CHAPTER 12

1.5K 171 7
                                    

Adam memarkir mobilnya didepan sebuah parkiran apartment. Adam menarik rem tangan dan memposisikan persneling di posisi P. Adam melirik wanita disampingnya yang sedari tadi terlelap. Wajah mungilnya tertutup rambut yang tidak sengaja terlepas dari ikat rambutnya. Adam tersenyum tipis memandang wanita itu. Sungguh cantik, batinnya. Adam tidak menyangkal bahwa dia sangat mencintai Mitha. Namun, ia sendiri bingung apakah perasaan itu masih seperti dulu atau sudah berubah menjadi perasaan cinta kepada Adik. Memang bukan dosa jika Adam menyukai Mitha. Menurut hukum islam pun sudah dijelaskan bahwa saudara/i tiri yang merupakan anak yang dibawa oleh ayah atau ibu tiri dimana mereka tidak memiliki ikatan darah langsung dan bukan saudara sepersusuan halal untuk dinikahi.

"Astagfirullah, mikir apa aku ini," Adam buru-buru menepis pikiran nakalnya dan mematikan mesin mobilnya.

Ya ... hari ini Adam berjanji untuk menemani Mitha bertemu dengan Radith untuk menyelesaikan masalah mereka sebelum mereka terbang ke Belanda. Dilihatnya Mitha masih tertidur pulas. Tak tega sebenarnya membangunkannya tapi mau bagaimana lagi.

"Mitha ... Mitha, udah sampe," Adam menyentuh lembut pundak Mitha.

"Hmm ... udah ya? Aduh ... ngantuk banget. Macet sih." Adam tersenyum sambil merapikan poni Mitha.

"Kamu cantik," dan begitulah kata-kata itu lolos dari mulut Adam tanpa disadari. Dan entah kenapa Mitha ingin sekali berlari ke lapangan bola kemudian berguling-guling disana sambil mainan tanah.

Gue dibilang cantik sama kakak gue dan gue tersipu malu. Gue pasti udah sinting! Mana baygon!

Okay ini awkward. Hening. Saling tatap dan wajah yang bersemu merah.

SADAR WOY! HELO!

"Ih ... sayang deh sama kakakku yang satu ini!" Mitha mencubit pipi Adam gemas membuat suasana sedikit cair . Padahal jantung muda-mudi itu sudah hampir melompat keluar dari dada masing-masing.

"Ayo ah! Lama kamu. Eh, kamu mau aku ikut atau kamu sendirian aja?"

Mitha berpikir sejenak, " kayanya mending aku sendirian deh. Kamu tunggu sini nggak papa. Atau ngopi-ngopi di cafeteria gitu. Paling cuma bentar."

"Yakin? Ntar nangis bingung cari bahu buat bersandar," Adam tersenyum menggoda.

"Apaan sih!" Mitha memukul perut Adam membuat Adam meringis.

"Lah serius Mitha."

"Udah ah diem sini aja. Nggak papa aku sendirian aja," Mitha sudah beranjak dari kursinya dan membuka pintu mobilnya.

"Yakin nggak butuh kehadiran abang, dek?"

"Sekali lagi lo ngomong gitu gue pecahin kaca mobil lo dan nggak bakal gue ganti," Adam yang melihat Mitha salah tingkah semakin kegirangan. Mitha hanya mendengus kesal sambil berlalu meninggalkan Adam.

Adam melihat punggung Mitha perlahan menghilang dari pandangannya. Hari ini Mitha mengenakan kaos lengan panjang berwarna abu-hitam lengkap dengan celana jeans dan sepatu kets yang baru dibelinya dari toko online. Tasnya menggantung di lengan sebelah kanan, rambutnya diikat ekor kuda seperti biasanya.

Bahkan Mitha tidak perlu berusaha keras untuk tampil cantik. Dia sempurna. Dimata Adam.

"Kau begitu sempurna, dimataku kau begitu indah. Ciiiyyyaaaa," Adam menertawakan dirinya sendiri dan menggelengkan kepalanya dengan kuat mencoba menjernihkan pikirannya yang dari tadi agak kotor dan ngawur. Adam memang sepertinya butuh secangkir kopi.

                                     ⚫️⚫️⚫️

Mitha sudah hampir lima belas menit berdiri mematung didepan pintu apartment Radith dan tidak melakukan apa-apa. Mitha sudah tiga kali mondar-mandir dari lift ke kamar Radith. Disaat ia memutuskan untuk berbalik arah saat didepan lift ia memutuskan kembali lagi ke depan pintu apartment Radith.

TROUBLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang