Ketigabelas

900 100 13
                                    

Jiyeon masih menatap pria disampingnya tak percaya.

"Kenapa menatapku seperti itu? Aku tahu aku tampan dan aku tahu kau akan mengatakan hal itu." itu adalah ucapannya tahun lalu.

"Kau tahu, aku tidak bermaksud memintamu benar benar menikahimu. Itu hanya ucapan wanita mabuk. "

"Yang mana? " lampu merah, Mobil berhenti dan Mingyu menatapnya bingung.

"Yang... Itu... "

"Oh, yang 'jika kau telah dewasa dan banyak uang, nikahi aku?' aku tidak tahu... Apa itu kutukan apa jodoh? Apa harus aku mensyukuri hal itu?" Mingyu mengambil tangan Jiyeon mengecup punggung tangan itu perlahan, "Aku mencintaimu."

Jiyeon tampak kaget sekaligus senang, sejujurnya ia tersipu saat ini, namun ini terlalu cepat.

Bukan hubungan seperti ini yang Jiyeon inginkan. Wanita itu hendak menarik tangan yang Mingyu kecup tapi suaminya telah menaruh tangan Jiyeon di tuas gigi dibawah tangannya.

"Apa tidak terlalu cepat kau menyatakan perasaanmu padaku?" ujar Jiyeon ragu.

Lampu lalu lintas berubah hijau, Mingyu melanjutkan mobilnya menuju rumah sakit.

"Aku rasa tidak, kau meragukanku? "

Jiyeon menggeleng.

"Aku hanya berpikir, aku tidak ingin hubungan anak anak seperti jaman sekolah dulu, cinta yang pada awalnya menggebu lalu lama kelamaan berangsur hampa. Aku ingin kita saling mengenal dahulu kemudian perlahan hingga berakhir dengan cinta yang sesungguhnya."

Jiyeon tak sadar mereka telah masuk pelataran rumah sakit.

"Dengar, aku akan mencintaimu menggebu dari awal hingga akhir. Aku tahu aku masih bocah tapi aku tak akan membuatmu sedih, aku akan berusaha...

Itu terserah padamu untuk percaya atau tidak, atau begini saja... Kau mencintaku dengan caramu dan aku mencintaimu dengan caraku. Setuju? "

"Uhm.. " Jiyeon mengangguk, sejujurnya ia sangat percaya pada Mingyunya, sudah selama ini dan Mingyu tak pernah mengecewakannya.

Dia pria terbaik yang pernah Jiyeon kenal.

"Sekarang kita periksakan kandunganmu, sayang... Ayah ingin segera melihatmu, cepat besar ya, jagoan ayah." Mingyu melepaskan seat beltnya dan mencium perut Jiyeon lembut yang masih rata.

"Konyol, perutku saja belum membesar." Jiyeon melirik Mingyunya malu.

"Aku tak peduli, yang pasti anakku sudah berada didalam sini." Mingyu masih betah mengusap perut Jiyeon dengan gemas.

"Sudahlah, ayo keluar." ajak Jiyeon keluar dari mobil dan Mingyu meninggalkan mobilnya pada petugas valet.

.

"Bayi kalian sangat sehat, tapi sepertinya kau belum menunjukan kenaikan berat badan Nyonya Kim, sebaiknya anda lebih sering makan sayur dan buah agar asupan gizi calon bayi seimbang.

Tuan Kim... Untuk frekuensi kegiatan seksual saya sarankan agar dikurangi,tunggu sampai janin mulai kuat melekat pada si ibu mungkin sekitar bulan ketiga."

"Baik, terima kasih dok." ucap Mingyu berpamitan pada sang dokter.

Jiyeon dan Mingyu masuk kedalam mobil dan mulai menyalakan mobil menuju rumah Mingyu.

"Kau kurang makan? Maafkan aku... Konsentrasiku bercabang... Aku harus lebih memperdulikanmu."

"Jangan menyalahkanmu, aku juga yang malas makan... Aku tak suka bau dapur akhir akhir ini." Jiyeon mendengus menatap jalanan disampingnya.

Give LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang