9 » Berharap

1.8K 105 4
                                    

"Gua ga bisa jadi pacar lo Al" Cindy menolak pelan. "Sorry," Ujar Cindy lagi.

"Tapi kenapa?" Aldi menautkan kedua alisnya.

"Gua cinta orang lain," Jelas Cindy.

***

Farid membayar pesanan nya walau tak sempat Ia santap, Farid langsung keluar dari tempat itu.

Farid melaju pelan dengan motornya, semakin lama fikiran nya semakin penuh oleh Cindy.

Farid masih tak percaya kejadian tadi. Ia tak menerima dirinya kalah cepat mengutarakan isi hati nya, apa lagi oleh saingan terberat nya di club Basket. Fikiran Farid sangat kusut, Farid menambah laju kendaraan nya. Dan tiba-tiba saja.

DUM!!TAR!!!

Suara benturan keras itu terdengar. Farid terpental cukup jauh dari motornya. Kerumunan orang cukup ramai mengelilingi Farid. Sampai ambulan datang ke tempat kejadian itu.

Pihak rumah sakit menelpon keluarga Farid. Kakak perempuan Farid langsung pulang. Begitu juga Ayah Farid, Ia tak perduli dengan pekerjaannya.

Mereka bertiga langsung mendatangi rumah sakit dimana Farid dirawat.

Malam mencekam menyelimuti kesedihan keluarga Farid.

"Gimana keadaan anak saya Dok?" Tanya Kelvin ke Dokter yang memeriksa Farid.

"Farid mengalami masa kritis saat ini Pak," Ujar dokter itu pelan.

"Apakah ada kemungkinan anak saya untuk bangun Dok?" Tanya Kelvin lagi.

"Berdoa saja Pak semoga tuhan menurunkan mujizat nya, Farid tidak menggunakan helm saat kejadian tadi. kemungkinan Ia mengalami Amnesia, Atau bahkan lebih parah lagi, Ia bisa mengalami gegar otak" Tutur doker itu.

Seketika badan Selin lemas mendengarnya, Sesil kakak perempuan Farid pun menangis tersedu-sedu saat mendapat kabar itu.

Kelvin mengacak-acak rambutnya Frustasi.

"Tapi Farid tidak positif Amnesia kan Dok?"

"Berdoa saja Pak, Saya permisi dulu"

"Terimakasih banyak Dok"

Kini mereka berada di kamar rumah sakit dimana Farid dirawat. Farid masih tak sadarkan diri. Ia terbaring lemas dengan infus yang berada di beberapa titik di tubuhnya.

***

"Yaudah deh kalo lo ga mau jadi pacar gua" Aldi menatap Cindy dengan senyuman nya.

Cindy tau Aldi tersenyum bukan dari hati melainkan menutupi luka di hatinya. Namun Cindy tak bisa memaksakan hatinya, hatinya berkata lain. Cindy mencintai orang lain.

"Lo ga marah kan?" Tanya Cindy.

"Engga kok"

"Bagus deh"

"Yaudah mau pulang sekarang? udah malem juga tar nyokap lo nyariin." Ujar Aldi.

"Yaudah yuk"

Tar!

Cindy tak sengaja menjatuhkan gelas di resto tersebut.

"Udah gapapa biarin pelayan yang bersihin yuk pulang" Aldi menarik tangan Cindy.

"Hm beneran?"

"Iya"

Selama di perjalanan perasaan Cindy tak enak, Sampai di rumah pun masih dengan perasaan yang sama.

***

"Cin gua pulang ya? bye"

"Iya ti ati ya Al" Cindy melambaikan tangan nya ke Aldi.

RAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang