.
.
Ini sudah enam bulan sejak kepergian hanbin dari korea. Jinhwan menjalani hari-harinya hanya dengan mengurung diri di rumahnya. Hanya terkadang ia pergi mengunjungi donghyuk di toko obatnya. Karena tak ada tujuan bagi jinhwan untuk pergi ketempat lain selain itu.
Berhari-hari, berminggu-minggu, dia selalu berbalas email dengan hanbin. Bercerita banyak hal tentang amerika dan bercerita tentang banyak hal yang dipenuhi kebohongan dibalik skenario jinhwan bahwa hidupnya baik-baik saja dikorea. Bukan tanpa alasan dia berbohong. Hanya saja, dia benar-benar belum siap untuk memberitahu hanbin.
Jinhwan sudah memberitahu orang tuanya tentang kondisinya sejak kepergian hanbin. Orang tuanya sempat tidak menerimanya, namun dengan segala kasih sayang dan darah daging, orang tuanya menerima itu dengan senang. Mendukung jinhwan untuk terus menjaga bayi di kandungannya.
Jinhwan juga sudah mulai bangkit dari keterpurukan berharap bahwa jiwon akan datang padanya dan menikahinya, bangkit dari hal yang tidak akan pernah berakhir tanpa ujung.
Jinhwan selalu senang jika ponselnya berbunyi karena mendapat pesan dari hanbin. Dia selalu tersenyum jika mendapat panggilan dari hanbin. Hingga sejak 3 bulan yang lalu. hanbin tak pernah memberi kabar apapun. Tidak mengirim email dan tidak menghubunginya. jinhwan selalu menunggu. Seperti janjinya di hari keberangkatan hanbin, menunggu kabar hanbin setiap detik. Jinhwan tidak pernah ingkar dengan janjinya
Ia menonton televisi diruang tengah bersama ibunya yang kebetulan hari ini lebih memilih di rumah dari pada mengurus pekerjaan kantornya. Jinhwan membaringkan tubuhnya di atas sofa di ruang tengah. Dengan malas menyaksikan acara televisi yang menayangkan acara tentang ibu dan anak. Dengan sesekali memasukan keripik kentang kedalam mulutnya. Ia mengelus perutnya yang semakin membuncit. Bayinya, sudah semakin besar didalam perut rupanya. Rasanya sulit sekali bagi jinhwan harus berbohong dan merahasiakan ini semua dari hanbin. Ia menatap layar ponselnya. Tidak ada pesan dari hanbin hingga detik ini juga. Mungkin terlalu sibuk belajar ilmu-ilmu ilmiah di sana. Ya itulah pikiran positif jinhwan yang selalu ia pikirkan tentang hanbin.
.
.
Hari ini adalah pagi dihari-hari jinhwan tanpa hanbin. Setiap hari perut jinhwan semakin membesar. Dan sesekali terasa tendangan dari dalam sana. jinhwan bangun dan menatap ponselnya. Tak ada pesan apapun di sana. dia masih tidak ingkar dengan janjinya. Dia masih setia menunggu kabar sahabatnya yang jauh disana
Ia mendudukan tubuhnya. Membuka laptop berwarna putih dan membuka email chatting. ia bermaksud mengirimkan pesan pada hanbin
Kepada temanku yang brengsek dan tidak punya perasaan
Aku menulis pesan ini karena tahu bila aku mengatakannya langsung kepadamu, aku mungkin akan menonjokmu dan lagi pula tanganku tak akan sampai hingga ke Amerika. Aku tidak kenal lagi siapa kau. Aku tidak pernah lagi bertemu denganmu. Paling-paling kau hanya mengirim SMS atau e-mail yang kau tulis terburu-buru beberapa hari sekali. Aku tahu kau sibuk. Tapi aku kan sahabatmu. Bagaimanapun intinya adalah, aku tidak ingin menjadi salah satu dari sekian banyak orang yang begitu gampang dilupakan, yang dulu pernah begitu penting, begitu istimewa, begitu berpengaruh, dan begitu dihargai, namun beberapa tahun kemudian hanya berupa seraut wajah samar dan ingatan kabur. Aku ingin kita bersahabat selamanya, hanbin.
Sahabatmu selamanya-jinhwan
Pesan itu jinhwan kirim. Dan tak perlu waktu lama hingga mendapat balasan. Hati jinhwan bergemuruh melihat orang disebrang sana sedang mengetik suatu pesan.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE SICK
Romance"Apakah kita hanya benar-benar mendapatkan satu kesempatan akan cinta sejati?"