Galak. Tapi gue suka.
Emelin memegangi bunga doraemon yang di berikan Arga.
"Jagain bunga doraemon nya. Seperti, kamu ngejaga hati aku" Emelin menganggukan kepala
"Saling ngejaga hati satu sama lain yaaa" ucap Emelin.
DRRT.. DRRT
Arga merogoh ponselnya yang di saku celana nya.
Tere Laudia : kak Arga, aku kangen kamu.
Arga memasukkan ponsel nya lagi ke dalam saku nya.
"Siapa yang chat?" tanya Emelin.
"Nggak penting" Emelin langsung menatap mata Arga dengan tajam
"Mata nya jangan gitu. Kalau copot, gimana?" ledek Arga
"Apaan deh. Tadi siapa yang chat?" tanya Emelin lagi
Arga menarik nafas nya panjang panjang. "Yang ngechat tadi itu Tere"
"Tere?"
Tere siapa? Nama nya kayak nggak asing lagi.
Emelin menganggukan kepala.
"Nggak tanya gitu Tere siapa?" kini giliran Arga yang bertanya
"Pengen banget gue tanyain kayak gitu"
"Lo-gue lagi. Tadi aku-kamu" Emelin tertawa melihat tingkah Arga yang kadang kadang kayak anak kecil
"Pulang yuk" Arga menganggukan kepala
Arga berdiri lalu menggandeng tangan Emelin dengan erat. Sangat erat.
"Silahkan tuan putri" suruh Arga layaknya mempersilahkan tuan putri nya masuk ke dalam kereta kencana. Sangat sopan. Dan lembut.
"Makasih" Arga langsung masuk ke dalam mobil.
Arga langsung menyalakan mesin mobilnya. Dan pergi meninggalkan taman itu.
"Sayang, makasih yaa buat hari ini" Emelin tersenyum
Arga meminggirkan mobil nya ke sisi jalan. Ia langsung mengelus rambut Emelin dengan lembut. Ia lalu mendekatkan wajahnya ke wajah Emelin. Jarak mereka hanya beberapa centi saja. Nafas Arga bisa Emelin rasakan.
Bibir Arga mendarat di bibir Emelin. Ia mengecup bibir Emelin. Cukup lama. Setelah itu Arga langsung melumat bibir mungil Emelin. Namun tak ada perlawanan dari Emelin. Tiba tiba Emelin membalas lumatan itu.
Jangan kelamaan. Nanti keblabasan.
Arga langsung menghentikan aksinya. Ia mengelus rambut Emelin pelan.
"Takut nggak bisa di tahan" Emelin melotot ke arah Arga
"Udah nggak usah macem macem lagi" Arga menganggukan kepala
Mobil Arga berhenti di pekarangan rumah Emelin. Arga langsung membukakan pintu mobil untuk Emelin.
"Makasih"
"Yauda aku masuk dulu" Arga mengangguk
"Hati hati di jalan yaaa"
Arga kembali masuk ke mobil dan melajukan mobil nya meninggalkan perkarangan rumah Emelin.
Suasana malam ini hujan deras dengan petir yang tak kunjung berhenti. Di rumah hanya ada Emelin dan pembantu nya. Deni? Ia tak melihat nya sedari tadi. Mama dan papanya? Sibuk.
Emelin menutup telinganya dengan telapak tangannya. Ia takut dengan suara petir. Ia menutup seluruh tubuhnya dengan selimut.
DRRT.. DRRT
Arma Dianto : aku ada di luar. Mau ngomong sesuatu.
Emelin langsung keluar menemui Arma yang ada di depan rumahnya.
"Ada apa?" tanya Emelin to the point
"Apa lo nggak pernah ada rasa sedikit pun sama gue?" Emelin menundukkan wajahnya. Takut.
"Jawab!" bentaknya.
Bibi kemana? Udah tidur kah?
"Aku nggak ada rasa sama kamu, kak"
Arma menarik nafasnya panjang panjang. "Kenapa lo harus suka sama Arga? Adek gue?"
"Yang gue tau, cinta itu nggak bisa memilih dimana dia akan bersinggah"
Yang tadi nya aku-kamu sekarang lo-gue.
"Tapi gue pengen nya cinta lo bersinggah di hati gue! Bukan di hati Arga"
Emelin menggelengkan kepala. "Cinta nggak bisa dipaksain. Nggak bisa kak"
Arma langsung mendorong tubuh Emelin. Tubuh Emelin langsung mentok ke tembok.
"Gue nggak pernah rela lo jadi milik Arga"
"Dari dulu Arga udah ngerebut semua kebahagiaan gue"
"Dan kali ini, gue nggak akan ngebiarin Arga ngambil lo dari gue"
Arma semakin mendekat ke arah Emelin. Arma mengangkat dagu Emelin. Mata mereka bertemu di satu titik. Emelin ketakutan.
CUP
Arma menempelkan bibirnya di bibir Emelin. Ia melumat bibir Emelin. Emelin menolak namun Arma terus melumat bibir itu. Emelin menangis. Ini paksaan. Ia tak suka dengan perlakuan Arma.
Arma menghentikan aksinya. Arma menghapus air mata Emelin dengan kasar. Ia langsung menarik tubuh Emelin kedalam pelukannya.
"Gue sayang sama lo. Maaf"
Arma melepaskan pelukannya. Ia langsung keluar dari rumah Emelin.
Gue benci sama lo, kak. Lo kasar sama gue. Gue nggak suka.
"Argaaa maaf" lirih Emelin pelan
Ia langsung mengunci pintu rumahnya dan kembali ke kamar nya.
Arma sudah merendahkan harga diri Emelin. Beberapa jam lalu Arga yang melumat bibirnya dan sekarang Arma seseorang yang tak pernah Emelin cinta ia melumat bibir Emelin dengan paksaan.
"Kalau Arga tau, mereka berdua bakal bertengkar"
"Aku nggak mau mereka bertengkar" Emelin menggelengkan kepala nya.
Ia terus menangis membayangkan perlakuan Arma kepadanya.
DRRT.. DRRT
Arga calling
"Hallo"
"Suara kamu kenapa? Kayak habis nangis gitu"
"Aku gapapa kok"
"Yakin? Ayoo bilang. Jangan kayak gini"
Emelin terus menangis.
"Kamu kenapa? Ayoo cerita sayang"
"Ar.. Ar.. Ma"
"Kamu kenapa? Arma ngapain kamu"
"Hiksss"
"Aku ke rumah kamu. Otw"
Tut.
***
MAMPUS!!! Bakal ada perang antara adek dan kakak. Kritik dan sarannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Waiting For you
Fiksi RemajaBerawal dari tantangan untuk mendekati Emelin yang di berikan oleh Gio dan John kepada Arga. Emelin Ayudia, gadis cantik dan mempunyai mata sipit. Hari demi hari, Arga terus mendekati gadis itu, berusaha membuat gadis itu jatuh hati kepada dirinya...