Keenam Belas

901 94 23
                                    

Lanjutan part lalu -

Dikamar sang pengantin yang cukup baru, Jiyeon sudah kembali dengan buburnya.

"Waktunya makan, Aa.." ucap Jiyeon mendekati sang suami.

"Jangan memperlakukanku seperti orang sakit. Aku sudah sembuh, aku merasa bisa lari keliling lingkungan ini beberapa putaran."

"Ckk.. Ini masa pemulihan, Jangan macam macam." ancam Jiyeon.

pria itu makan dalam senyum, senang rasanya makan sambil menatap Jiyeon yang sibuk merapikan kamar mereka, bertingkah seperti ibu rumah tangga.

"Kau belum tidur bukan? kemarilah... kau tak boleh kerja hari ini." ucap Mingyu menarik tubuh istrinya agar tidur dilengannya.

"Mana bisa kerja jika kau semanja ini." Jiyeon mendekatkan wajahnya kedada sang suami mencari posisi nyamannya, tanpa menunggu beberapa menit wanita itu tertidur lelap dipelukan sang suami.

Mingyu duduk ditempat tidurnya menikmati pagi yang indah saat lengannya menjadi bantal istrinya yang kini terlelap, setelah semalaman penuh menungguinya.

Mingyu tersenyum sambil menelusuri wajah Jiyeon dengan ujung jarinya.

"Kau selalu mengagumkan dimataku Jiyeon." bisik Mingyu, suaranya mungkin terlalu keras bagi Jiyeon karena wanita itu kini menjauhi lengannya.

Mingyu mengecup kening Jiyeon lembut dan ikut terlelap disamping sang istri memeluk wanita itu dari belakang.

Keduanya terbangun saat makan siang, Jiyeon memasak makanan kesukaan Mingyu yaitu Kimchijigae dan ayam goreng tepung.

Jiyeon membuatnya sendiri ditemani Mingyu yang duduk setia di pantry.

"Aku mencintaimu." ucap  Mingyu masih menatap kearah Jiyeon yang memunggunginya.

"Aku tahu." jawab wanita itu dengan senyumnya.

"Lalu?" tanya Mingyu menunggu jawaban sang istri.
"Lalu?" tanya Jiyeon balik, menaikan alisnya sebelah bingung.

"Sudahlah lupakan saja." Mingyu sensitif paska sakitnya.

"Makanlah,  kau ingin kusuapi lagi?"

Mingyu menggeleng, rasa kecewa karena Jiyeon tak menjawab pernyataan cintanya masih terasa, sudah dua bulan lebih mereka bersama dan Jiyeon masih belum bisa menerimanya.

Makan siang dalam diam,  Jiyeon tahu ini kesalahannya karena tak menjawab pernyataan cinta Mingyu namun ia masih bingung dengan perasaannya, ada rasa nyaman dikala bersama Mingyu namun terkadang suaminya selalu membuatnya khawatir,  Jiyeon lebih seperti memiliki anak dibandingkan suami.

"Kau marah?"

"Tidak,  ayamnya enak..." elak Mingyu berusaha mengalihkan perhatian Jiyeon.

"Kau sudah sehat?" Tanya Jiyeon malu malu setelah selesai makan.

"Ya,  kenapa? kau ingin sesuatu?" Tanya Mingyu memasukan piring kotor mereka kedalam wastafel.

"Kau mau tidak... Uhm.. Tidur?" tanya Jiyeon malu malu.

"Tidur lagi?" tanya Mingyu tak percaya.

"Tidak, maksudku.. itu..." Jiyeon malu meminta jatah pada suaminya, dari kemarin malam, tiba tiba saja Jiyeon menginginkan suaminya.

"Apa sih?" tanya Mingyu mulai jengkel dengan kelakuan istrinya.

"Bukan apa apa, Ayo kembali ke kamar..."

"Kenapa kekamar lagi?"

"Aku ingin kekamar Kim Mingyu,  kenapa banyak tanya?" Jiyeon hampir menjerit emosi.

"Kenapa marah?" bisik Mingyu takut takut mengikuti sang istri. "Kau suka sekali ke kamar,  memangnya ada apa disini?"

"Berisik, duduk.  Buka pakaianmu." perintah Jiyeon, dengan bingung Mingyu membuka kausnya. "Pakaian dalamnya juga." kembali Jiyeon memberi perintah dengan nada gemas.

"Kalau aku membuka pakaian dalamnya nanti aku bisa masuk angin Jiyeon."

"Aku naikan suhu acnya jadi buka." Masih dengan raut wajah bingung Mingyu membuka kaus polos putih yang melekat ditubuhnya,

Pria itu duduk bersandar pada kepala ranjang bertelanjang dada.  Jiyeon ikut duduk dipangkuan Mingyu sambil melambaikan buku cerita pengantar tidur ditangannya.

Jiyeon duduk miring membiarkan bahu sang suami menjadi sandaran kepalanya.

"Baby mau memegang perut ayahnya sambil diceritakan." ucap Jiyeon malu malu,  Mingyu tersenyum lebar dan memulai ceritanya.

Sentuhan Jiyeon pada perut telanjangnya sungguh membuat Mingyu tak berkonsentrasi saat membacakan cerita.

"Lalu... Putri dan pangeran... Hhh...  Hidup bahagia... Hh... Selama... Nya." ucap Mingyu sambil menutup buku cerita itu dan menaruh bukunya dinakas, setengah mati menahan hasrat bercintanya.

"Kenapa berhenti? Lanjutkan cerita selanjutnya." rengek Jiyeon mengusap dada Mingyu membuat pria iti semakin menahan ucapannya.
"Aku..." belum sempat Mingyu melanjutkan ucapannya Jiyeon telah merangkak mengambil buku cerita yang Mingyu sengaja taruh dinakas sampingnya, cukup jauh dari jangkauan Jiyeon.

Saat kembali duduk, Jiyeon kini duduk tepat ditengah kaki Mingyu yang terbuka, punggungnya secara tak sengaja menyentuh milik Mingyu, merasakan benda keras yang berdenyut.

Jiyeon berbalik menatap Mingyu yang balik menatapnya dengan pandangan polosnya.

"Kenapa menahannya? Ayo kita lakukan." bisik Jiyeon sambil menggigit telinga Mingyu main main.

Erangan nikmat efek gigitan singkat itu sangat besar, Mingyu dengan cepat membaringkan Jiyeon dan berpindah diatasnya ditopang oleh sikunya hingga dimulailah aksi Mingyu terhadap Jiyeon yang kini dibalas dengan sama liarnya.

Setelah bermain dalam beberapa ronde yang panas, keduanya tertidur dalam pelukan satu sama lain.

Beberapa jam kemudian Mingyu sudah bangun terlebih dahulu mengganggu tidur sang istri.

"Ji... Besok aku antar ke kantor lagi ya?" bisik Mingyu sambil mendesah ditelinga Jiyeon yang berbaring menyamping dibelakangnya.

"Hoahm...  Mingyu berhenti menggodaku." erang Jiyeon menyikut suaminya.

"Bagaimana kalau aku tak mau?" bukannya berhenti Mingyu malah menciumi telinga, rahang menuju leher sang istri, ciuman secara random itu membuat geli sekaligus membuat Jiyeon meniti libidonya kembali.

"Ahh..." desah pertama Jiyeon membuat Mingyu semakin gencar mempermainkan hasrat sang istri,

Bibir Mingyu masih mencium random kearah bahu telanjang Jiyeon sedang tangannya mulai mengelus paha bagian dalam istrinya.

Desah demi desah mulai tak beraturan terdengar dari bibir Jiyeon ketika Mingyu melesakan jari tengah dan telunjuknya bermain di vagina sang istri sedangkan ibujarinya mengusap klitoris Jiyeon, hingga wanita itu tak berhenti menggeliat dengan bibir bawahnya ia gigit menahan desah kenikmatannya.

"Jangan menggodaku Mingyu, cepat masuki aku." rintihan Jiyeon membuat Mingyu semakin menyukai permainan ini.

"Oh,  Jiyeon... Ucapanmu." Mingyu mendelik main main menggoda istrinya yang tak berhenti menggeliat,  Jiyeon menggapai bibir Mingyu disampingnya dan mencium bibir suaminya intens dan mesra.

"Aku mencintaimu Jiyeon." Bisik Mingyu setelah keduanya melepaskan ciuman basah mereka.

'Mungkinkah... Aku juga?' pikir Jiyeon dalam hatinya.

Tanpa menunggu jawaban istrinya Mingyu kembali menyetubuhi Jiyeon sama panasnya dengan yang ia lakukan beberapa waktu lalu.

Tbc

Aku rada sensor deh kelakuan tuh bocah bedua...

Give LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang