mitha dan perasaan mereka.

Rumit.

***

✉️ Lysandra : Mas, bisa jemput? Aku baru mau pulang sama Sarah. Tapi ternyata Sarah di jemput Rio. Aku diajak bareng tapi nggak mau. Aku nunggu mas jemput aja ya. :-D

✉️ Adam : dimana sayang?

✉️ Lysandra : di butiknya mbak Intan mas. Yang dulu mami bikin sarimbit sama papa. Jl. Ir. Sutami.

✉️ Adam : meluncur secepat kilat :* kalo ada yang godain tempeleng aja kepalanya.

Mitha tertawa terbahak-bahak sendirian. Beberapa orang disekitarnya sampai menoleh dan memandang aneh ke arah Mitha. Mitha menggumamkan kata maaf sebelum kemudian matanya kembali fokus ke handphone nya.

Mitha membuka album photo di gallery handphone nya dan memandangi foto itu satu persatu. Ada Mitha dan Rio, Adam dan Sarah saat masih berpacaran, ada Sarah dan Mitha saat dikampus mengurusi syarat wisuda. Ada Radith. Senyum Mitha seketika hilang ketika memandangi foto Radith. Mitha menggeser layar ponselnya dengan cepat. Namun setiap kali ia melihat foto, disitu pasti ada Radith. Pasti. Akhirnya Mitha memutuskan untuk memasukkan handphone nya dan menunggu Adam datang.

Satu jam ...

Dua jam ...

Tiga jam ...

Mitha menghentakkan kakinya kesal. Sudah tiga jam ia menunggu namun Adam tidak kunjung datang. Berulang kali ia mengirim pesan tapi tidak ada balasan. Mitha mengeluarkan handphone nya untuk menelepon Adam.

"Yah tai. Pake mati segala. Ah!"

Akhirnya dengan bibir cemberut Mitha mencari taksi. Jadi rugi kan ngeluarin duit buat bayar taksi.

***

Sesampainya dirumah, Mitha bingung melihat ada mobil papa dan mami di garasinya. Juga mobil Rio. Dengan perlahan Mitha menapakkan kakinya masuk ke dalam rumahnya. Dilihatnya Papa dan Rio sedang berbicara serius. Sarah sedang membelai punggung Mami.

"Pa ... ada apa? Kok pada ngumpul disini?" Mitha tersenyum lebar sambil memberikan ciuman untuk papanya.

"Kalian mau bikin kejutan buat gue ya? Hahaha. Duh!"

Rio dan Papa hanya bungkam melihat Mitha yang tersenyum lebar.

"Napa sih coy?" Mitha meninju lengan Rio.

Ada yang tidak beres. Mitha tahu pasti ada yang salah disini. Tiba-tiba Rio menarik tangan Mitha dan memeluknya dengan erat.

"Lo kenapa sih? Aneh. Kalian ini pada kenapa sih? Itu kenapa mami nangis?"

Mitha menebarkab pandangan ke seluruh ruangan. Mencari sosok yang dari tadi ia tunggu.

"Pa ... mas Adam udah pulang? Tadi katanya mau jemput tapi nggak dateng-dateng. Mitha nunggu tiga jam. Jahat banget emang. Awas aja nanti kalo ketemu."

Saat Mitha menyebut nama Adam, tangisan histeris mami yang semakin menjadi membuat Mitha menjadi hilang kendali.

"Ini sebenarnya kenapa sih!! Mas adam mana gue nanya nggak ada jawab. Pada budek ya!" Suara Mitha mulai meninggi. Ia merasa dipermainkan.

"Mitha ...." suara Rio yang melemah dan mata Rio yang mulai berkaca-kaca membuat Mitha semakin dirundung cemas.

"Mitha, Adam kecelakaan. Mobilnya menabrak truk yang sedang berjalan dari arah yang berlawanan karena mencoba menghindari pengendara motor yang menyalip ugal-ugalan. Adam kehilangan keseimbangan dan membanting setir hingga keluar jalur dan menabrak truk yang sedang melaju kencang." Suara papa yang serak dan terbata-bata akhirnya beradu dengan suara tangisan mami.

Nafas Mitha menderu, dadanya terasa sesak, matanya memanas. Ia memandang Rio meminta persetujuan tentang kebenaran cerita papanya. Rio hanya mengangguk sambil mencoba menarik Mitha dalam pelukannya namun Mitha menolak.

"Terus mas Adam dimana sekarang? Dirumah sakit mana? Kok kalian nggak ada yang nemenin di rumah sakit? Ayo kita ke sana sekarang."

"Mitha ..." Rio menarik tangan Mitha terus berusaha untuk menenangkannya.

"Mitha.. Adam udah nggak ada. Dia meninggal ditempat kejadian."

Dan terakhir kali yang diingat Mitha adalah tangan kokoh Rio menahan tubuhnya agar tidak beradu dengan lantai.

Semua gelap. Kosong. Hampa.

⚫️⚫️⚫️

Oke ini alay. Tapi ya bodo amat. Tapi gue sedih.  Happy reading yah. Vote nya jangan lupa. Wkwk . Nggak vote juga nggak papa. Negara demokrasi mah terserah mau gimana juga. Yang penting jangan gampang marah dan terprovokasi #guengomongapaan #efekkebanyakanliatberita

I'm out
Peace ✌🏻️

TROUBLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang