Keempat belas

870 99 28
                                    

Mingyu kini sedang memasukan bibit bunga kedalam lubang yang sudah disiapkan.

Seperti seorang pro,  ia tak menanyakannya pada sang ibu bagaimana caranya...

Karena jujur saja Mingyu tahu betul cara menanam.

Diam diam Mingyu sering memperhatikan sang ibu dari balkon kamarnya, bagaimana Nyonya Kim begitu telaten memperlakukan bunga bunga ditamannya seolah olah tanaman itu bayi mungil yang tak berdosa.

Rasa iri sering menyergap batin Mingyu kala ibunya sibuk mengurusi tanaman kesayangannya, 

Beruntunglah Mingyu memiliki wajah dingin hingga sanggup menutupi segalanya.

Wajah bangga Nyonya Kim tak dapat ia tutupi saat Mingyu begitu teliti menutup bibit bunga bungaan yang ia tanam sebelumnya lalu memberinya sedikit pupuk kompos diatasnya.

Satu persatu hingga satu jajaran selesai, ibunda Mingyu masih memperhatikan putra semata wayangnya penuh kekaguman.

"Apalagi yang bisa kubantu? " pertanyaan Mingyu menyadarkan lamunan ibundanya.

Kemejanya telah digulung sampai siku, begitu juga dengan celananya yang sudah tertarik menggantung dibetisnya.

Disampingnya, Jiyeon tengah memegang selang yang sedaritadi belum juga ia pergunakan.

Tak disangka Mingyunya sudah dewasa, berdua dengan istrinya yang hendak menyambut anak pertamanya.

"Selesai, aku akan memasak." ujar Nyonya Kim membuka topi berkebunnya penuh gaya.
"Biar aku bantu Eommonim.." Jiyeon hendak melemparkan selang dari tangannya tapi dihentikan Nyonya Kim.

"Tidak, sekarang kau pasti sedang tidak enak dengan bau dapurkan? Dan jangan kelelahan... kau bisa semakin kehilangan berat badan, oke. "
Tahan ibu mertuanya kala Jiyeon berniat mengikuti ibu mertuanya.

"Uhm... Ya, Eommonim." Jiyeon memanyunkan bibirnya tak rela.

Setelah ibu Mingyu masuk Jiyeon menatap Mingyu kesal,

"Kenapa menatapku seperti itu? Apa aku tampan? Aku tah.."

"Berisik! Karena kau aku jadi tak bisa membantu apapun didapur... Kalau aku tak membantu apapun bagaimana kalau aku lapar saat malam hari?

Pasti aku tak boleh masuk dapur lagi bahkan untuk snack tengah malam. Payah... " keluh Jiyeon memotong ucapan suaminya.

"Jadi kau suka lapar malam hari? "

"Ya, malah Presdir pernah melihatku mengendap ke kulkas malam malam." wanita itu nampak menyemprotkan air sembarang sambil menjawab pertanyaan suaminya.

"Siapa? Hyung?" Mingyu merebut selang air digenggaman Jiyeon.

"Ya..." Jiyeon merebut lagi selang air itu dari tangan suaminya.

"Lalu? Apa dia mengatakan sesuatu? "

"Tidak." Jiyeon menyalakan air dan menyiram tanaman yang baru Mingyu tanam dengan tekanan kecil.

"Aku tidak suka kau saat bersama Hyung. Aku cemburu. Aku selalu merasa panas ketika mendengar kalian bersama. Nanti kita beli kulkas kecil untuk dikamar,  atau kau ingin kulkas besar saja seperti didapur?"

Splrrrrt

Sebuah semprotan air mengenai wajah Mingyu.

"Yak!!" teriak Mingyu marah.

"..." Jiyeon tersentak dengan teriakan Mingyu, pria itu menyadari ketakutan dimata Jiyeon "Maaf sayang, tapi kenapa kau menyemprotku? " bisik Mingyu memeluk tubuh Jiyeon dari samping.

"Kau bilang kau panas, makanya aku dinginkan. Kau mau lagi?" tanya Jiyeon main main sambil kembali mengarahkan mulut selang kewajah Mingyu.

Mingyu menjauh dari Jiyeon berusaha menutupi wajahnya dari semburan air namun perlahan mendekati istrinya untuk merebut selang ditangan Jiyeon.

Tap

Ia berhasil memeluk erat tubuh Jiyeon dengan pakaian basah, membuat Jiyeon menjerit kedinginan.

"Ahh.... " teriak Jiyeon kaget,

Tanpa sadar Mingyu telah merebut selang ditangan Jiyeon dan menyemburkan air dengan tekanan kecil pada sang istri membuat Jiyeon berjalan nyalang menjauhi Mingyu tak tentu arah. Untunglah ia menginjak tanaman di sekitarnya.

Jiyeon memutar otaknya bagaimana cara nembalas Mingyu,

Sebuah ide muncul dipikirannya.

Ia berjongkok dan menutupi wajahnya dengan sebelah tangan dan sebelah tangan lainnya ia diamkan ditanah basah dibelakangnya.

Mingyu panik dan mendekat kearah istrinya.

"Kau tak apa? Ada yang sakit?  Apa sesuatu mengenai matamu? "

Jiyeon mencebikan bibirnya sedih, Mingyu melemparkan selang ditangannya dan segera menghampiri Jiyeonnya.

"Aku... Aku..." Mingyu kini berada dihadapan Jiyeon mencari luka yang didapat Jiyeon hingga membuatnya menangis.

"Kau kedinginan? "

Jiyeon mengangguk, Mingyu memeluk istrinya erat.

Senyum jahat tersungging dibibir Jiyeon, Tangannya yang disisipkan ditanah tadi mulai beralih kepipi suaminya dan seketika ia terbahak.

"Gotcha! " teriak Jiyeon dengan tangan kotornya.
"Hahahhaha... Wajahmu. .. " tawa Jiyeon terdengar menggelegar sampai memeluk dada suaminya.

Mau tak mau Mingyu pun tertawa melihat wajah senang Jiyeon yang terbahak.

"Kau senang?"

"Ya. Ahahhaha..." tawa Jiyeon terhenti kala tanah basah mulai mengotori pipinya juga.

"Satu sama..." Bisik Mingyu mengerling kearah Jiyeon membuat wanita itu terdiam sebentar saling menatap dengan suaminya kaget dan kembali terbahak.

Hari yang menyenangkan bagi keduanya.

Mereka tak tahu selain ada orang yang menikmati keakraban keduanya adapula seseorang yang tak menyukai kedekatan mereka berdua,

Menatap dari balkon kamarnya, menghisap sensasi panas wine ditenggorokannya, genggaman tangannya digelas tinggi itu mengerat.

Tbc...

Give LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang