Part 4

9.9K 508 5
                                    

Pukul 10 tepat aku sampai dirumah Wijaya. Aku menyuruh satpam untuk menggendong Zakka yang tengah tertidur dikursi belakang. Aku pasti akan kena marah bu Wijaya. Dasar tuh Zakka bikin masalah mulu kerjaannya.

Aku membukakan pintu untuk pak Satpam yang membawa Zakka dalam gendongannya. Disana ada bu wijaya duduk dengan laptop dipangkuannya.

"Zea"

Sial, aku pasti kena marah. Uhh. Zakka sialan.

"Maafkan saya"

Dia hanya tersenyum disana.

"Saya siap menerima konsekuensi dari ibu"

"Saya mengerti bagaimana sulitnya menjaga Zakka" senyumannya masih tersungging dibibirnya.

"Pulanglah"

Aku mengangguk, meletakkan kunci mobil ke meja depan bu Wijaya dan meninggalkan rumah mewah ini. Sangat bersyukur karena aku ga dipecat. Bahkan aku ga kena marah.

***

Author POV

Mobil melintasi jalan Tol. Dalam perjalanan pulang. Musik jass menemani perjalanan mereka yang sepi. Sudah hampir seminggu setelah kejadian malam itu. Zakka tak pernah berbicara pada Zea supirnya. Yah, ngapain juga bicara? Toh diantara mereka hanya sebatas supir dan majikan. Berbagai cara yang dilakukan Zakka, mulai dari menggertak, usil, memarahi, mengancam sampai memfitnah. Tapi tak kunjung membuat Zea mengundurkan diri. Sejak pagi tadi Zakka hanya diam jika ada supirnya disampingnya.

"Gue pengen jalan jalan"

"Kemana tuan?"

"PIM. Jemput Rendy dan Endo di rumah mereka"

"Baik"

Zea sudah hapal alamat Endo dan Rendy sahabat Zakka. Seringkali Zakka minta antar kerumah mereka. Zakka terpaksa minta antar karena kunci mobil selalu ada ditangan Zea. Sedangkan mobil lain kuncinya tersimpan oleh Mommy nya.

Mobil terparkir mulus didepan rumah Mewah milik keluarga Endo. Didepan sana ada Endo dan Rendy yang bersiap untuk meninggalkan rumah. Zakka membuka kaca jendela belakang.

"Woi, mau kemana lo?"

Mereka berdua menatap Zakka yang masih ada didalam mobil.

"PIM, gue pengen nyari sesuatu"

"Ayo ikut mobil gue aja"

Endo dan Rendy nyengir kemudian meloncat ke mobil Yang dikendarai oleh Zea. Rendy didepan sedangkan Endo dibelakang bersama Zakka. Canda tawa menghiasi perjalanan mereka, lain dengan Zea yang hanya diam ditempatnya. Seperti biasa Zea memakai kaus dan celana jeans panjang. Rambut panjangnya dimasukkan kedalam topi sehingga seperti diikat dibelakang. Topi hijau bertengger manis dikepalanya sepadan dengan kausnya yang hijau pula. Sedangkan ketiga laki laki penumpang masih menggunakan seragam SMA mereka.

"Eh, mbak supir"

Zea melirik Rendy yang sedang menggodanya.

"Ya?"

"Cantik cantik kok mau jadi supir sih?"

Zea hanya menyerigai ditempatnya.

"Iyaa bener, mendingan jadi baby sitter gue aja" sambung Endo.

"Eh, Endo. Yang ada lo mati berdiri kalo dijaga sama tuh supir. Dia kan lebih kejam dari ibu tiri"

Zea memutar kedua bola matanya ketika mendengarkan ucapan Zakka.

Suasana didalam mobil masih rame dengan gosip murahan mereka bertiga. Kali ini mereka ngomongin cewek seksi idaman mereka masing masing. Ada yang mencari cewek yang berdada besar, berpantat besar, bibir tipis seksi. Ini membuat Zea menjadi salah tingkah ditempatnya.

"Gue juga suka cewek yang seksi dadanya besar. Ga kaya supir gue ini. Dadanya rata" sindir Zakka.

Seisi mobil tertawa terbahak berbeda dengan Zea yang wajahnya bagai kepiting rebus. Zea bergeming ditempatnya. Berusaha tidak memperdulikan orang gila yang ada disekitarnya.

***

Zakka POV

Lihat wajahnya itu. Merah seperti buah cery. Walaupun tertutup topi tapi tetap saja kelihatan. Dia juga keliatan salah tingkah sejak obrolan kami menjadi mesum begini. Biar tau rasa tuh anak. Haha lucu sekali wajahnya.

Kami bertiga berjalan menaiki eskalator PIM. Ga usah tanya tentang supir aku deh, dia pasti ada disekitarku. Walaupun ga keliatan tapi tetap aja aku tau dia ada dibelakang sana. Setiap aku jalan pasti ada dia. Seperti malam itu diclub. Aku memang setengah sadar. Tapi aku tau dia yang membawaku meninggalkan tempat itu. Dia yang memberiku susu saat dimobil. Jangan tanya aku apakah aku mengingat saat aku menciumnya. Tentu saja aku ingat bibir manisnya. Namun aku berusaha menutupi. Aku pura pura tidak mengingat malam itu. Mau ditaruh dimana muka aku? Dipantat?

Berbagai tempat terbesar diPIM kami masuki. Tak ada yang cocok dengan kesukaanku. Akhirnya aku cuma liat liat aja. Sedangkan Endo mendapat satu benda yang katanya buat kado nyokap.

"Laper woii" ucap Rendy.

"Ayo makan, gue pengen nasi goreng restoran ujung sana"

"Tlaktir ya?"

"Dasar lo, mintanya yang gratisan mulu" ucapku sambil menoyor kepala Endo "tapi oke lah, gue tlaktir"

"Yeay"

Kami bertiga duduk disalah satu meja pojokan. Aku ga suka tempat rame. Seorang pelayan menghampiri kami disini menanyakan pesanan pada kami.

"Nasi goreng udang 3 mba" ucap Endo.

"Minumnya?"

"Gue frestea"

"Gue lemon tea"

"Gue jus melon, eh nasi gorengnya tambah satu porsi yang paling pedes ya mba. Minumnya frestea"

"Memang tidak takut sakit perut mas?"

"Temen gue yang satu lagi suka yang pedes mba, jadi jangan khawatir"

"Baik"

"Lo gila Za?"

"Gapapa lagi. Gue cuma pengen liat muka merahnya. Haha"

"Kayaknya asik"

Sambil menunggu makanan dateng seperti biasa kami liat liat cewek yang lewat. Lumayan buat cuci mata. Aku mengambil hand phone. Aku harus mengajaknya dateng kesini. Kan udah dipesenin makanan spesial buat dia.

Call Supir jelek

"Gimana?"

"Tuh dibelakang gue"

Pelayan memberikan pesanan kami. "Yang pedes mana?" Pelayan itu memberikan nasi yang keliatan nyumi pedas itu. Aku menaruhnya ke meja yang kursinya masih kosong. Saat pelayan meninggalkan kami, supir sudah berdiri disebelah aku.

"Ada apa?"

"Duduk deh, makan. Lo laper kan?"

"Tumben baik sama gue?" Kedua tangannya dilipat didepan dada. Nah loh. Ucapan ga sopannya mulai keluar. Kalo dia ga pake bahasa formal pasti dia lagi curiga sama gue.

"Gue ga mau sopir gue pingsan kelaperan. Gue males gendong lo"

Dia memutar bola matanya kemudian duduk ditempatnya. Endo dan Rendy sudah memakan makanannya sejak tadi. Si supir jelek mengambil nasi dengan sendoknya dan menyuapkan kemulutnya, mengambil lagi satu sendok, ketika disuapannya yang ketiga dia berhenti. Mengambil minumannya, meminumnya sampai habis. Gila!! Kami bertiga ketawa tebahak sampai memegang perut masing masing. Mukanya merah banget pas kepedesan haha

Tapi ada yang aneh. Dia memegangi kepalanya. Wajahnya juga seperti menahan sakit. Otomatis aku berhenti tertawa, kedua temanku juga berhenti ketika aku tendang kakinya.

"Lo gapapa kan? Itu kan cuma pedas sedikit kenapa lo megangin kepala gitu?"

"Itu nasi goreng apa?"

"Nasi goreng udang"

"Sudah kuduga. Kalo kalian memang berniat bunuh gue, selamat!!! Kalian berhasil. Gue tunggu dimobil"

Women DriversTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang