Ketujuh

1.1K 120 27
                                    

Jiyeon tertidur dalam pelukan Mingyu,

Hingga pagi menjelang keduanya masih asyik berada dalam selimut putih hotel yang tebal.

Mingyu bangun terlebih dahulu dari Jiyeon karena suara bel dari room service,

Room service datang dengan sarapannya, setelah memberi tip pada sang room service mingyu kembali ke pembaringan,

Tak berusaha merubah posisinya dari semalam memeluk Jiyeon, pelukan malah Mingyu eratkan membuat tubuh Jiyeonnya semakin rapat pada tubuhnya.

Jiyeon bahkan belum mandi namun aroma tubuhnya begitu Mingyu sukai,

pria itu menurunkan wajahnya dan mencium  pundak Jiyeon lembut.

Perlahan Mingyu menaruh tangannya di daerah perut Jiyeon mengelusnya dalam circular motion berusaha merasakan denyut anaknya yang belum terasa.

"Uhm... Apa yang kau lakukan?" tanya Jiyeon masih dengan nada mengantuk.

"Aku ingin merasakan anakku, kenapa belum terasa?"

"Khehehe... Janin ini terlalu kecil untuk kau rasakan. Ah aku masih mengantuk." Jiyeon menarik selimutnya lagi dan mendempetkan tubuhnya pada Mingyu secara tak sadar.

Mingyu memeluk Jiyeon erat sambil mengecup kening istrinya.

"Kau tak mau sarapan, sudah jam 10." sontak mata Jiyeon terbuka lebar. "Hari ini, hari senin tapi kau cuti satu minggu kan, kenapa kaget?" Tanya Mingyu melanjutkan ucapannya.

"Oh iya, Yak! kenapa mengagetkan aku kalau begitu?" Jiyeon menarik selimutnya lagi sambil berbalik memunggunginya kesal.

"Kau lucu saat kesal, bibirmu mengerucut jelek, ayo kita pulang... Kau pasti suka kamarku."

Ya, ini misi Jiyeon sekarang... mendekatkan Mingyu dengan keluarganya.

"Kajja, aku mandi duluan." ajak Jiyeon hendak bangkit buru buru dan berdiri diatas kasur limbung saat hendak menuruni tempat tidur,

Dengan cekatan Mingyu memegangi tangan Jiyeon yang akan turun dari tempat tidur.

"Hati hati..."

"Gomawo..."

Apa semudah itu bagi Jiyeon untuk jatuh cinta pada Mingyu?

Jawabannya ya,

Jiyeon luluh pada rangkaian mawar yang memenuhi wastafelnya,

Jiyeon luluh pada setiap sarapan yang Mingyu berikan berikut notesnya.

Jiyeon luluh pada senyum dan kebaikannya.

Jiyeon bahkan luluh pada kepolosan Mingyu.

Meskipun aneh ia bisa menyukai pria SMA yang tinggi itu secepat ini, sepertinya janin yang dikandungnya memberikan ia perasaan mudah jatuh cinta pada sang ayah.

Dan Jiyeon senang.

Ia tak berusaha menghapus perasaan itu dari hatinya.

Kembali ke pasangan dalam kamar hotel mewah berbintang 5 lagi.

Mingyu mengikuti sang istri untuk bangun dan memindahkan sarapan mereka ke meja makan disamping jendela.

Beberapa puluh menit kemudian Jiyeon keluar dengan gaun mandinya, kepalanya juga terbungkus handuk.

"Palli, makanannya segera dingin." ujar Mingyu.

"Tunggu..." balas Jiyeon sembari mengambil pakaian dan alat make upnya lalu kembali ke kamar mandi,

Jiyeon akhirnya keluar dari kamar mandi dengan celana jeans juga pakaian semi kemeja tanpa lengan, rambutnya ia gelung keatas dengan natural.

Mingyu selalu terpukau dengan cara berpakaian Jiyeon.

Cantik dan elegan.

"Nanti... Jangan pakai sepatu tinggi itu, kasian anakku." ucap Mingyu menunjuk stilleto berwarna selaras dengan kemejanya.

"Cih.. Anakku." Jiyeon mengusap perut ratanya.

"Anak kita. Sudahlah, ayo makan." ralat Mingyu kesal.

"Kau mandi dulu..."

"Makan dulu, setelah makan baru mandi dan sikat gigi."

"Dih Jorok." Ucap Jiyeon.

"Biar saja, yang penting tampan."

"Omo... Nak kau tidak boleh seperti ayahmu ya .. Tingkat kepedeannya sudah sangat membahayakan." Jiyeon mengusap perut ratanya lagi.

Mingyu tertawa sembari memotong roti bakar, sosis, telur goreng dan baconnya dalam ukuran kecil lalu menukarnya dengan piring milik Jiyeon.

"Ini makanlah." Mingyu menarik senyumnya sekali lagi.

Hal seperti inilah yang Jiyeon sukai dari Mingyu, pengertian dan perhatian dalam hal kecil.

"Terimakasih appa..." ucap Jiyeon membuat Mingyu menatap wanitanya tak percaya.

"Kau, tadi memanggilku apa?"

"Apa?"

"Iya, Apa yang tadi kau panggil padaku?" tanya Mingyu gemas.

"Appa.... Aku akan membiasakan anak ini memanggilmu appa mulai dari sekarang."

"Nde... Eomma."

"Ini terasa aneh bukan?" tanya Jiyeon malu sendiri. "Apa kita ganti saja panggilannya menjadi papa mama."

"Tidak, aku suka eomma dan appa."

"Baiklah, Mingyu... Susunya tolong tuangkan." ucap Jiyeon menyodorkan gelasnya pada suaminya.

"Appa, bukan Mingyu... Jja... Ini eomma."

"Arraseo... Sehabis dari sini aku ingin ke apartemenku dulu mengambil pakaianku sebentar ya?"

"Bukankah supirku sudah mengambilnya dari apartemenmu?"

"Apa dia tahu passwordnya?" Jiyeon langsung memicingkan matanya.

"Aku memberikan kunci konvensional untuknya, jangan khawatir."

Jiyeon mengangguk setuju, kembali melanjutkan makannya.

"Kapan jadwal checkupmu?"

"Mungkin sekitar.... Besok! Kau sekolah? Bagaimana ini?" tanya  Jiyeon panik.

"Aku bisa minta ijin, lagipula sekolah tak begitu penting sekarang, disana juga kita disuruh belajar mandiri... tak ada lagi materi yang diajarkan."

"Benarkah?"

"Nde.. Jadi aku bisa mengantar ratuku..."

"Berhenti gombal, eommamu pasti sudah menunggu kita." Jiyeon melanjutkan makannya.

"Baiklah aku mandi dulu." Mingyu mengambil pakaian dan dengan langkah santai berjalan menuju kamar mandinya.

"Ah iya.. Aku tahu ini aneh tapi, kalau kau sekolah naik ap..."

Chu

Sebuah ciuman mendarat dibibir Jiyeon saat dirinya menoleh ke arah Mingyu

"Morning kiss hari ini. Success! Wohoo." Mingyu terkekeh melanjutkan langkahnya menuju kamar mandi.

Jiyeon hanya menyentuh bibirnya kaget.

Dasar bodoh, batin Jiyeon.

Tbc

Unyunya nih coupleee

Give LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang