Kedua puluh

809 93 13
                                    

"Aku pulang sekarang kakak ipar." pamit Jiyeon ketika jarum jam menunjukan pukul 12 lebih 5 menit.

"Uhm.."

Joonmyun baru sadar dengan penampilan Jiyeon kini, tubuh wanita itu kian berisi, baju kantor terusan yang dipakai Jiyeon pun terlihat ketat dibagian bokong,  perut dan payudaranya.

Bagaimana bisa kini Joonmyun terangsang oleh ibu hamil?

"Aku pamit,  terima kasih." Jiyeon segera undur diri melihat gelagat aneh kakak iparnya yang terlihat memindai tubuhnya dari atas kebawah.

"Tunggu, aku ikut..." Jiyeon menaikan sebelah alisnya bingung.

"Kenapa?"

"Aku ingin melihat suasana lokasi ujian Mingyu, dia adikku bagaimana pun juga bukan? Kalau tempatnya kurang nyaman aku adukan pada presiden." Jiyeon mengangguk mengerti setengah mencibir, meskipun begitu batinnya masih bingung.. Kenapa Joonmyun begitu perhatian pada Mingyu? Tak biasanya...

Keduanya masuk kedalam mobil Jiyeon, perjalanan pun terasa sunyi tak ada yang bermaksud ingin memecahkan keheningan disana.

"Ehem.. Hei, kau jangan marah ya..." Jiyeon menaikan sebelah alisnya mulai curiga sekaligus penasaran.

"Apa?" Jika ini jam kantor Joonmyun pasti akan memarahi ketidak sopanan Jiyeon saat ini.

"Jiyeon, kenapa kau menerima pinangan Mingyu? Bukankah kau tidak menyukai bocah itu?" pertanyaan itu memecah keheningan diantara mereka... Sungguh sungguh pecah,

Jiyeon terlihat berpikir sejenak dan tersenyum akhirnya.

"Ya, aku tak menyukainya.. Tapi, seiring berjalannya waktu... aku sadar cinta Mingyu tulus padaku dan bayiku, dia begitu mengasihi kami. Ditambah ibu dan ayah mertua juga kau, kakak ipar...

Aku senang memiliki keluarga yang jauh berbeda dengan keluargaku. Keluarga yang hangat menerimaku apa adanya. Rasanya aku tak mau melepaskan kalian lagi."

Ingin rasanya Joonmyun menghentikan laju mobil dan mengatakan bahwa :

ia tak ingin hanya menjadi kakak ipar, ia ingin menjadi pasangan hidup wanita dihadapannya.

tapi itu akan membuat Jiyeon menjauh darinya.

"Lalu bagaimana keadaan janinmu?" Joonmyun mulai melanjutkan perbincangan dengan topik yang disukai semua ibu hamil.

"Baik, ah.. Kakak ipar kau tahu minggu kemarin haha... Aku belum cerita padamu mengenai ngidamku yang tiba tiba aneh kan? Hahaha aku ingin ke klub malam sampai hampir menangis lalu Mingyu mengajakku sampai kedepan sebuah klub tapi bukannya masuk aku malah ingin memegang kepala botak bodyguardnya." tawa Jiyeon yang renyah membahana keseluruh penjuru mobil, rasanya tenang mendengar tawa bahagia Jiyeonnya.

Joonmyun terbahak mengikuti cerita Jiyeon satu demi satu, bahkan pria itu sesekali menimpali obrolannya.

Sesampainya ditempat ujian ternyata Mingyu belum keluar membuat Jiyeon menunggu didalam mobil.

Beberapa saat kemudian barulah sosok tampan yang ditunggu keluar bangunan sekolah bersama beberapa teman wanita dan prianya,  Jiyeon keluar dari dalam mobil.

Mingyu sepertinya belum menyadari kehadiran Jiyeon,  wanita itu berjalan perlahan kearah Mingyu dan teman temannya yang sepertinya membahas soal ujian tadi sesekali Mingyu terbahak bersama gadis disampingnya,  Jiyeon mematutkan bibirnya cemberut.

"Sudah selesai ujiannya?" suara itu membuat Mingyu terdiam dan menengok kiri kanan mencari sumber suara.

"Jiyeon,  kau sudah datang? " senyum merekah dibibirnya, mendekati istrinya yang tersenyum simpul. "Aku kira kau lupa." ucap Mingyu lagi ditelinga Jiyeon memeluk tubuh istrinya lembut.

"Halo,  ini kakak Mingyu?" tanya seorang gadis yang sedari tadi mengikuti Mingyu disampingnya.

Jiyeon diam menatap gadis itu dalam.

"Aku Narae, Park Narae. Salam kenal." gadis itu menebalkan mukanya, menjabat tangan Jiyeon yang menatapnya dingin.

"Halo, aku Jiyeon.. Park Jiyeon." senyum Jiyeon perlahan muncul diwajahnya,

"Kim, Marganya telah berubah." Mingyu menyipitkan matanya marah,  Jiyeon tak peduli. "Dimana mobilnya kau parkir?" tanya Mingyu lagi.

"Disana." Jiyeon menunjuk sebuah mobil biasa dengan Joonmyun yang bersandar dipintunya dengan kacamata hitam mahal bertengger dihidung mancungnya.

"Kau mengajaknya?" tanya Mingyu tak percaya.

"Dia ikut sendiri. Mana mau aku mengajaknya." kesal Jiyeon, Joonmyun mendekat kearah mereka dengan senyum marketing yang membutakan mata.

"Halo,  sudah selesai Mingyu?" Joonmyun membuka kacamatanya dengan gaya.

"Ya Hyung." jawab Mingyu dingin.

"Aku Kim Joonmyun, kakak Mingyu." Joonmyun melambai tak berniat menyalami semuanya.

"Oh, apa ini suami eonnie? Tampannya.." Narae menatap Joonmyun penuh harap.

Eonnie? Jiyeon mendengus.

"Berhenti menerka nerka Narae!  Dia istriku dan dia kakak tiriku. Janin ini adalah milikku, calon anakku. Menyebalkan... " Mingyu memeluk Jiyeonnya posesif dari samping hingga mampu mengelus perus sang istri dengan lembut.

Semua terdiam,  Jiyeon tersenyum menatap suaminya yang mendadak galak, kenapa Mingyu galaknya terlihat seksi sekali?

"Ayo kita pulang." Mingyu menggenggam tangan Jiyeonnya menuju mobil hampir meninggalkan kakak tirinya.

Mingyu membukakan pintu depan untuk Jiyeon dan ia duduk dikursi kemudi membiarkan Joonmyun menjadi penonton dibelakang.
"Lapar ayah." Cicit Jiyeon meniru suara anak kecil.  Kemarahan Mingyu perlahan luntur berganti senyum.

"Anak ayah lapar?" Mingyu mengusap perut Jiyeon berulang

Duk

Jiyeon dan Mingyu saling menatap.

Ini kali pertama anak mereka menendang dan tendangan yang janinnya lakukan cukup keras.

"aku rasa anak ini akan menjadi pemain sepakbola."

"Iya benar."

"Jangan bicara ngawur, cepat jalankan mobilnya aku lapar." Joonmyun mulai kesal dengan pasangan dihadapannya.

"Baiklah." Mingyu membimbing tangan Jiyeon di tuas gigi dan menjalankan mobilnya, hal ini seperti sebuah kebiasaan dirinya kala bepergian bersama istrinya.

Merasakan punggung tangan Jiyeon seperti kelegaan tersendiri baginya, atleast she is here.

.

"Makan yang banyak anak ayah." Mingyu kembali mengusap perut buncit istrinya dan menyuapi sang istri dengan makanannya.

"Kenapa makananmu lebih enak,  aku mau yang itu." rengek Jiyeon.

"Baiklah,  kita pesan lagi."

"Aku sudah kelaparan Kim Mingyu, yang kau saja ya? Ya ya ya..." Jiyeon mengedipkan matanya berulang memohon makanan Mingyu,  pria itu hampir saja kelepasan ingin mencumbui sang istri jika tak ada Joonmyun 'the cockblocker' disana.

"Makanlah." Mingyu menggantikan piringnya dengan milik sang istri.

"Jiyeon selalu seperti itu kalau makan? Kau tidak marah? Bukankah itu mengganggu?" tanya Joonmyun jengkel.

"Tidak, Jiyeon seperti ini hanya sembilan bulan dan selebihnya ia akan menjadi sekretaris park yang dingin lagi atau malah nyonya Kim yang manis.

"Berhenti menggodaku. kakak ipar kapan kakak ipar akan pulang?  Aku dan Mingyu akan memeriksa janinku, jika kau ikut nanti aku dikira punya dua suami." ucap Jiyeon setengah merengek, Mingyu terbahak dan Joonmyun yang cemberut atas ucapan Jiyeon, wanita itu terbahak ikut menertawakan kakak iparnya yang kini menjomblo.

Jomblo, tidak mungkin kakak iparnya menjomblo tapi ia tak pernah menyuruh Jiyeon untuk menyusun jadwal dengan kekasih kekasihnya lagi,  apa mungkin?

Joonmyun Gay?

Bodoh... Jiyeon menempeleng dewi batinnya keras.

Tbc

Give LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang