"ah... Terima kasih, dok." Mingyu bingung tak tahu apa yang harus ia lakukan,
Ucapannya 3 minggu lalu menjadi kenyataan saat ia tak ingin dibuang Jiyeon.
"uh..." Jiyeon bergerak, Mingyu terlihat masih memaku perhatiannya pada perut Jiyeon yang masih rata. "Aku dimana?"
"Dirumah sakit, tadi saat memarahiku kau pusing, muntah dan pingsan."
"Aku harus pulang, mana resepnya?" Jiyeon hendak turun dari tempat tidur namun dengan segera Mingyu cegat dan menidurkannya kembali.
"Kondisimu belum pulih, tidurlah lagi barang sejam atau dua jam. Aku menunggumu."
Wanita itu menggeleng lemah,
"kajja." ajak Jiyeon kembali mencoba bangun dari tempat tidurnya.
"Kau tidak mau mendengar penyebab sakitmu?" Mingyu memapah lengan Jiyeon yang kekeuh ingin berdiri.
"Hanya masuk angin biasa, aku ta..."
"Kau hamil." Mingyu memotong ucapan Jiyeon.
Gadis itu menatap Mingyu horor.
"Tidak mungkin!" Jiyeon terkekeh mendengar ucapan Mingyu yang ia anggap guyonan.
"Aku akan menikahimu."
Mingyu tahu ini bukan saat yang tepat, tapi ia yakin wanita butuh kepastian.
Dan kini ia memastikan hal itu, ia akan menikahi Jiyeon.
"Aku tak suka candaanmu, aku ingin pulang." Jiyeon tak lagi peduli, tubuhnya terlalu lemas saat ini.
"Kau tidak bisa menolakku lagi sekarang Jiyeon. Apa kau ingin anak itu tak memiliki ayah? Aku akan berusaha menyelesaikan studiku secepatnya. Tunggu, ada telepon masuk." ucap Mingyu keluar ruangan inap Jiyeon.
Wanita itu menatap Mingyu yang terlihat serius menelpon seseorang diluar sana.
"Besok kau pulang kerja jam berapa?" tanya Mingyu sambil menjauhkan ponselnya dari tubuhnya.
"Jika tubuhku masih tak enak aku akan ijin."
"Kalau jam 10 ibuku datang ke apartemenmu, apa akan mengganggumu? Ah, atau jam makan siang saja? Biar aku ikut menjengukmu juga membelikanmu makan siang." usul Mingyu.
"Tak perlu seperti itu." Jiyeon meringis tak setuju dengan usul Mingyu.
"Kurasa perlu."
"Aku belum memastikannya Mingyu, berhenti bertingkah seolah suamiku."
"Aku calon suamimu, lagipula ibuku hanya berniat menjengukmu, apa salah?"
"Baiklah terserah kau saja." Jiyein malas berdebat dengan Mingyu rasanya seperti membuang waktu saja.
"Oke." Mingyu menutup pintu kamar dan kembali fokus pada teleponnya.
Keduanya sudah diapartemen Jiyeon, ia tetap bersikeras ingin pulang kerumah meskipun kondisinya masih belum stabil,
Karena rumah sakit selalu mengingatkannya pada kematian sang nenek.
"Kau bisa menurunkanku di depan apartemen, aku cukup kuat untuk jalan. Tenang saja."
"Aku akan mengantarmu sampai kamar, setelah aku liat kau tidur aku langsung pulang." ucap Mingyu masih fokus memarkirkan mobilnya.
"Uhm." Jiyeon hanya tergugu malu.
.
Jiyeon hampir tertidur dalam gulungan selimut yang telah membungkus tubuhnya,
"Ini air minum jika kau haus dan ingat telepon aku jika terjadi apa apa dengan .... Anakku. Aku pergi." Mingyu buru buru keluar dengan wajah memerah malu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Give Love
FanfictionAku tidak mungkin masih mabuk setelah bangun tidur bukan? Perlahan aku mulai duduk dari tidurku, Menyelusuri setiap inchi tempat ini. INI BUKAN APARTEMEN KU "uhm... Kau sudah bangun?" suara pria? One night stand Oh Tuhan... Maafkan aku...