PART 8 (2)

888 33 2
                                    

Keesokan paginya, Young tengah dipakaikan jubahnya oleh Ra On. Kasim Jang terus memberikan wejangan pada Young bahwa dia sudah naik tahta diusia yang sangat muda, 20 tahun. Mungkin dia akan terguncang tapi tetaplah ikuti kata hati. Jangan malas untuk mengurusi masalah negara. Terus belajar...

"Hong Nam.." panggil Young menghentikan ocehan Kasim Jang. "Kalimatmu terlalu rumit. Lakukan yang terbaik! Cukup satu kalimat saja."

Mata Kasim Jang berkaca - kaca seperti orang tua yang bangga pada putranya sendiri.

"Iya, Putra Mahkota. Lakukan yang terbaik!"

"Terimakasih."

Young kemudian meminta ucapan dari Ra On. Ra On dengan dingin mengatakan kalau ia tak mempunyai hal yang ingin disampaikan. Young kecewa mendengarnya.

"Karena aku percaya kau akan melakukannya dengan baik." Tambah Ra On.

Senyum lebar terulas dibibir Young. Ra On pun juga sama, dia menunduk sambil tersenyum.

Young berjalan bersama rombongannya menuju aula pertemuan. Namun tak disangka, balai itu kosong dan tak ada seorang menteri pun yang hadir. Young sempat terkejut namun ekspresinya langsung berubah tajam dan berjalan memasuki ruangan meskipun tak ada siapa - siapa disana.

Para Kim tertawa bahagia membayangka Young yang masuk ke aula pertemuan tanpa ada siapapun disana. Dengan begini, Menteri Ui Gyo yakin kalau Young tak akan bisa membatalkan ujian nasional menjadi ujian sementara.

"Dia pasti tahu kalau kita sudah menentukan pemenangnya." Ucap Menteri Geun Pyo.

PM Kim membiarkan saja Young melakukan apa yang ia mau, toh dia juga ingin mencari seseorang untuk membantu Raja. Tapi beda ceritanya kalau dia nanti menyerah dengan sendirinya.

Menteri Ui Gyo kembali tertawa, memangnya apa yang bisa dia lakukan di aula sendirian? Mereka harus memberinya pelajaran karena sejak raja - raja terdahulu, Keluarga Kim memang sudah memimpin pengadilan politik.

Young membaca gulungan yang berisi surat izin tak masuk, ada yang sakit perut, ruam kulit dan alasan sakit lainnya. Kasim Jang sebenarnya geram melihat perlakuan tak sopan mereka pada Putra Mahkota. Apa mereka perlu mengirim orang untuk membawa mereka kemari?

"Apa kau tak tahu setelah mendengarnya? Semua orang benar-benar sakit." Ucap Young dengan penekanan.

Young membaca buku ditemani oleh Ra On yang terus memandanginya.

"Aku tahu bahwa aku memiliki wajah yang membuatmu ingin terus melihatnya, apa kau tak berfikir kalau kau terlihat sangat jelas?" sindir Young.

Ra On terkesiap kemudian memberitahukan kalau wajah Young terlihat begitu murung. Young tersenyum dan mengisyaratkan agar Ra On duduk disampingnya. Ra On menurut, lalu menawarkan camilan untuknya. Permen adalah obat terbaik ketika marah.

Young terus menatap Ra On, "Kalau kau menjadi aku, apa yang akan kau lakukan untuk menghadapi lawan yang sulit?"

Kalau lawan itu adalah lawan yang sulit, maka Ra On akan melakukan yang terbaik untuk bisa mengalahkannya. Tapi kalau belum berhasi juga, dia akan mengikuti arus. Young tersenyum kemudian mengambil permen.

Ra On permisi untuk pergi.

Namun Young mencekal tangannya hingga Ra On berbalik dan langsung jatuh ke pelukannya. Ra On buru - buru melepaskan diri dan ingin mengatakan sesuatu, Putra Mahkota...

Young menyumpal mulut Ra On dengan permen.

"Kau benar, itu obat terbaik."

Ra On mengeluarkan permen yang masih utuh, "kau bahkan belum menggigitnya."

Moonlight Drawn By Clouds ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang