.
.
19:37
Ia memasuki sebuah ruangan cukup lebar bernuansa klasik. Ia meletakan bayinya dia atas ranjang empuk berukuran king size. Ia membuka blazer sepanjang lututnya dan menggantungkannya pada tiang penggantung pakaian yang berdiri tegak didekat pintu kamarnya.
Jinhwan, ia baru saja sampai dirumahnya setelah beberapa waktu lalu mengantarkan hanbin ke bandara untuk kembali ke Amerika.
ia mendudukan tubuhnya di lantai samping ranjangnya. sunyi. Tidak ada suara apapun di kamar itu. Ia memandang lurus kedepan. tatapannya kosong. Ia melipat kakinya hingga menempel pada dadanya. Otaknya mengingat kembali bagaimana indahnya cincin putih dengan berlian di atasnya melingkar di jemari hanbin. Ia ingat, sangat ingat bagaimana bentuk cincin itu.
Matanya berembun. Ia menempelkan tangannya pada dada bidangnya. Sakit. di situ sangat sakit. jinhwan tidak pernah merasa sesakit itu. Kenapa sakit itu harus hadir kepada hanbin. Tangisnya kemudian pecah saat ia rasa ia tidak dapat menampungnya lagi. air mata yang sejak tadi ia pendam. Air mata yang tidak ingin ia tunjukkan pada hanbin. Air mata itu kini mengalir deras dari kelopak matanya
"hiks eughh—" ia meredam isakannya dengan tangannya. Ini benar-benar sakit. jinhwan tidak tahu harus bagaimana
"hiks" isakannya semakin keras. Ruangan itu tidak sunyi lagi karena dipenuhi suara isakan yang di hasilkan jinhwan
"appo—" ucapnya meremas dadanya.
"appo kim—hiks" ucapnya berulang-ulang karena tidak tahan dengan rasa sesak yang di hasilkan tepat di hatinya. Di jantungnya. Di tubuhnya. Rasanya runtuh sudah pertahannya selama ini.
"hwaaa hweee" suara tangisan masuk kedalam gendang telinganya. Tangis yang di hasilkan oleh bayinya
Jinhwan menghapus air matanya kasar. Ia bangkit.
"mianhae membuatmu ikut menangis baby" jinhwan menggendong tubuh mungil hanbyul dan menimang-nimangnya
Ia memandang wajah hanbyul lekat. Air matanya terjun lagi namun dengan segera ia menghapusnya menggunakan tangannya yang putih
"tidak apa-apa baby tidak apa-apa" jinhwan menenangkan sang anak
"benar-benar tidak apa-apa hiks—" isakannya keluar dari mulutnya. Air matanya tidak mau berhenti terjun meski ia melarangnya. Dengan egoisnya air mata itu terus membasahi pipinya
Malam itu. Mereka berdua menangis.
.
.
.
.
.
Sinar mentari menelusup tanpa permisi memancarkan cahayanya. Terlihat pria mungil tengah mengenakan kaos dengan jaket denim dan sebuah scraft yang bergantung menutupi lehernya. Dengan celana jeans dark blue yang melekat di kakinya. Mendorong gerobak bayi berwarna putih.
Langkahnya menyusuri jalanan yang cukup ramai. Sesekali ia menatap bayi dalam troli itu hingga membuat keduanya tertawa. Langkahnya lalu berhenti pada sebuah bangunan dua lantai bercat putih hijau. Ia melangkahkan kakinya untuk masuk.
"selamat datang. Sel---yak kim jinhwan!" pekiknya saat sadar bawa pintu itu didorong oleh orang yang ia kenal
"haha wae? Kau tidak suka aku datang?" tanya jinhwan
![](https://img.wattpad.com/cover/87894427-288-k81247.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE SICK
Romance"Apakah kita hanya benar-benar mendapatkan satu kesempatan akan cinta sejati?"