Part 18

7.3K 368 12
                                    


Zea POV

Hari sudah mulai menggelap, kami memutuskan untuk pulang, aku berpamitan pada kedua orang tuaku lalu berdiri dan berbalik badan. Aku terkejut melihat orang yang aku kenal berdiri disana. Dia terlihat marah, tapi kenapa dia marah? Emang aku melakukan hal yang keji?

"Sejak kapan kuburan jadi taman untuk orang pacaran?" Ucapnya lalu meninggalkan kami.

Aku menengokkan kepala ke Lukas yang berdiri disampingku, menatap manik manik matanya seolah meminta kejelasan, namun Lukas hanya mengangkat kedua bahunya tanda tak mengerti.

Zakka sudah menghilang dari pandangan. Heran juga kenapa dia ngomong gitu? Jelas jelas kami sedang mengunjungi makam, dia bilang pacaran? Gimana mungkin? Kita kan sodaraan!! Ya walaupun baru tau kemarin sih.

Kami melenggang meninggalkan makam sesekali menengok ke belakang ke arah makam ayah dan bunda. Semoga mereka tersenyum melihatku. Amin.

Dalam perjalanan pulang aku kembali mengingat Zakka. Dia marah saat melihat kami, dan tadi kami... Sedang pelukan. Apa dia cemburu? Bibirku tiba tiba menyunggingkan senyum kecil saat mengingat hal itu. Ampuuunn Zeee jangan ngayal yang berlebihan deh. Ga penting tau? Mana mungkin dia cemburu, aku kan cuma supirnya doang.

Aku merasakan ada orang yang menoyor kepalaku ke samping.

"Apa sihhhh? Main toyor ajaa"

"Lo mikir apa hehhh? Sampe senyam senyum gaje kayak orgil gitu?"

"Sialan!!"

"Hahaaaa lo mikirin Zakka yaa? Dia kan marah tapi lo malah senyam senyum. Aneh lo"

"Bodo!!"

Lukas hanya geleng geleng kepala tanpa menjawab lagi. Emang aku kaya orgil yah? Uuuh sialan.

"Jadi lo mau tinggal bareng kita kan?"

Aku diam, kemarin mereka memang membicarakan ini. Mereka memintaku, Dion Dea tinggal bersama mereka dan aku sudah membicarakan ini dengan Dea tadi pagi.

"Gue di kontrakan aja bareng Dea dan Dion. Kita lebih nyaman disana"

"Tapi Zee..."

"Please Kas, itu keputusan kami!!"

"Ok ok. Akan gue bicarakan sama Papi"

Pandanganku menyapu jalanan, cukup padat namun tidak membuat macet. Hari mulai gelap.

***

Siang ini panas bangeett.... Baru aja keluar kelas udah keringetan. Uh mendingan didalam kelas deh kalo gini ceritanya. Adem. Kan ada AC nya.

Cuacanya ga ndukung banget. Bentar bentar panas bentar bentar ujan. Bikin gregetan!!!

Sekarang aku duduk dikantin sama Gina makan bakso.

"Eh Zee, itu Zakka kan?" Tanyanya.

Otomatis nih mata aku melayang ke arah yang ditunjuk Gina. Beneran Zakka lagi menuju kesini sama Endo dan Rendy tentunya. Heran deh, mereka bertiga beda fakultas tapi tueteep aja bertiga mulu.

"Iyee"

"Gue ga pernah liat dia akhir akhir ini"

Aku meletakkan kembali garpu yang menancap bakso ke mangkuk lalu menjelaskan kejadian waktu itu.

"Wow. Lo keren Zee"

"Kok gue? Gue ga ngapa ngapain juga"

Gina memang tidak tau insiden waktu itu. Saat aku sebulan dalam perawatanpun dia tak banyak tanya karena memang jarang ketemu.

Aku bisa melihat Endo nunjuk nunjuk meja aku. Sepertinya dia mengusulkan untuk duduk bersama disini. Tapi tak seperti dugaanku. Aku kira mereka beneran akan kesini tapi Zakka nyelonong pergi. Jadi Endo Rendy otomatis mengejar Zakka yang jalannya kaya maling kepergok gitu. Cepet banget!!

"Kenapa deh si Zakka? Auranya kaya lagi marah gitu"

Aku hanya mengangkat bahu dan kembali makan. Dia memang terlihat ngindarin aku.

Sejak dia pulang aku ga jadi sopirnya lagi. Soalnya dia udah dibolehin nyetir sendiri. Kalian tau kan? Isabel udah mati. Dan yang aku pertanyakan dimana Vano? Soalnya dia dibebaskan oleh Bu Meli. Padahal kan dia ikutan salah. Kenapa dibebasin yah? Entahlah.

Aku udah ga ada kelas lagi. Aku mau pulang aja. Di koridor aku melihat Zakka berjalan sendirian. Mungkin aku akan bertanya kenapa 4 hari ini dia ngindarin aku.

Saat kami sudah berdekatan dia malah balik arah dan ngeloyor pergi. Aku mencoba mengejar tapi dia malah lari. Dia kenapa sih?

"Zakkaaa..... Zaa"

Dia seolah tuli, tetap melenggang ninggalin aku. Iiihhh awas aja kalo tuh anak kena. Aku bantai dia.

Akhirnya selama seminggu ini aku ga pernah ngobrol sama Zakka, melihat pun hanya sekilas karena dia ga pernah mau deketin aku lagi.

"Kangen lo Za!!"

***

Author POV

"Gue ga suka liat mereka deket. Gue denger mereka lagi renggang?"

"Iya, apa rencana lo?"

"Gue pengen bikin mereka tambah renggang dan saling benci"

"Gue setuju. Apa yang musti gue lakuin?"

"Lo adu domba mereka. Lo bisa kan?"

"Tentu aja bisa. Gue akan lakuin apapun demi membuat mereka jauhan"

"Good"

***

Zea POV

Aku ga ngerti sama jalan pikiran Zakka dia marah marah ga jelas saat aku datengin dia dirumahnya. Aku bosen liat dia marah marah gaje. Dan sekarang aku datang kerumahnya.

Zakka duduk di teras depan langsung berdiri dan pergi ninggalin aku.

"Zaa"

Aku ga mau kehilangan kesempatan ini.

"Zakka lo aneh. Lo kenapa sih? Kenapa ngindarin gue? Gue ga ngerti sama jalan pikiran lo. Gue salah apa sih Za?" Teriakku.

Dia berheti 10 meter didepanku. Aku yakin dia mendengar semua.

"Lo tanya apa salah lo? Lo nyadar ga sih udah bikin gue... Aaarrgghh... Udahlah Zee. Gue ga mau ketemu lo lagi. Lo jangan muncul didepan gue lagi. Gue muak sama lo. Sifat lo selama ini palsu tau ga? Pergi sekarang dari rumah gue. Lo ga dibutuhin lagi disini"

Seperti disambar petir siang bolong gini. Dia ngomong apa sih? Aku memegang dadaku yang sakit. Nyesek banget. Lo tau ga sih Za? Dada gue sakit dengerin orang yang aku suka bicara kasar gitu. Padahal gue ga tau apa salah gue.

#

Women DriversTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang