Kedua puluh empat

651 75 8
                                    

"Kau masih betah kupukul atau cepat datangi istrimu?" pertanyaan Joonmyun seketika membuat tubuh Mingyu menegang dan dalam detik berikutnya telah berada dibelakang kemudi kemudi mobilnya.

"Aku pergi sekarang." Mingyu membuka jendela berpamitan pada kakak tirinya untuk pertama kali semenjak orang tua mereka menikah.

"Ya pergilah." Joonmyun melambaikan tangan membalas pamit adiknya.

Cuih...

Joonmyun membuang ludahnya kasar sembari meringis, namun hatinya senang akhirnya masalah keluarga mereka terselesaikan.

Pria itu kini duduk diatas aspal sambil menatap langit diatas sana, senyum miris tergambar jelas dibibirnya. 

Ia harus melupakan perasaannya pada Jiyeon mulai dari sekarang dan selamanya...

💙

Beralih pada Mingyu yang mengendarai mobilnya seolah pembalap f1, menunggu pintu gerbang otomatis rumahnya terbuka sempurna hampir membunuhnya karena terlalu lama.

Setelah pintu gerbang terbuka penuh, Mingyu kembali menjalankan mobilnya setengah kesetanan kedepan pintu rumahnya.

"Mana Jiyeon?" tanya Mingyu pada seorang pelayannya.

"Nyonya muda ada ditaman belakang." tanpa banyak bicara Mingyu segera berlari menuju istrinya.

Wanita itu meneliti kolam renang dibelakang rumah mereka hingga matanya menatap seekor capung yang hinggap disalah satu bunga lavender sang ibu mertua.

Jiyeon terlihat tak peduli tapi matanya awas mengamati capung tadi.

Tap

"Dapat!" jerit Jiyeon kesenangan, lompatan kecilnya terhenti karena kelelahan, wanita itu kembali memeluk perut besarnya bermain dengan capung ditangannya.

"Kau kesepian juga? Kau punya suami? Apa? Suamimu juga mengabaikanmu?  Jahatnya... Kalau begitu kita senasib, ya...

Aku hampir melahirkan dan suamiku masih sibuk belajar. Kau suka terbang? Aku juga ingin terbang... Bagaimana awan?  Lembutkah?

Maaf ya... Aku menangkapmu, kulepaskan... Sana kembalilah kesuamimu dan bilang kau merindukannya. Jangan seperti aku..." Jiyeon melepaskan si capung dan menatap kepergian capung tersebut dengan sedih...

Tak ada yang ia lakukan lagi, menyiram tanaman, makan siang, mengobrol dengan bayinya bahkan berenang tapi tetap tak membuat hatinya senang.

Ya,  seharusnya Mingyu ada disini.

'Seharusnya bocah itu menemaniku, cuti kuliah atau apa lah... Aku kan sebentar lagi melahirkan. Dasar bodoh, Jiyeon bodoh, Mingyu baru saja masuk tahun pertama masa iya ia langsung cuti. Ckk...' batin Jiyeon.

"Bosannya..." Jiyeon kembali menyandarkan tubuhnya di kursi taman sambil mengelus perutnya,  mengelus perut menjadi sebuah kebiasaan yang dimiliki Jiyeon setelah hamil. 

Ada perasaan bangga saat ia mengelus perutnya...

"Kau bosan?" tanya seseorang membuat Jiyeon melonjak kaget,  

'Omo... Dia siapa? Aku tak mau lihat... Mukanya jelek sekali. Nanti anakku ikut jelek lagi '- Batin Jiyeon ketakutan.

"K... Kau siapa? Bagaimana bisa orang asing masuk kemari? Pelayan Kang... Pelayan Seo..."

Jiyeon masih tak ingin melihat wajah Mingyu yang berdarah dan lebam disana sini.

"Aku sedang hamil, tak boleh melihat yang tidak bagus... Bisakah kau pergi, Tuan..." lirih Jiyeon tak berani melihat wajah Mingyu yang ia anggap orang asing.

Give LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang