Pemilik Hati?

3.9K 191 4
                                    

Emelin mondar mandir di kamarnya sambil terus menghubungi seseorang.

"Angkat, Arga!"

Emelin nyerah untuk menelpon Arga. Akhirnya, ia menelpon Doni teman dekatnya si Arga.

"Hallo kak"

"Ada apa, Emelin?" Suara seseorang diseberang sana

"Kak Doni bisa anterin aku kerumah Arga nggak?"

"Yauda aku anterin. Emang ada apa? Tumben ke rumah Arga?"

Emelin menarik nafasnya panjang panjang

"Ada hal penting yang pengen aku omongin"

"Oke aku on the way yaa. Kamu siap siap"

Emelin mengakhiri panggilan itu. Ia mencari jaketnya dan menunggu Doni diluar rumah.

"Mau kemana dek?" tanya Deni

"Kerumah Arga, bentar. Ada yang pengen gue omongin sama dia"

"Gue anterin" Emelin menggelengkan kepala

"Gue kesana dianterin kak Doni aja" Deni menganggukan kepala

Klakson mobil berbunyi didepan perkarangan rumah Emelin. Mungkin itu Doni

"Langsung masuk" teriak Doni dari dalam mobil

Mobil itu menjauh dari perkarangan rumah Emelin. Di perjalanan tak ada pembicaraan yang tercipta.

"Emelin?" Doni membuka suara. Emelin menoleh kearahnya

"Gue tadi pas sekolah nggak sengaja dengar pembicaraan lo sama Arga"

"Sebaiknya lo selesain masalah lo sama Arga. Dan gue saranin lo juga tanya ke Arga apa dia beneran tulus sama lo apa nggak" Emelin hanya menganggukan kepala

Setelah sampai di depan rumah Arga, Emelin langsung turun.

"Sekalian minta ke Arga buat nganterin lo pulang" Emelin mendengus kesal

"Tau gitu aku minta anterin kak Deni aja" Doni tertawa

Emelin melangkahkan kaki ke arah rumah itu. Lalu mengetuk pintu rumahnya.

CEKLEK

"Cari siapa yaa, non?" tanya wanita parubaya. Mungkin dia assisten rumah tangga dirumah Arga.

"Saya mau cari Arga Rusdiantoro" wanita itu menganggukan kepala

"Mari silahkan masuk. Duduk dulu disitu" Emelin menuruti saja

Cukup lama menunggu wanita itu Emelin memandangi sekeliling rumah ini. Mata Emelin menangkap foto keluarga. Ada ayah ibu dan dua anak. Itu keluarga Arga?

"Non?" panggil wanita itu membuat Emelin tersentak

"Kata den Arga, non disuruh naik ke atas kamar den Arga" Emelin mendengus kesal

"Iyaa" Emelin menaikki anak tangga dengan ragu ragu

Sesampai di depan kamar Arga. Emelin mengetuk pintu itu.

"Masuk aja" teriak Arga dari dalam kamarnya

"Pintunya dibuka aja" sahutnya dan Emelin membuka pintu kamar Arga selebar lebarnya

"Emelin, duduk disini" Emelin duduk dengan jarak yang agak menjauh dari Arga

"Lo mau ngomong apa?" tanya nya tanpa basa basi

"Bentar! Lo nggak nyaman dengan keadaan yang kayak gini" Emelin bingung dengan omongan Arga

"Ngomong didepan situ aja. Nggak enak juga dikamar berduaan kayak gini" Emelin menganggukan kepala

"Ayoo ngomong apa?" tanyanya lagi

Angin sepoi sepoi berhasil membuat rambut panjang Emelin berterbangan.

"Tadi gue telpon lo, tapi lo nggak angkat telpon gue. Lo marah sama gue? Lo benci? Lo kecewa?" Arga tertawa

"Gue serius. Jangan ketawa"

"Lo kangen yaa sama gue?"

Emelin menundukkan wajahnya. Cukup lama Emelin terdiam.

"Lo nggak kangen gue? Kalau kangen anggukin kepala lo" Arga menahan tawanya

Emelin menganggukan kepala pelan.

"Tapi maaf" Emelin mendongakkan wajahnya

"Lo pengen gue buat nggak ganggu hidup lo lagi kan? Dan gue bakal ngelakuin itu"

"Apa sih yang enggak buat lo? Lo mau itu? Gue bakal lakuin" Emelin terus menahan tangisnya

"Lo nyuruh gue buat nikahin lo? Gue bakal nikahin lo sekarang juga, gue mau" Emelin mendengus kesal

"Argaaa!"

"Lo tanya gue kecewa? Benci? Marah sama elo? Gue bakal jawab gue nggak marah. Gue juga nggak benci lo. Tapi gue kecewa sama lo, Emelin" Emelin menatap mata Arga lekat lekat

"Gue kecewa lo nggak pernah percaya sama omongan gue waktu itu. Gue berusaha ngejar lo. Tapi lo nyuruh gue berhenti begitu saja. Jujur, gue kecewa sama lo, Emelin"

Emelin menundukkan wajahnya. Air matanya menetes begitu saja.

"Maaf" lirihnya pelan. Suaranya bergetar. Arga menarik tubuh Emelin kedalam pelukannya

"Kalau mau nangis. Nangis aja dibahu gue" bisiknya

Emelin mempererat pelukannya.

"Gue Emang kecewa sama lo. Tapi gue nggak pernah bilang kalau gue udah nggak sayang sama lo"

"Jujur, masih dengan perasaan yang sama. Gue sayang sama lo"

"Gue berharap pemilik hati gue itu lo" Emelin terus menangis kedalam pelukannya

"Maaf, gue bakal ngelakuin apa yang lo minta kemarin. Gue bakal berhenti ngejar lo. Tapi yang perlu lo ketahui sampai kapanpun gue tetap sayang sama lo"

"Udah nggak usah nangis lagi" Arga melepaskan pelukannya dan menghapus air mata Emelin

"Nggak ada yang lain. Gue cuma sayangnya sama lo"

Pipi Emelin berhasil dibuat merah merona.

"Tapi---"

"Tapi apa?" tanya Emelin

"Kalau ada yang lebih bening dari lo. Yaa boleh deh" Emelin memukul bahu Arga

Arga tertawa melihat tingkah Emelin yang lucu itu.

"Sampai kapanpun gue sayang lo. Ingat itu, Emelin" Emelin menganggukan kepala

"Sampai kapanpun dia sayang gue?"

***

Kritik dan sarannya yaa. Saya tunggu.

Waiting For youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang