CHAPTER 5

1.1K 156 2
                                    


.

.

.

Sang raja pagi terlihat cerah menerangi penjuru dunia. Kicauan merdu burung yang bertengger dibatang pohon pinus membuat siapa saja yang mendengarnya akan merasa sejuk

Setiap orang sibuk dengan kesibukannya masing-masing pagi ini. Tak terkecuali hanbin. Tangannya ia gunakan untuk memasukan setiap bagian kancing kemejanya satu-persatu. Tubuhnya ia arahkan pada cermin yang menampakan semua tubuhnya. Ia tersenyum tipis saat melihat pantulan wajah tampannya di cermin itu.

Ia mengambil sebuah jam tangan bermerk dari atas meja. Ia berjalan mengarah pada jendela sebelah kanan. Dibukanya tirai yang menghalangi jendela itu.

Masih tertutup. Batinnya

Ia menatap jendela disebrang sana. Tangannya ia gunakan memasang jam tangan yang diketahui berharga mahal itu. Setelahnya ia membopong tas ransel warna hitam dan berlalu pergi.

.

.

Terlihat sosok mungil enggan juga membuka matanya. Ia masih terlalu betah dibalik selimut hangat terbal berwarna coklat disana.

"ck" decihan itu lolos dari mulut hanbin yang melihat sahabatnya masih bergulat dengan alam mimpi

Ia melangkah mendekat pada pria mungil yang wajahnya masih terlihat pucat. Ia pandang setiap lekuk wajah sahabatnya. Bibirnya tak lagi indah karena hasil dari sendu pucat

"eughh.." jinhwan menggerakkan tubuhnya. Matanya menangkap sosok pria yang duduk dipinggir ranjang miliknya

"sudah puas tidurnya tuan putri?" tanya hanbin. Jinhwan memukul lengan hanbin dengan tangannya.

"apa kau tidak akan pergi kuliah lagi? bagaimana demammu?" tanyanya sambil meletakkan punggung tangannya pada kening jinhwan

Masih sedikit hangat. Batinnya

"dosenku bilang waktunya di undur jadi pukul 11 siang nanti. Kau berangkat saja duluan" jawabnya. Hanbin menganggukan kepala

"hmm arraseo. Baiklah aku pergi"

"aku permisi tuan putri" hanbin membungkukan tubuhnya ala pengawal kerajaan yang memberi hormat pada ratunya. Jinhwan melempar bantal tepat kearah hanbin. Keduanya hanya terkekeh dengan hal sesimple itu

.

.


09:55


Jinhwan sudah rapih sehabis mandi. Ia mengenakan setelan sweater hitam dan levis dark blue

Perutnya masih saja ia rasa mual. Mungkin karena dia hanya meminum obat demam sehingga mualnya masih terasa. Ia putuskan sebelum pergi ke kampusnya ia akan mampir kesebuah toko obat di dekat rumahnya.

Langkahnya ia arahkan pada sebuah pintu kaca. Ia melihat sekeliling tempat itu benar-benar sepi. Seperti hanya dia saja yang sakit hari itu

"selamat pagi. Kau butuh apa?" tanya seorang pria saat melihat jinhwan masuk dan melihat kesembarang tempat

"ehm.." dia berfikir sejenak. Pria cantik dihadapannya menunggu ucapan jinhwan selanjutnya

"sejak kemarin aku merasa mual dan berakhir dengan muntah di kamar mandi" ucapnya

"dan kemarin perutku benar-benar sakit. tapi sekarang lumayan tidak. Tolong berikan aku obat yang tepat" ia tersenyum pada pelayan toko obat itu

"apa kau demam?" tanya pelayan itu. Jinhwan mengangguk

"apa kau habis tidur dengan seorang pria sebelumnya?" tanya pelayan toko itu santai. Namun masih jelas terlihat guratan cemas

Jinhwan diam mematung ditempatnya mendengar pertanyaan itu. "ne" akhirnya bibirnya berucap

Pelayan toko itu berbalik menuju lemari besar dibelakangnya. Tangannya mengambil sebuah obat dengan kardus kecil berwarna pink biru. Lalu ia letakan di hadapan jinhwan

"kurasa ini yang paling tepat" jinhwan menatap kardus kecil dihadapannya

Ia tahu itu. Ia sangat tahu. Tapi dia hanya tidak harus memakai itu menurutnya. Jinhwan menatap pelayan toko berwajah manis itu. Pelayan toko itu memberi isyarat kearah kanannya. Jinhwan menoleh. Dilihatnya papan bertuliskan toilet.

.

.

Sudah sekitar lima belas menit pria mungil itu belum keluar dari bilik kamar mandi. Entah apa yang membuatnya peduli, tapi pelayan toko itu menutup tokonya dan berakhir menunggu jinhwan di depan kamar mandi.

Terdengar suara air keluar dari closed duduk kamar mandi. Jinhwan membuka pintu dan keluar. Tangannya memegang benda kecil panjang berwarna biru putih, matanya mulai berembun karena air mata yang akan keluar

Pelayan toko itu mendekat pada jinhwan. Tangannya dengan paksa meraih benda yang di pegang jinhwan. Ia lihat benda itu. Diam sejenak, lalu beralih pada jinhwan yang menampakan senyuman canggung dan di paksakan. Setelahnya jinhwan melangkah perlahan keluar dari tempat sempit yang disebut toilet. Tatapannya kosong. Dan sekali lagi, pelayan toko itu mengikuti langkah jinhwan.

Ia berhenti di hadapan pintu keluar toko itu. Ia berdiri mematung disana. Pikirannya dipenuhi dengan segala macam. Tangannya ia kepalkan hingga berubah menjadi putih pasi. Dan satu air mata lolos dari kelopak matanya.


"neo... gwenchana?"

.

.

.

TBC

.

.

DONT FORGET TO VOTE, COMMENT, AND FOLLOW ME:)

LOVE SICKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang