Part 5

9.2K 468 4
                                    

Dia berjalan gontai meninggalkan kami. Tangannya masih dikepala. Ada apa dengannya? Aku jadi khawatir.

Jika efek sambal ini ngaruh sama tubuhnya, pasti dia akan sakit perut, lah ini kenapa yang dia pegang kepala? Aneh banget. Aku semakin ga ngerti sama dia. Dia begitu misterius.

"Ayo pulang"

"Ga seru!! Dia malah jadi marah gitu"

"Dia kenapa sih?"

"Mana gue tau, emang gue emaknya?"

Perasaanku jadi ga enak. Entahlah. Aku ga ngerti sama tuh cewek.

***

Zea POV

Kepalaku berdenyut, perutku mual, beberapa kali aku memuntahkan makananku ditoilet sebelah lapangan parkir. Lihat!! Tanganku mulai mengeluarkan bintik merah. Oh kepalaku pusing banget. Aku masuk kemobil yang terparkir tak jauh dari toilet. Memijit kecil pada pelipis. Rasanya ini kepala mau pecah. Aku merasakan pintu mobil penumpang terbuka lalu tertutup lagi.

"Ayo kita pulang" ucap seseorang yang aku kenal sebagai majikan aku saat ini.

"Eh,kulit lo kok merah merah sih?" Mungkin itu suara Endo atau Rendy. Pikiranku mulai kacau, ga bisa fokus sama sekali.

Aku mencoba tetap bertahan dikondisi aku yang sekarang. Memutar kunci namun sulit. Tanganku tak bisa memutarnya. Aku kembali memijit pelipisku. Jangan sekarang!!mohon jangan sekarang!!

"Endo, buruan lo yang nyupir. Biar dia dibelakang sama Zakka. Wajahnya pucet"

Aku merasakan seseorang memapahku dari kursi. Aku kembali duduk, saat ini aku duduk dikursi belakang bersama orang yang membuatku kaya gini.

"Lo kenapa sih?" Ucap Zakka

"Gue...gue alergi udang"

"What?" Ucap mereka serempak.

Aku ga kuat lagi. Aku menyandarkan kepalaku dikaca mobil. Kepalaku semakin berdenyut. Aku merasakan tangan kokoh menarikku membawaku ketempat yang lebih hangat dan nyaman. Wangi parfumnya menenangkanku. Detak jantungnya seperti nyanyian pengantar tidur. Saat itu pula aku merasakan berada dialam lain.

***

"Gimana kalo kita digorok emaknya kalo ketahuan bikin dia hampir mati?"

"Gue ga tau"

"Elo sih pake ngerjain dia Za"

"Hehh, gue kan cuma nambahin sambal, yang pesen nasi goreng udang kan elo"

"Udah udah, ini salah kita semua"

Aku mendengar suara suara dimimpiku. Ternyata itu bukan mimpi. Disebelahku memang ada orang bertengkar. Aku kini berada disebuah ruangan yang serba putih. Apa aku sudah meninggal? Tapi kalo meninggal kenapa ada mereka bertiga disini?

Mereka kini diam menatapku.

"Brisik tau ga?" Ucapku

"Sorry bikin lo kebangun. Kita takut lo bakalan mati karena tidur lama banget"

"Berapa lama?"

"Seharian"

"Gue kira gue bakalan mati".

"Gue minta maaf ya?"

"Gue juga"

Hening

"Gue...gue juga"

"Gapapa kok, gue harus pulang. Kakak gue sendirian"

"Tapi..."

"Gue gapapa"

Selama satu minggu aku ga kerja. Lama memang. Itu karena tubuh aku yang merah merah belum juga pulih. Namun hari ini aku sembuh total terbebas dari alergi sialan itu. Majikan aku juga ngapain sih ngasih aku udang? Ya aku maklumin sih, pasti dia ga tau kalo aku alergi.

"Kak Dee, aku kerja dulu ya? Kakak jangan nakal"

Dia mengangguk ditempatnya.

Aku kira aku bakalan dipecat karena absen sampai seminggu. Tapi kemarin bu Wijaya telfon katanya aku harus datang lagi ketika sudah sembuh. Fiuuuuhh. Selamat dari ancaman pemecatan deh.

Hampir satu bulan aku bekerja disini setelah insiden alergi itu. Walaupun ini karena kerjaan Zakka, namun dia masih saja membuatku naik darah. Permintaannya yang tidak masuk akal membuatku geram.

"Hehh supir jelek, berhenti disebelah mini market"

See, dia seenaknya saja mengubah nama orang. Aku menghentikan mobil diparkiran dekat mini market.

"Elo turun beliin gue pocari. Gue haus, nih uangnya"

Aku memutar kedua bola mataku. Bisa bisanya dia meritah aku. "Kenapa ga beli sendiri aja sih tuan mudaaa?"

"Gue males. Diluar dingin"

"Kenapa ga Endo atau Rendy aja?"

"Elo aja deh mbak, gue juga males keluar, iya ga Ndo?"

"Yooii mameen"

Aku menggeram, kemudian keluar dari mobil. Baru saja aku sampai dipintu mini market, mobil meninggalkanku disini.

Apa itu? Dia kabur?? Mobil udah ga ada ditempat parkir. Dan akuu? Gimana aku pulang? Aku ga bisa ninggalin mereka gitu aja. Mereka pasti akan clubing. Siiaaal. Aku lupa membawa kunci mobil. Aku menyetop taxi yang melewatiku. Persetan dengan uang, ntar aku minta ganti sama Bu Wijaya.

***

Author POV

Zakka mengendarai mobil dengan kecepatan penuh. Mereka tertawa ketika mampu mengecoh Zea.

"Lo hebat Za, ide lo keren"

"Tentu dong"

"Za, seperti ada mobil yang ngikutin kita"

"Ga mungkin, ga ada untungnya buat mereka ngikutin kita"

Ditempat yang sepi sebuah mobil sedan mencegat perjalanan tiga sekawan itu. Tiga pria berjas hitam keluar, menghampiri pintu kemudi.

"Mereka siapa Za?"

"Gue ga tau"

Salah satu darinya mengetuk kaca mobil. Zakka membuka pintu, dalam sekerjap mereka menarik Zakka dan menyeretnya ke mobil sedan.

Endo dan Rendy keluar dan mencegatnya. Naas kekuatan mereka tak sebanding dengan orang berbadan tegap didepannya. Endo terpelanting oleh tendangan diperutnya, disusul Rendy yang jatuh karena pukulan diwajahnya. Ketika mobil sedan meninggalkan tempat itu, sebuah taxi berhenti dibelakangnya.

"Kalian kenapa?"

Zea memperhatikan sekitarnya "hei, Zakka mana?"

"Dibawa mobil itu mbak"

"Dan elo ngapain duduk disitu? Cepat masuk mobil"

Zea masuk ke mobil diikuti kedua orang itu. Zea memacu mobil dengan kecepatan penuh. Wajahnya terlihat khawatir. Dia mengingat percakapannya dengan Bu Wijaya saat hari kedua dia bekerja. Zea takut kekhawatiran bu Wijaya akan terjadi malam ini.

#

Women DriversTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang