Kelima

1.2K 140 40
                                    

"Ya, kau lihat... ini almamaterku Hanyang Business High School, sekolah bertaraf internasional dengan kapasitas terbatas dan hanya orang terpilih yang bisa bersekolah disini." Tanpa rasa berdosa dan malu, Mingyu malah membuka jaket yang menutupi seragamnya, dan benar saja.

Seragam sekolah menengah atas.

1...2...3...

Bruk...

Jiyeon bangkit dan mendorong tubuh Mingyu sampai jatuh terbaring, gadis itu duduk diatasnya sambil menggeram...

"Berapa umurmu?"

"Tahun ini 20."

"aku akan menikahi pria 4 tahun lebih muda? Tak bisa kupercaya... Yak!!! Aku tak peduli almamatermu tapi apa yang dilakukan anak SMA di klub malam hah? Kenapa kau yg masih SMA berani beraninya menghamili seorang gadis? Aish... Aku bisa gila."

"Kenapa kau baru kaget sekarang? kukira saat aku menyinggung soal sekolah kau sudah mengerti." Mingyu sok polos.

"Jangan menyalahkan aku, kukira kau kuliah atau malah seusiaku."

"Jinjja? Geurae... Lalu apa bedanya, jika aku kuliahpun kau sama sama akan menikahi pria yang lebih muda bukan?"

"Tapi tidak menikahi anak SMA juga."

"Lalu bagaimana?"

"Apa... apa yang akan kau lakukan untuk menafkahi aku dan anakmu?"

"Aku pernah bicara padamu bukan? Kalau ayah mewarisi perusahaannya padaku yg kini dikelola ibuku."

"Dan selama kau masih sekolah, kita masih akan dibiayai ibumu?"

"Oke, akan aku jelaskan... Tapi bisakah kau bangun aku sulit bernafas kalau kau terus mendudukiku." Jiyeon terlihat malu dan menyingkir dari tubuh Mingyu. "Tidak. Aku sudah bekerja, aku memberi ide pada eomma untuk setiap produk baru... Lagipula eomma sering mengatakan rencana perusahaan padaku.

Nanti setelah luluspun aku akan mulai mengkaji keuangan perusahaan, aku akan mengambil jurusan manajemen bisnis di Seoul University, Dengan nilaiku dan kemampuanku diolahraga aku bisa saja masuk jalur undangan, kkeokjeonghajima." Mingyu merapikan pakaiannya yang sempat berantakan oleh ulah liar Jiyeon.

"Aku akan menerimanya. asalkan, Setelah menikah aku masih bisa bekerja." usul Jiyeon langsung terbantahkan dengan gelengan Mingyu,

"Tidak, setelah menikah kau tidak kerja... Hanya melayani anak dan aku saja... aku akan mendatangi bosmu."

"Shirreo, kalau begitu aku tidak ingin menikah denganmu."

"Kau ingin membesarkan anakku sendiri? Tidak boleh bagaimanapun itu juga anakku."

"Kalau begitu aku ingin bekerja!" Jiyeon merajuk dengan menaikan suaranya.

"Jangan marah! moodmu berpengaruh pada janinnya."

"Masa bodoh..." Jiyeon melipat tangan didadanya.

"Itu anakku kau tak boleh bicara seperti itu."

"Pokoknya ingin kerja!"

"Arraseo, keras kepala... Baiklah kau boleh bekerja namun aku tetap akan mendatangi bosmu dan meminta sabtu dan minggu menjadi waktu keluarga, call?"

"Biar aku yang akan bicara. Call?

"Oke.. aku coba untuk setuju, tapi jika kau mengabaikan aku dan anak kita kau harus resign, Call?"

"Call.." Jiyeon mengangguk angguk setuju.

"Geundae... Jiyeon apa kau tersiksa dengan bayi diperutmu?" pertanyaan Mingyu membuat suasana tiba tiba saja berubah melankolis,

Give LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang