CHAPTER 14

876 140 13
                                    



.

.

.

14:55


Pagi tadi jinhwan baru saja sampai dari penerbangannya. Seperti biasa. Tidak ada yang menyambutnya sesampai di rumah. Kesunyian dan kesepian dirumahnya telah menjadi hal yang lumrah bagi jinhwan. ayah dan ibunya memang sering ke luar kota dan keluar negeri.

Ia melangkahkan kakinya pada sebuah meja yang dulu ia sering gunakan saat mengerjakan tugas dengan hanbin. Ia menarik sebuah kertas dari dalam laci. Tangannya kini memegang sebuah pena berwarna hitam. Ia mendudukan tubuhnya pada kursi kayu.

Jinhwan memejamkan matanya. membiarkan kesunyian menusuk hatinya. Sampai ia membuka matanya dan tangannya mulai membawa pena itu menari indah di atas kertas.


Dear, Appa Umma

Hay, apa kabar? Aku merindukan kalian.

Umma, appa. tidak lelahkah kalian keliling dunia? Yakkk! Disini anakmu hampir frustasi mengurus bayinya sendirian! Apa umma dulu sefrustasi ini mengurusku? Ah, mian.

Umma, appa. Apa aku salah? Membiarkan hatiku merasakan sakit sendirian sementara dia bahagia bersama orang lain?. Umma, appa. Apa kalian pernah merasakan sakit yang begitu menusuk hatimu? Apa kalian pernah merasa sesak saat bernapas? Sesak tapi oh itu bukan penyakit asma. Umma, appa. Apa aku punya penyakit asma? Kenapa akhir-akhir ini aku sulit sekali bernapas?

Umma, appa

Aku berharap kalian selalu bersama dan selalu sehat. Aku merindukan kalian

Love, Jinhwan



20:02

"jinhwanie kau ada di dalam?"

Ia melangkah masuk. Melihat sekeliling ruang tengah yang tidak ada siapapun. Kini ia menuju dapur. Melihat sekeliling dapur yang juga tidak terdapat siapa-siapa. Ia meletakan sekantung plastik berwarna putih yang berisi sayur dan daging.

"astaga" jinhwan terkejut saat melihat sosok tubuh kurus yang sedang berdiri menghadap dapurnya. Sosok itu menoleh saat mendengar ucapan jinhwan

"ck. Kau mengagetkanku. Bukankah sudah kubilang untuk membunyikan bel?" celotehnya

"ah, aku tidak ingin membangunkan hanbyul. Dia pasti sedang tidur kan?" jawab donghyuk. Sahabat barunya ini memang kurang sopan santun terutama kepada jinhwan. tapi jinhwan menyukainya. Donghyuk benar-benar orang yang apa adanya. Tidak menuntut lebih atas diri dan hidupnya.

"ini apa?" tanya jinhwan

"aku mempir kesupermarket dan membeli sayur dan beberapa potong daging. Kau pasti belum makan kan?" oceh donghyuk. Ia menggulung lengan kemejanya. Tangannya menggenggam sebuah pisau berukuran sedang dan mulai memotong daging yang dibelinya.

"bagaimana perjalananmu?" tanyanya sembari focus mengiris daging menjadi tipis

"ya..... seperti itu?" jawab jinhwan malas

"seperti itu bagaimana?" tanyanya lagi. kini ia menghentikan aktivitasnya

"semua dimulai dari gereja lalu Harvard hotel lalu aku kembali kekamarku dan tadi pagi aku kembali kesini" jinhwan menerangkan

Donghyuk menggelengkan kepalanya mendengar kalimat yang keluar dari bibir jinhwan

"baiklah" ia meneruskan mengiris daging disana

"baguslah, kau tidak menangis tersedu-sedu karena melihat sahabatmu menikah dengan gadis lain kan?"

Oh Shit!

"ogh uhuk.." jinhwan terbatuk karena tersedak minumannya. Pertanyaan donghyuk membuat lehernya tercekik

Merasa tidak mendapat sebuah jawaban, donghyuk memasang wajah curiga kepada jinhwan

"kau tidak menangis kan?" selidiknya

"ya? Ah ya tentu saja. haha kau ini kenapa juga aku harus menangis haha?" jinhwan menjawab dengan tawa di setiap katanya. Mencoba menyembunyikan sebuah kebohongan yang pasti akan terbaca oleh donghyuk

"kau berbohong jinhwan" donghyuk berdecak malas melihat wajah jinhwan yang sangat menipu itu

"aku menangis karena bahagia melihat hanbin menikah" jelas jinhwan. donghyuk kini meletakan daging itu di atas panci Teflon yang sudah di beri minyak sedikit

"oh benarkan?" cemooh donghyuk

"benar, karena aku melihat nyonya kim menangis juga jadi aku ikut terharu karenanya. Sungguh" jinhwan memberi penjelasan lagi agar donghyuk percaya padanya

"ah begitu" donghyuk membolak balikan daging itu agar tidak gosong

"ku kira kau menangis karena hatimu sakit hmm" donghyuk melanjutkan

"HA HA HA sakit hati?" jinhwan menggigit bibirnya

"jangan berbohong jinhwan. kau menyukainya kan?" donghyuk berdiri di hadapan jinhwan.

"a...aku...tidak..—kau tidak bisa berbohong jinanie" donghyuk memotong kalimat gugup jinhwan

"tidak. aku tidak menyukainya" ia berucap dengan lantang.

"ya baiklah kau tidak menyukainya. Kau tidak menyukai hanbinmu itu. Lagipula dia sudah memiliki seorang istri. Apa dia cantik?" tanya donghyuk yang berniat membuat jinhwan memanas

"ya, ya dia cantik. Sangat cantik" jinhwan berujar jujur

"lagipula kami hanya akan bersahabat. Kami tidak akan saling jatuh cinta. Tidak akan" ucapnya

"sesuatu bisa berubah tanpa kau sadari jinhwanie. Kau tidak bisa memaksa hatimu untuk tidak menyukainya atau memaksa hanbin untuk tidak menyukaimu" donghyuk berjalan menuju meja di hadapan jinhwan. ia duduk di sebrang jinhwan. dengan dua piring nasi dan tumis sayur dan juga daging yang ia panaskan tadi

"tidak, tidak. ini hanya perasaan suka karena kami sahabat. Tidak lebih dari itu" tolaknya menjawab kalimat donghyuk

"ya terserah kau lah dasar kepala batu"

"yakkk!" aduh jinhwan saat sendok di tangan donghyuk mendarat di kepalanya

"makanlah"

.

.

TBC

DONT FORGET TO FOLLOW AND VOMENT

LOVE SICKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang