Kesebelas

916 105 20
                                    

Pertanyaannya... Apa saat itu? Saat kali pertama mereka melakukannya mereka juga seliar itu? - pikiran Jiyeon mengawang awang.

"Aku tidak akan memaksamu lagi. Aku minta maaf." bisik Mingyu,

"Tak apa... Itu memang hakmu. Ehemm... Aku ingin dengar ceritamu. Apapun... Sekolah, teman, mantan kekasih atau apapun itu." Jiyeon berusaha mengalihkan pembicaraan.

Mingyu melirik tajam kearah Jiyeon,

"Kau meledekku?"

"Wae? Aku hanya bertanya."

"Aku, belum pernah pacaran, aku cenderung canggung dihadapan para gadis... Aku terlalu sibuk saat disekolah, sekolah kami memisahkan kelas pria dan wanita jadi kami tak begitu banyak interaksi dengan lawan jenis.

Tapi aku bukan penyuka sesama... Kau tahu aku seorang Ketua Osis dua tahun berturut turut, banyak siswa perempuan kami yang menyukaiku." ujar Mingyu besar kepala.

"Sombong, saat aku seusiamu aku ketua tim pemandu sorak, mantanku adalah semua ketua organisasi olahraga dari basket, sepak bola, baseball, taekwondo dan masih banyak lagi." balas Jiyeon tak kalah sombong.

"Lupakan masalah mantan, sekarang aku mau tanya, berapa banyak mantanmu?"

Jiyeon hampir tergelak dengan pertanyaan Mingyu, katanya jangan bicarakan mantan tapi tanya berapa banyak, dasar bocah.

"Ada... (Jiyeon menghitung dengan jari tangannya lalu mengingat lagi, muka Mingyu berubah pias seketika kala sebelah tangan Jiyeon telah mengepal sempurna mengakhiri angka lima) 7 atau mungkin lebih,  aku lupa." ucap Jiyeon santai.

"7? Bahkan Mingyu hampir menjerit karena kaget. "apa semuanya manusia?"

Pletaak

"Bukan, 2 cacing 1 marmut 2 ayam selebihnya kambing." ungkap Jiyeon kesal.

"Hahahah... Kau marah Bunda, Ya ampun..." Mingyu tersenyum sambil mengusap lengannya yg menjadi sasaran amarah Jiyeon barusan.

"Tidak, eh, aku benar benar penasaran soal ini, kenapa kau yang populer tidak punya kekasih?" sindir Jiyeon.

"Aku... Aku pernah mencoba mendekati seorang gadis, saat itu aku masih duduk di sekolah menengah pertama, aku mencari tahu apa yang dia suka? yang dia tak suka?

Dari soal musik, makanan hingga warna juga hobi..tapi, suatu hari aku tak berhati hati hingga membuatku masuk toilet wanita. Kemudian ia yang sadar langsung meneriakiku stalker. Memalukan... Aku tak mau mendekati gadis lagi. Itu yang membuatku trauma mendekati para gadis."

Jiyeon terbahak karena hal itu.

"Berhenti tertawa Jiyeon!" ucap Mingyu malu diam selama 2 detik mereka berhadapan lalu keduanya terbahak bersama.  Sungguh menyenangkan.

"Hahhahah jangan seperti itu, mendekati wanita itu bukan mengikutinya kemanapun ataupun menjaganya tanpa sepengetahuannya tapi,

Saat mendekati wanita itu kau harus berkenalan, beritahu dia siapa kau, beritahu keadaanmu, perlihatkan padanya bahwa kau ada untuknya. Itu terserah si wanita ia akan menerima perasaan cintamu atau tidak yang pasti ketulusanmu sudah ia ketahui."

"Bagus... Bagus, ajarkan aku seperti itu dan aku cari wanita lain." celetuk Mingyu main main.

"Cari saja... Nanti aku cari mantanku yang bersedia menjadi ayah anak ini."

"Yak... Jangan seperti itu..." Rengek Mingyu.

"Merengek seperti itu, cih.. aku tak percaya anak kecil sepertimu sering bolak balik klub malam."

"Anak kecil? Yak... Aku baru sekali ke klub malam, itu juga karena Jihoon ulang tahun dia bilang akan mencarikan wanita untukku, aku tunggu malah wanita mabuk menabrak punggungku, menari dengan bersemangat dan secara tiba tiba menarikku kepelukannya saat berdansa pasangan, kau lupa?

Kau bahkan menari seksi saat pertama kali kita melakukannya, kau membuka pakaianmu dengan sangat seks..." monolog Mingyu terhenti oleh jemari Jiyeon yang mengatupkan bibir suaminya dengan kesal bercampur malu.

"Aku bahkan tak ingat hari itu, jadi ku mohon jangan mengisi memoriku dengan hal memalukan lainnya oke."

"Itu tidak memalukan, tapi sangat menggairahkan." Jiyeon mengatupkan bibir suaminya lagi.

"Permisi Nyonya muda, ini tas anda." ucap sang pelayan mendekat malu malu kearah majikannya.

"Terima kasih. Ambilkan Mingming." titah Jiyeon pada sang suami yang jaraknya lebih dekat dengan pelayan.

Tawa tertahan sang pelayan terdengar terdengar malu malu.

Mingming... Panggilan yang lucu.

"Lepas... Hahh.." Mingyu membuka katupan bibir istrinya malu setelah si pelayang undur diri dari hadapan mereka.

"Ming ming?"

"Kenapa Mingmingku?"

"Berhenti, itu terdengar seperti panggilan pada hewan peliharaan."

"Perasaan saja."

"Panggil ayah saja, aku lebih suka."

"Aku lebih suka Mingming."

"Aku suka kau memanggilku ayah,  bunda."

"aku suka Mingming."

"Aku tak suka, panggilan itu berisik."

"Jadi kau mengataiku berisik??! Berani sekali kau?"

"Ya, kau berisik, wanita mabuk yang cerewet dan mengesalkan tapi... Entah mengapa aku tak canggung padamu? Kau menyenangkan kau membicarakan apa yang kau sukai dengan sangat bersemangat dan berubah menjadi robot kala berada disekitar hyungku."

"Sok tahu... Dan aku tidak berisik." Jiyeon mengelak. "Lagipula wanita itu normal kalau cerewet, kau itu juga cerewet dan tak mau kalah denganku, apa kau ini wanita hah?"
Tambah Jiyeon emosi.

"Assa, kau terpancing emosi Nyonya Kim?" tanya Mingyu menggoda istrinya.

"Habisnya kau mengataiku cerewet, dari mana kau tahu aku bicara terus saat mengatakan apa yang aku suka? Sok tahu."

"Kau tak ingat? Saat ulang tahun perusahaan tempatmu Bekerja tahun kemarin?"

"Kenapa?"

Tbc

Give LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang