Kedelapan belas

828 95 22
                                    

Mingyu telah memarkirkan mobilnya bersiap menuju lantai paling atas lantai khusus untuk presiden direktur a.k.a kakak tirinya.

Bunga mawar berwarna warni dengan tatanan buket yang cantik telah siap ditangan Mingyu, gigi taring seksinya tersembul semakin lebar kala Ia memikirkan Jiyeonnya.

"Jiyeonnie,  i'm coming..." bisik Mingyu sambil mengecup bunganya, sesekali pria itu merapikan penampilannya didinding lift.

"Sempurna." Mingyu mengedipkan sebelah matanya seolah menggoda cerminannya sendiri.

Ting

Lantai 35 dimana Jiyeon berada,

Dengan senyum yang masih terpancar Mingyu mendekat kearah meja sang istri,  Jiyeon tampak sibuk memasukan beberapa data,

"Sayang..." panggil  Mingyu, Jiyeon mencari sumber suara dan menatap Mingyu dengan senyumnya.

"Kemarilah,  tunggu ya...  Aku masih ada kerjaan,  tak apa kan?"

"Tak apa." Mingyu duduk diruang tunggu depan meja istrinya.

Sudah  setengah jam berlalu dan tugas Jiyeon masih belum juga berakhir.

"Kenapa dengan ini... Jangan mati please...  Aku moho...n,  fuck it! " Jiyeon nampak frustrasi dengan komputernya yang tiba tiba mati, bahkan filenya yang setumpuk itu belum ia simpan.

"Languagehon..." bisik Mingyu sambil mengecup pelipis Jiyeon menggeser kursi yang istrinya duduki kesamping.

"Mau apa?" tanya Jiyeon dengan nada yang tak bersahabat.

"Let me do the rest." Mingyu mengecup bibir istrinya berulang dengan ritme yang lembut,  Jiyeon memang sedang kesal tapi ia tak bisa menolak ciuman suami bocahnya.

Mingyu melepaskan ciumannya dan kembali terfokus pada komputer dihadapannya, pria itu sibuk mengetik dan mengklik, Jiyeon yang merasa menghalangi pergerakan Mingyu berniat pindah dan menyingkir. Tapi, belum Jiyeon berhasil meninggalkan tempatnya, Mingyu telah menarik tubuh Jiyeon dan mendudukannya di pangkuan Mingyu.

Seperti anak kecil,  seharusnya kini Jiyeon lah yang memakai seragam bukan suaminya.

Komputernya mulai direstart, selagi menunggu Mingyu menatap istrinya lekat.

"Bagaimana harimu?" tanya Mingyu menatap ramah sang istri penuh kelembutan.

"Tadi baik baik saja,  sampai komputer ini ngadat dan merusak semua usahaku. Aku rasa aku akan lembur." Jiyeon mengerucutkan bibirnya sedih,

"Kita lihat saja nanti." Mingyu mengecup bibir itu dan kembali mengklik-an kursor itu kebeberapa folder. "Apa ini file mu?"

Jiyeon melirik layar monitor tak bersemangat, namun dalam detik kedua matanya melebar penuh kebahagiaan.

"Ya, itu milikku... Oh, Mingyu!  aku mencintaimu!  Bagaimana kau bisa mengembalikannya? thank you!!!" Jiyeon mencium pipi Mingyu gemas lalu kembali terfokus pada filenya yang ia kira hilang tadi.

"Tadi kau bilang apa? Kau mencintaiku?  Apa itu sungguhan?" Jiyeon membeku kala mendengar pertanyaan itu, demi apapun Jiyeon kaget dengan ucapannya sendiri.  "Apa yang tadi sungguhan?" tanya Mingyu lagi meminta penjelasan.

"Uhm ...Ya,  ah... Sudahlah Mingyu aku malu." Jiyeon menutup wajahnya dengan kedua tangannya.

"Aku juga Jiyeon, aku juga mencintaimu." Mingyu mengecup bibir merona milik sang istri bersemangat, Jiyeon merasakan ciuman itu,  ciuman basah dan panas,  ciuman menuntut tapi jangan disini, please.

Give LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang