CHAPTER 22

807 124 6
                                    


.

.

SAENGIL CUKKAE KIM HANBIN

JADILAH ANAK YANG MEMBUAT KAMI BANGGA

APPA & UMMA


YAKK PAK DOKTER!

HAPPY 24th. KAU SEMAKIN BERUMUR HA HA HA

SAHABATMU SELAMANYA JINHWAN & HANBYUL


Ia melangkahkan kakinya menuju sebuah ruang terbuka. Sesekali para suster dan pegawai menyapanya dengan santun. Dengan jas putih kebanggaannya ia melangkah dengan diikuti satu orang suster dan satu pria yang di ketahui sebagai dokter baru.

Ia menghampiri satu persatu pasien yang menjadi tanggung jawabnya. Memeriksa dan menanyakan kondisi pasiennya dengan penuh sabar.

"bagaimana sekarang? Apa lenganmu masih terasa sakit? tanyanya pada seorang pasien perempuan berusia sekitar enam belas tahunan

"hanya sesekali. Tapi ini jauh lebih baik" jawab wanita itu semangat

"baguslah. Terus coba gerakan lenganmu agar syarafnya terlatuh, arraseo?" perintahnya

"ne gomawo dokter kim" pasien itu membungkuk berterimakasih

Pria bermarga kim itu tersenyum lalu melangkah pergi dari ruangan terbuka disana. Baru beberapa langkah, ia berhenti saat merasa getaran yang berasal dari ponselnya terasa di saku celana

"hallo appa. Ada apa?" tanyanya saat ponsel miliknya sudah ia dekatkan pada telinganya

"ne? korea? Kejutnya saat mendengar ucapan dari sebrang sana

"baiklah aku mengerti" ucapannya saat sambungan telpon disana sudah terputus

.

Pria paruh baya terlihat sibuk menulis sesuatu pada sebuah kertas

"masuk" ucapnya saat mendengar ketukan pintu ruangannya

"appa ada apa?" tanya orang yang baru di persilahkan masuk

"duduklah. Kau tidak sabaran sekali" pria paruh baya itu ikut duduk pada sofa tamu di ruangannya

"aku hanya penasaran. Apa ada masalah?" tanyanya

"kim hanbin" panggil pria paruh baya itu

Hanbin terlihat menegaknya tubuhnya

"ada seorang dokter bermasalah di korea" hanbin terlihat terkejut saat mendengar ucapan ayahnya

"dia membuat cukup banyak kerugian dirumah sakit kita"

"appa berencana mengirimmu sementara kesana"

Hanbin diam

"tapi kenapa harus aku?" tanya pria tampan itu

"hanya kau yang bisa appa andalkan. Aku sudah berusaha menutupi kasus ini agar rumah sakit kita tidak tercemar buruk" jelas pria paruh baya itu

"hanya sebulan hingga tim disana merekrut dokter baru" pintanya

Hanbin sedikit berfikir. Otaknya sedikit bahagia saat mendengar kata korea. Namun rasa kecewa muncul ke tubuhnya saat ingat bahwa korea yang sejak dulu ia inginkan sudah tak seindah dulu

LOVE SICKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang